29/03/11

HUKUM KELIMA



HUKUM KELIMA

Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.

Perintah untuk menghormati orang tua bukan datang dari orang tua itu sendiri. Perintah itu datang dari Allah. Jadi, tatkala kita tidak menghormati orang tua kita, maka pada hakekatnya kita pertama-tama berdosa kepada Allah yang telah memerintahkan agar kita menghormati orang tua kita.  Barulah kemudian kita berdosa kepada orang tua itu sendiri. Sekarang ini, kita melihat yang namanya orang tua itu adalah bapa dan ibu kita secara biologis. Tentunya hal ini sangat berbeda dengan pemahaman Musa dan orang Israel pada zamannya. Paulus di dalam suratnya kepada jemaat Roma menyuarakan kembali hukum yang kelima ini dengan nuansa baru. Dia berkata: “Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat” Rom 13:7. Paulus di dalam ayat itu berbicara tentang membayar rasa hormat. Ia berbicara dalam konteks hukum. Rasa hormat tidak hanya dibayarkan kepada orang tua kita secara biologis. Bagi orang Israel kuno, yang namanya ‘bapa’ itu bukanlah orang tua secara biologis. Kepala suku juga disebut sebagai bapa. Jadi kita dapat mengelaborasi hukum yang kelima ini dengan melihat siapa saja mereka yang dapat disebut sebagai bapa di dalam kehidupan kita.
Nabi Yesaya berbicara tentang raja dan permaisuri yang menjadi inang pengasuh. Yes 49:23a. Nas ini memberikan indikasi kepada kita bahwa para pemimpin kita di tengah-tengah masyarakat adalah juga orang tua yang harus diberi hormat. Bukankah penulis surat Ibrani mengajak kita untuk menghormati para pemimpin kita? Memang dia tidak menunjuk kepada pemimpin di tengah-tengah jemaat. Namun karena pemerintah adalah hamba Allah, maka mereka yang menyelenggarakan pemerintahan pun adalah dia yang layak dihormati, karena itu adalah kehendak Allah bagi kita.
Musa juga mengajarkan kepada bangsa Israel agar memberi hormat kepada orang tua. Ada orang yang berceritera tentang kereta api di Jepang. Di sana katanya ada kursi yang berwarna biru. Kursi itu hanya diperuntukkan bagi anak-anak dan orang tua. Orang Jepang menghormati para orang tua yang ada di masyarakat mereka. Rasanya orang Jepang lebih mematuhi firman yang disuarakan Musa ini dari pada orang Kristen, sekalipun mereka tidak mengenal firman yang disurakan Musa di dalam kitab Keluaran. Alasan yang menjadi dasar dari firman yang disuarakan Musa di dalam kitab Imamat itu ialah: “Akulah TUHAN” Sering kita memberi penghormatan kepada orang oleh karena prestasi yang telah mereka capai. Jika ada orang tua yang tua renta, tetapi tidak ada apa-apanya di dalam hidupnya, maka kita acap kali mengabaikan mereka. Manusia memang hanya memberi penghargaan dan penghormatan kepada mereka yang berprestasi. Namun firman Tuhan yang disuarakan oleh Musa tentang menghormati orang tua alasannya ialah: Tuhan semata-mata. Kita memberi hormat kepada orang lain bukan karena prestasi mereka, melainkan karena Tuhan semata-mata.
Kita juga diminta Tuhan untuk menghormati para pemimpin rohani kita. Hal itu disuarakan oleh penulis surat Ibrani (Ibr 13:17). Bahkan Paulus mengatakan bahwa penatua yang baik pekerjaannya harus dihormati dua kali lipat (I Tim 5:17). Kelipatan dua menempati sesuatu yang signifikan di dalam budaya Yahudi. Itu berarti kehormatan yang diberikan kepada para  pemimpin yang bekerja dengan baik, haruslah sungguh sangat signifikan. Jadi, mereka yang dimaksud sebagai orang tua bukanlah hanya mereka yang disebut sebagai orang tua jasmani kita.
Sungguh menarik untuk disimak, hukum kelima ini mengandung janji. Allah berjanji, jika kita menghormati orang tua yang kita sebut di atas, maka kita akan menikmati umur yang panjang di tanah yang dikaruniakan Tuhan untuk kita tempati. Memberi hormat kepada mereka yang layak dihormati, membawa berkat. Itu janji Allah. Namun satu hal harus kita pastikan ialah: kita melakukan hukum itu bukan supaya kita mendapat berkat. Kita melakukannya karena sudah dapat berkat. Di sinilah letak keluarbiasaannya. Setelah diberkati, kita melakukan firman Tuhan. Setelah kita lakukan, kita semakin diberkati. Jadi, melakukan firman Tuhan itu pada dasarnya untung!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...