03/05/11

Holy Land 6

Tembok Ratapan

Selanjutnya kami akan mengunjungi suatu tempat yang sangat terkenal di Yerusalem, yakni: tembok ratapan. Istilah itu adalah istilah orang Kristen, atau orang di luar Yahudi. Orang Yahudi sendiri menyebutnya dengan sebutan: Tembok Barat, atau Western Wall.  Tempat itu memang sebelah barat tembok bekas pelataran Bait Allah yang kedua. Tidak semua rombongan berkunjung ke tampat ini. Tentu ada alasan mereka mengapa tidak berkunjung ke tempat ini. Kami dapat penjelasan yang sangat memadai dari pak Sagala tentang orang Yahudi yang sedang berdoa di sini. Aku pun mendekat ke tembok itu dan mulai berdoa. Orang Yahudi jika berdoa, harus menaruh topi di kepala untuk menghormati Allah yang di surga. Kami pun mengambil topi kertas yang disediakan di sana untuk pengunjung non Yahudi. Pak Sagala mengingatkankami untuk tidak berbalik membelakangi tembok, tatkala selesai berdoa, sebab itu bagi orang Yahudi tidak menghormati Allah.

Berdasarkan penjelasan dari pak Sagala, aku dapat merekonstruksi Bait Allah kedua yang aku baca di buku. Bait Allah itu memiliki tiga pelataran. Di pelataran bangsa-bangsa, Tuhan Yesus menjungkirbalikkan meja para pedagang. Di tangga menuju bait Allah itu para peziarah Yahudi menyanyikan mazmur ziarah dalam kitab Mazmur. Kata orang, tiap menaiki satu tangga, mereka menyanyikan satu mazmur ziarah itu. Sekarang terlihat jelas di mata hati saya orang-orang yang datang berziarah ke Bait Allah itu di zaman lalu. Aku mengerti pernyataan pemazmur itu yang mengatakan: “Aku bersukacita ketika dikatakan orang kepadaku: ‘mari kita pergi ke rumah Tuhan’ Sekarang kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem”. Pengalaman para peziarah itu berjalan menuju Bait Allah, diungkapkan di hadapan Allah di Bait-Nya yang kudus itu.

Tatkala aku berdoa, aku pun menangis dalam doaku. Tidak tahu mengapa. Tetapi ada beban di dalam hati saya. Mungkin terpengaruh dengan uraian tentang tembok ini. Aku berdoa untuk semua orang yang biasa saya doakan tiap hari. Mulai dari anggota keluargaku dan tiap-tiap orang dalam daftar doaku setiap hari. Tatkala aku mengatakan amin, maka beban itu pun hilang. Aku bersyukur kepada Tuhan. Di tembok itu, aku melihat ketaatan orang Yahudi kepada iman mereka. Ribuan tahun lamanya meratap di sini dengan tiga doa yang tidak mungkin akan terjadi, dalam perspektif manusia.

Doa pertama mereka ialah: agar di pelataran ini kembali Allah mendirikan Bait-Nya yang ketiga. Itu berarti mesjid Dome of The Rock dan mesjid Al Aqsa harus runtuh lebih dahulu. Bukankah itu berarti perang dunia ketiga? Dua doa lainnya pun adalah sesuatu yang mustahil pula. Setelah selesai berdoa, kami pulang ke hotel dan tidur.

Gereja Bapa Kami

Perjalanan pertama kami pada pagi hari ini ialah:  mengunjungi Gereja Bapa Kami. Di Gereja ini ada begitu banyak tulisan doa Bapa Kami di pajang, berasal dari berbagai bahasa. Salah satunya ialah bahasa Batak. Saya jadi teringat akan kebijakan Nomensen dalam menjangkau orang Batak pada tahap pertama ia bekerja di tanah Batak. Nomensen menambahkan daftar nama suku bangsa yang datang ke Yerusalem dalam Kis 2:11. Setelah suku bangsa Arab, ia menambahkan Batak. Di Yerusalem bahasa Batak diperdengarkan. Saya pikir hanya bahasa Batak yang ada di sana dari sekian bahasa suku di Indonesia. Sebagai kenangan akan hal itu, saya diabadikan di sisi prasasti tersebut, oleh seorang teman satu rombongan.  

              

Bukit Zaitun

Setelah menikmati Gereja Doa Bapa Kami, kami berangkat menuju Bukit Zaitun. Urutan ini tidak sesuai dengan daftar dalam buku acara yang tersedia. Hal ini telah diutarakan di atas, disebabkan masalah tertundanya kami masuk Israel. Hal ini menjadi catatan tersendiri bagi saya secara pribadi. Saya melihat pemeliharaan Allah di dalamnya. Saya akan melihat peristiwa itu dari sudut pandang imanku, bukan dari sudut pandang sejarah manusia yang terjadi di kota ini. Di mulai dengan Doa Bapa Kami. Saya datang dalam sikap doa ke Yerusalem. Lalu melihat Bukit Zaitun, dimana Yesus terangkat ke sorga.

Di monumen dimana Yesus dipercayai naik ke surga dari tempat itu, kami melakukan ibadah. Pembimbing rohani kami membacakan Kis 1:6-11. Saya pun memandang ke langit, sama seperti para Rasul itu memandang ke atas. Malaikat itu mengatakan kepada para murid, bahwa Yesus akan datang sebagaimana Ia dilihat manusia terangkat ke surga. Aku pun akan melihat kedatangan-Nya itu dengan mata kepalaku sendiri. Wah betapa indahnya hari itu bersama dengan para Rasul, aku akan menyambut kedatangan Yesus Tuhanku.

Aku tidak mendengar apa yang dikatakan pembimbing rohani kami dalam khotbahnya, karena hatiku sedang menikmati madu rohani yang sedang ditorehkan di dalam hati. Di sini aku juga seolah-olah mendengar Amanat Agung Tuhan Yesus, yang mengatakan agar aku pergi untuk memuridkan orang yang Dia percayakan kepadaku untuk dimuridkan. Setelah melihat Tuhan Yesus naik ke surga, barulah aku akan melihat segala peristiwa yang ada di kota Yerusalem yang terbagi-bagi ini. Itulah maksudnya. Aku datang untuk melihat seluruh peristiwa di Yerusalem dari kaca mata iman yang melihat Yesus naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi kita yang percaya.

Setelah menerima pengutusan di Bukit Zaitun itu, kami menuruni bukit itu untuk melihat kota Yerusalem. Kota itu terpampang di hadapan kami. Di sana kami diabadikan oleh orang Arab yang menimba hidup dari orang-orang yang mengadakan ziarah seperti kami. Gambar yang diambil itu seperti terpampang di bawah ini. Tatkala memandang ke arah bekas pelataran Bait Allah, sekarang di sana berdiri dua mesjid yang diagungkan oleh orang muslim di segala zaman, hati saya merenungkan perjalanan bait tersebut, dimulai dari zaman Raja Salomo. Sebelum berangkat ke Yerusalem, saya membaca buku The History of The Jew dan The Uniqness Of Israel, serta The Coming One.

Saya membayangkan Tuhan Yesus berdiri di tempat ini bersama murid-murid, lalu Ia mulai menangisi Yerusalem. Yesus berkata: “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti  induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi  kamu tidak mau (Luk 13:34). Maka terlintaslah sejarah panjang kota ini dibenak saya, terulang kembali, seperti motion picture. Yang terlihat adalah garis besar dari apa yang diuraikan di bawah ini. Uraian ini dilengkapi setelah kembali ke Jakarta.

Daud merencanakan mendirikan Bait Allah, tetapi ditolak Allah. Dia yang akan membangun itu adalah anaknya Salomo. Bait Allah pun dibangun. Namun raja Nebukadnezar merobohkannya pada tahun 587 BC. Tetapi pelataran Bait Allah itu tetap ada. Yerubabel kembali dari Babel bersama orang Yehuda. Mereka mendirikan kembali Bait Allah yang sudah menjadi puing-puing pada tahun 515 BC. Bait Allah yang mereka dirikan itu tidak semegah Bait Allah yang didirikan Salomo. Pada tahun 334 dunia pada waktu itu dikuasai oleh Alexander The Great. Penakluk Agung ini tidak punya seorang anak pun.

Maka kekaisarannya yang luas itu diperebutkan para jendralnya. Wilayah Palestina ini dikuasai wangsa Ptolomai, dimana pusat kerajaannya di Alexandria Mesir. Pada waktu itu, Israel memiliki hak otonom atas wilayah ini, maka Bait Allah pun terpelihara dengan baik. Pada tahun 285-247 tujuh puluh sarjana Yahudi diminta untuk menerjemahkan PL ke dalam bahasa Yunani, namanya Septuaginta. Tetapi pada tahun 175 Yerusalem dikuasai Dinasti Seleucus. Ia menajiskan Bait Allah itu dengan jalan menaruh patung-patung Yunani menjadi sembahan orang di sana. Bahkan ia mempersembahkan babi di mezbah korban bakaran. Ia melarang orang Yahudi beribadah di sana.

Pada tahun 165 BC Yahudi mendapatkan kemerdekaannya melalui Dinasti Hasmonaean. Orang Yahudi menyucikan kembali Bait Allah itu, adar dapat dipergunakan kembali untuk beribadah kepada Yahweh. Perayaan itu juga dirayakan Tuhan  Yesus. Adapun nama perayaan itu adalah: Hanukkah. Dinasti in berakhir dengan datangnya Jendral Pompey menaklukkan Yerusalem pada tahun 63. Tatkala jendral Pompey memasuki ruang maha kudus, orang Yahudi yang melihat itu sangat ketakutan. Ada orang yang mengatakan bahwa Pompey berharap, ia akan menemukan wajah dewa orang Yahudi di ruang maha kudus itu. Tetapi ia tidak menemukan apa pun di dalam ruang maha kudus itu. Maka Pompey mengatakan bahwa orang Yahudi menyembah angin. Pada tahun 37 BC Herodes memerintah di Yerusalem sebagai Tetrakh yang diangkat oleh kaisar Agustus. Ia mempercantik Bait Allah itu sehingga menjadi satu bangunan yang luar biasa indahnya kata orang di waktu itu.

Aku mendapatkan di internet rekayasa Bait  Allah yang Kedua itu, sebagaimana terlihat di gambar sebelah kanan ini. Bangunan ini diruntuhkan oleh Jenderal Titus pada tahun 70. Tuhan Yesus menubuatkan runtuhnya Bait Allah itu dalam Injil Luk 19:44 “ dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau"  secara manusia, mustahil sebuah bangunan besar roboh, tidak ada satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain. Namun hal itu menjadi kenyataan Bait Allah itu temboknya dilapis emas, bagian luar dan bagian dalam. Karena gedung itu terbakar, maka emas itu meleleh. Setelah kejadian itu, belakang hari, orang datang untuk mencari emas. Lalu tiap-tiap batu dipisahkan satu sama lain untuk mencari emas yang mungkin lengket di tengah-tengah batu yang bertindih itu. Yesus tahu apa yang akan terjadi di masa depan, karena Dia adalah Allah.

Titus yang akhirnya menjadi kaisar menggantikan ayahnya mengusir orang Yahudi dari Yerusalem. Ia menggantikan penduduk di sana dengan orang Arab. Pada tahun 135, kembali orang Yahudi memberontak, lalu kaisar Hadrian menyerbu Yerusalem. Ia mengalahkan orang Yahudi yang memberontak. Ia mengosongkan Yerusalem dgn jalan melarang orang  Yahudi tinggal di sana. Ia mengganti nama kota itu dari Yerusalem menjadi Aelia Capitolia. Kata orang, ia mendirikan kuil Yupiter di pelataran Bait Allah itu, untuk menajiskan tempat itu.

Setelah kekaisaran Romawi menjadi kristen di zaman Costantine, atas prakarsa ibunda kaisar Constantine, Gereja dibangun di tempat-tempat tertentu di Yerusalem. Pada tahun 632 Islam menguasai Yerusalem, serta mengganti nama kota itu menjadi Al Quds, serta mendirikan mesjid Dome of The Rock di sana. Itulah yang saya lihat sekarang ini. Bagi orang Yahudi, kota ini namanya adalah Yerusyalaim. Bagi orang Muslim, kota ini namanya adalah Al Quds, bagi orang Kristen nama kota ini ialah: Yerusalem. Pada tahun 70 dan juga tahun 135, orang Yahudi dibuang dari kota ini. Orang Arab ditempatkan di sini sebagai ganti mereka. Yerusalem, Yerusalem, engkau yang berkata: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"  Engkau telah menanggung beban yang sangat berat, karena engkau menolak Mesiasmu dan menyalibkan-Nya.

Catatan terakhir dalam hati, tatkala melihat ke arah tempat kudus itu, hati saya bersorak-sorai. Dari pak Sagala, saya tahu, bahwa Ratu Helena mendirikan banyak Gereja di tempat-tempat kudus di kota ini. Salah satu gaya bangunan Gereja itu ialah: bangunannya dibuat sisi delapan. Adapun makna dari sisi delapan itu ialah: delapan sabda bahagia dari khotbah di bukit. Gereja yang dibangun oleh ratu Helena itu sudah banyak yang hancur. Umumnya dihancurkan oleh kerajaan Persia yang Islam. Tetapi, luar biasa, Mesjid Dome of The Rock itu bentuknya sisi delapan. Itu berarti, temboknya itu menyuarakan sabda bahagia Tuhan Yesus. Bukankah hal itu berbicara tentang satu hal? Menurut hati saya: ‘ya’, bangunan itu berbicara dan bersaksi kelak di zaman penghakiman.

Taman Getsemani

Setelah melihat dalam hati perjalanan bait Allah itu, aku dan rombongan menuruni lagi bukit itu dan tiba di Taman Getsemani. Berdasarkan keterangan pak Sagala, di taman yang di depan mata itulah Yesus dan tiga orang murid-Nya berdoa dan keringat-Nya seperti darah. Di sisi taman itu PBB membangun sebuah Gereja segala bangsa. Kami masuk ke dalam Gereja itu dan berdoa di sana. Tatkala duduk di bangku yang tersedia, hatiku mulai menangis lagi dalam doa, mendoakan teman-teman yang biasa aku doakan. Saya tidak tahu mengapa aku menangis. Mungkin perenunganku yang mengakibatkannya. Tetapi itulah kenyataannya.

Setelah amin, kulihat ada kesempatan untuk berdoa di bagian dalam. Aku pun berdoa sekali lagi sambil berlutut. Kali ini aku tidak berdoa. Kembali aku mengutarakan isi hatiku untuk melayani Tuhan di sisa kehidupan yang masih akan dikaruniakan-Nya kepada hamba-Nya  ini. Hati saya terkesan dengan saat berdoa di sana. Suasana sangat Aku nikmati saat itu. Tetapi aku menyadari, bahwa aku tidak boleh berlama-lama di sini, jangan-jangan orang lain sudah menunggu. Ada seorang ibu dalam rombongan kami meminta kepada saya agar mendoakan secara khusus pokok doa yang disodorkannya kepadaku. Tuhan kiranya mengabulkan doa-doa kami yang dinaikkan di dalam gedung Gereja tersebut. Doa orang benar besar kuasanya. Ayat ini menjadi jamminan doa kita dijawab.

Kolam Bethesda

 Kami mengunjungi puing-puing peninggalan kolam ini. Air tidak ada lagi di sana. Hanya peninggalan sejarah. Firman Tuhan diberitakan di sana oleh pembimbing rohani kami. Ia berkhotbah tentang orang yang menderita sakit selama 38 tahun. Hati saya melayang ke kejadian itu. Berbeda dengan apa yang dikhotbahkan pembimbing, aku melihat ketidakberdayaan hati orang yang sakit itu. Ia tidak lagi mengharapkan sembuh dari penyakitnya. Banyak orang yang seperti dia. Tidak lagi ingin berubah dari keberadaannya, sekalipun ia berdosa dan akan masuk ke neraka. Untung Yesus tidak membiarkan dia berada dalam keadaan seperti itu. Aku pun demikian. Yesus tidak membiarkan aku berada dalam keberadaan yang membelenggu aku di dunia ini.

Setelah itu, kami masuk ke dalam Gereja yang ada di komplek kolam itu. Kami menyanyikan lagu: “how great thou art” di dalam Gereja itu dalam versi bahasa Indonesia.

Bila kulihat bintang gemerlapan
Dan bunyi guruh riuh ku dengar,
Ya Tuhanku tak putus aku heran
Melihat ciptaan-Mu yang besar.

Reff
Maka jiwaku pun memuji-Mu:
sungguh besar Kau Allahku!
Maka jiwakupun memuji-Mu
sungguh besar Kau Allahku!

Ya Tuhanku pabila kurenungkan
Pemberian-Mu dalam penebus,
Ku tertegun bagiku dicurahkan
oleh Putra-Mu Darah-Nya kudus.

Reff


Istana Kayafas

Setelah menikmati pengalaman di Taman Getsemani, kami mengunjungi istana Kayafas, tempat Yesus diadili, sebelum Ia diserahkan kepada Pontius Pilatus. Di tempat ini peziarah pun banyak. Kami menunggu lebih dahulu peziarah dari Nigeria mengadakan acara di ruangan yang sempit itu, dimana Yesus ditahan. Jadi kami harus bergantian masuk ke dalam ruangan yang kecil dimana Tuhan Yesus ditahan selama satu malam di sana. Kepada kami diperlihatkan sel tahanan di dalam istana itu. Sungguh sangat mengerikan di tahan pada zaman dahulu kala. Sangat tidak manusiawi. Sungguh mengerikan tempat itu. Yesus menderita di sana demi kami orang berdosa.

Setelah meninggalkan istana Kayafas, kami diajak untuk melihat-lihat dari ketinggian menara Daud. Pak Sagala memberi penjelasan kepada kami, kira-kira di sinilah Raja Daud berdiri dan melihat Betsyeba sedang mandi. Berdasarkan penjelasannya, istilah mandi itu bisa saja dalam artian yang berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Orang Yahudi dalam musim panas akan berjemur matahari di atas rumah mereka. Orang Israel mengatakan hal itu dengan sebutan mandi juga. Hal ini memberi pengertian baru bagi saya. Tadinya, aku pikir mandi seperti kita sekarang ini.

Kuburan Raja Daud

Setelah mengunjungi istana Kayafas, kami mengunjungi kuburan Raja Daud. Sebagian dari rombongan kami yang tidak masuk ke dalam kubur ini. Tetapi aku memasuki ruangan tersebut. Ada orang mengangap kuburan adalah sesuatu yang menyeramkan, atau tempat setan-setan tinggal. Tetapi bagi orang beriman menurut hemat saya, kuburan itu adalah tempat orang-orang kudus. Film Hollywood berjudul Highlander  saja menyuarakan hal seperti itu. Orang Yahudi berdoa di sini, agar Allah mengutus Mesias datang segera. Aku menaikkan doa di sana bukan supaya Mesias datang, tetapi agar dunia ini dipimpin oleh orang yang beriman seperti Daud.

Last Supper

Kami mengunjungi Gereja Loteng. Disebut demikian, karena di sanalah Tuhan Yesus mengadakan perjamuan malam terakhir dengan murid-murid-Nya. Di ruangan itu banyak orang peziarah, sehingga kami tidak dapat berbicara dengan leluasa. Ada orang Eropah, Afrika dan Asia Timur, bergabung dengan kami. Satu catatan bagi saya di gedung ini ialah: di dalamnya ada gapura yang menggambarkan kota Mekah. Itulah yang mengakibatkan Gereja ini tidak dirusak oleh orang Parsi, tatkala mereka menguasai kota Yerusalem dalam perang salib.



Kami berdoa di sini. Kembali aku berdoa dengan pokok doaku. Di sini Tuhan menikmati makan dan minum anggur dengan orang yang percaya kepada-Nya. Ia tidak akan meminum anggur itu lagi hingga tiba saatnya ia meminumnya dengan orang percaya di surga kelak. Di sana aku pun turut serta.

Betlehem

Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan menuju Bethlehem, kota kelahiran Tuhan Yesus. Pak Sagala banyak berceritera tentang peristiwa di sini di luar apa yang diceriterakan Alkitab. Misalnya, mengapa Yusuf dan Maria harus di daftarkan dalam sensus itu di Betlehem, pada hal mereka tinggal di Nasaret. Ini pemahaman baru bagi saya. Kelurga kudus ini rupa-rupanya adalah keluarga saleh. Mereka tidak setuju dengan pola kehidupan di Yerusalem dan di Betlehem. Oleh karena itu mereka menyingkir ke kota kecil Natsaret di Galilea, namun KTP mereka masih di Betlehem.

Alkitab memang memerlulan penjelasan yang berarti. Hal itu tidak pernah terpikirkan dulunya. Kami pertama-tama mengunjungi padang Efrata. Aku dulunya berfikir bahwa padang Efrata itu adalah sebuah padang, seperti di Indonesia. Namun kenyataannya tidak. Padang itu adalah bukit-bukit yang berbatu-batu. Di sana ada banyak gua-gua yang dipakai oleh para gembala untuk memanaskan domba-dombanya dengan jalan berdiang. Begitulah para gembala di Efrata ribuan tahun yang lalu.

Lalu hati saya melihat malaikat itu datang ke arah para gembala yang sedang ngobrol di gua ini. Tentulah ia datang dalam wujud manusia. Jika tidak, tentulah para gembala itu akan ketakutan amat. Tadinya dalam bayanganku, malaikat itu dalam wujud mahluk surgawi. Setelah malaikat itu menyampaikan berita kesukaan itu, tiba-tiba malaikat yang lain pun menampakkan diri. Itu berarti, sebelum mereka menampakkan diri, mereka sudah ada di sekitar itu. Cuma mata telanjang manusia tidak dapat melihat kehadiran mereka.

Hal ini menjadi catatan sendiri bagi saya. Aku pun mengingat kata pemazmur yang mengatakan bahwa malaikat Tuhan berkemah di sekitar orang yang takut akan dia, dan meluputkan mereka! Kunjungan di gua padang Efrata itu meneguhkan ayat itu di dalam hati saya. Kami mengunjungi Gereja dimana diyakini bahwa di sanalah Maria disapa malaikat Gabriel. Namun di dalam ada perayaan misa oleh Gereja katolik. Maka kami hanya sebentar di sana, lalu berdoa.


Setelah berkunjung ke tempat itu, kami dituntun untuk melihat Gereja dimana diyakini, di sanalah Tuhan Yesus dilahirkan. Aku diabadikan di tempat yang disebut dengan nama bintang Betlehem sebagaimana terlihat di gambar ini. Kita familiar dengan bintang di Betlehem. Bintang ini memiliki empat belas sisi. Pak Sagala memberi penjelasan kepada kami bahwa makna dari sisi empat belas itu ialah silsilah Tuhan Yesus menurut kitab Injil Matius. 14 generasi dari Abraham ke Raja Daud. 14 generasi dari Raja Daud ke Zerubabel. 14 generasi dari Zerubabel kepada Tuhan Yesus. Pak Sagala meneruskan penjelasannya, bahwa Bayi Yesus dipindahkan dari tempat itu ke tempat lain, sebagaimana terlihat di bawah ini. Ruangannya sempit, sehingga kami berebutan untuk diabadikan di sini juga dengan rombongan yang berasal dari Nigeria.

Kami menyelesaikan tur di kota betlehem. Tidak banyak yang aku renungkan di sini, karena waktu yang sedikit dan ruang yang tidak memadai. Orang katolik lebih menikmati tur rohaninya di satu sisi, karena mereka dapat mengikuti misa di Gereja yang tersedia bagi mereka. Sementara kita mengadakan kebaktian hanya di tempat terbuka. Ini menjadi catatan tersendiri bagi saya. Seharusnya pembimbing rohani memberi arahan yang intens kepada rombongannya dalam menata perjalanan ini. Kami pulang ke hotel, hari sudah malam. Setelah makan malam, kami merencanakan akan mengunjungi terowongan di sisi Tembok Ratapan.

Terowongan

Pada malam hari, setelah menikmat makan malam, sebagian dari rombongan kami mengunjungi terowongan penggalian tembok pelataran Bait Allah. Pak Sagala memberikan penjelasan yang panjang lebar, tentang tembok tersebut. Kami melihat batu-batu yang disusun menjadi tembok dari pelataran Bait Allah itu, sungguh luar biasa. Satu batu ukuran panjangnya 20 meter, tingginya 1,50 meter. Adapun tinggi pelataran itu setinggi gunung Moria. Sebab gunung itu dijadikan rata melalui tembok, sehingga di atasnya Bait Allah didirikan.

Menurut Pak Sagala, pekerjaan itu dikerjakan di zaman Herodes. Sungguh pekerjaan yang sangat luar biasa. Jika di Mesir, saya sudah kagum akan pendirian piramida, di sini aku lebih kagum lagi. Di Mesir, batu itu hanya  ditumpukkan satu sama lagi. Batu yang dibawah lebih lebar dai batu yang diatasnya. Di sini, batu itu persis di atas batu yang di bawah dan tegak lurus. Namun, tidak terlihat batas dari batu yang di bawah dengan yang di atasnya. Layaknya seperti di semen saja.pada hal tidak ada semen di zaman itu. Layak saja bangunan itu baru selesai setelah 40 tahun lamanya.

Satu hal yang memberi kesan yang dalam di hati saya atas tempat itu ialah: orang Yahudi. Orang muslim meniru orang Yahudi bersembahyang dengan membuat Mekkah menjadi kiblat. Orang Yahudi membuat Bait Allah menjadi kiblat, tatkala mereka berdoa. Melalui terowongan itu, kita dapat berdiri persis di belakang ruang maha kudus Bait Allah yang kedua. Sekalipun bait Allah itu tidak lagi ada, tetapi tempatnya dapat diperkirakan. Orang Israel orthodox mau membayar 15 dollar harga tiket untuk masuk ke terowongan itu, hanya supaya dia dapat berdoa persis di belakang ruang maha kudus itu. Saya pikir, dalam hal syariat agama, orang Yahudi memang luar biasa. Hal itu juga terlihat dalam aksesoris mereka di dalam berdoa. Kepada kami diperlihatkan secara visual keadaan Bait Allah itu berdasarkan rekayasa teknis, sehingga memuaskan mata. Kami pun mengahiri perjalanan malam ini, karena waktu telah menunjukkan jam 11 malam.

Dalam perjalanan pulang ke hotel, aku mengajukan pertanyaan kepada Pak Sagala mengenai Gerbang Emas yang ditutup. Sangat jelas, gerbang itu ditutup dengan semen. Berdasarkan penjelasan Pak Sagala, aku sekarang tahu, bahwa gerbang itu ditutup oleh orang muslim. Alasan mereka menutup itu, karena ada doktrin di dalam agama Yahudi yang mengatakan bahwa Mesias akan datang kelak ke Bait Allah. Ia akan datang dan masuk melalui Gerbang Emas itu. Orang muslim menutup gerbang itu dan membuat kuburan di sisi Timur tersebut, agar Mesias Yahudi itu tidak jadi datang. Alangkah naifnya pendapat tersebut. Jika sang Mesias datang, apa dia dapat dicegah oleh pintu yang tertutup! Aneh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...