18/10/13

Hujan






HUJAN

Hujan dikau dibutuhkan dalam hidup ini
Sebab tatkala kau hadir maka tumbuhan pun berseri
Dengan sukacita hasilkan buah aneka warna warni
Dapat dijaikan makanan bagi fauna dan kaum insani.

Namun ada kalanya bukan berkat yang dikau beri
Malah bencana bagi anak negeri
Gelora air bahmu menggerus apa pun yang dihadapi
Luluh lantak segala sesuatu tak terperi.

Hujan dan panas silih berganti
Datang dan pergi diatur oleh yang ilahi
Adakalanya kesalahan anak negeri
Membuat hujan jadi malapetaka bagi kita ini.

Panas terik mendera bumi
Kekeringan pun tiada terhindari
Semak duri merana tiada kesegaran lagi
Sebab panas mendera tiada henti.

Hujan dan panas bagian dari hidup ini
Membawa berkat dan cemeti dua senjata sakti
Harusnya manusia sadarkan diri
Alam adalah sesuatu yang harus diselarasi.

04/10/13

Kerendahan Hati






Kerendahan Hati

Kita semua suka akan sesuatu yang indah. Tidak ada satu pun orang yang tidak menyukai keindahan. Tua dan muda, kaya dan miskin, tanpa kecuali, suka akan sesuatu yang indah. Keindahan tidak hanya mencakup hal-hal lahiriah. Pemandangan yang indah, wajah nan cantik rupawan, bunga yang mekar di taman dan lain sebagainya. Keindahan juga mencakup hal-hal yang tidak bersifat lahiriah. Salah satu keindahan di bidang kejiwaan ialah: kerendahan hati. Tidakkah indah jika kita melihat orang mendemonstrasikan kerendahan hati?

Rasa-rasanya tidak ada orang yang menolak kerendahan hati adalah sesuatu yang indah di dalam hidup ini. Namun, sangat disesalkan, sekalipun banyak orang yang setuju kerendahan hati adalah sesuatu yang indah jika didemonstrasikan, ada banyak orang tidak suka akan kerendahan hati, jika ia sendiri dituntut untuk melakukannya. Kerendahan hati hanya indah, jika orang lain menampakkannya untuk kita lihat, tetapi kita enggan untuk melakukannya. Sekalipun kita dengan sadar akan mengatakan hal itu adalah sesuatu yang indah.

Ada banyak orang yang membuat defenisi dari kerendahan hati. Namun aku hanya mau memakai apa yang disuarakan Alkitab tentang kerendahan hati. Rasul Paulus berbicara tentang kerendahan hati kepada jemaat di Filipi. Ia berkata: “dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” Flp 2:3. Kerendahan hati dinyatakan di dalam mendahulukan orang lain ketimbang diri sendiri. Kerendahan hati dikerjakan, tatkala kita menganggap orang lain lebih utama dari diri kita sendiri.

Pengalaman pribadi memberikan pelajaran yang berharga tentang bagaimana kerendahan hati harus dijalankan. Satu ketika dalam hidup ini, aku merasa bukanlah orang yang sombong, tetapi termasuk ke dalam bagian orang yang rendah hati. Hal ini disebutkan demikian disebabkan aku merasa tidak ada yang perlu ditonjolkan di dalam hidup ini. Harta tak punya, gelar pun tidak. Aku hanya orang biasa-biasa saja. Tidak ada yang dapat ditonjolkan. Lalu Tuhan mengajar daku dengan menunjukkan bahwa saya belumlah dapat disebut seorang yang rendah hati.

Satu ketika kelompok kami diminta untuk mengadakan acara penghiburan kepada satu keluarga yang berdukacita, disebabkan anggota keluarga mereka meninggal dunia. Kami pun datang ke rumah duka. Sebagaimana biasanya di rumah duka itu ada banyak orang yang datang melayat. Rombongan kami harus menunggu lebih dahulu, karena di dalam rumah rombongan lain sedang mengadakan acara penghiburan. Tatkala menunggu giliran, kami duduk di bangku yang disediakan tuan rumah di halaman rumah. Aku duduk dengan teman teman di bangku yang berjejar cukup panjang. Di sebelahku duduk seorang teman, notabene ia adalah seorang pejabat tinggi negara. Ia lebih tua dari segi umur dari saya, namun aku lebih awal melayani di Gereja kami, dari pada dia. Di sisi orang ini duduk seorang tua yang jauh lebih tua dari kami berdua.

Tatkala gadis yang membawa minuman mendatangi kami, di tangannya ia membawa nampan berisi gelas yang sudah di isi kopi dan teh. Aku mengambil satu gelas untuk diriku sendiri, sebagaimana dilakukan teman-teman yang lain. Tibalah giliran pejabat tinggi negara yang duduk di sisiku untuk mengambil juga gelas itu. Pertama ia ambil gelas itu dan diberikan kepada orang yang ada di sisi kanannya. Sudah aku katakan tadi bahwa orang itu jauh lebih tua dari kami. Pejabat tinggi negara sungguh rendah hati. Ia mendahulukan orang lain dari pada dirinya sendiri. Ia menerapkan di dalam hidupnya apa yang disuarakan Paulus dalam surat Filipi tersebut. Lalu aku berkata kepada diriku sendiri: mengapa engkau tidak melakukan hal itu kepada pejabat tinggi negara itu? Bukankah ia lebih tua dari engkau? Lalu aku berkata kepada diri sendiri: satu nol untukmu.

Setelah itu kami pun dipersilahkan masuk ke dalam rumah duka. Secara serentak kami bangkit dan mengarahkan diri ke pintu rumah. Karena jumlah kami banyak maka orang saling menunggu untuk dapat giliran masuk ke dalam rumah. Ada tiga anak tangga yang harus dilalui untuk dapat masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba saya sadar, aku telah didorong pejabat tinggi negara itu untuk naik duluan, setelah ia mempersilahkan orang tua tadi naik lebih dulu dari dia. Kembali ia mendahulukan orang lain dari pada dirinya sendiri. Rupa-rupanya hal itu sudah menjadi kebiasaan di dalam hidupnya. Kembali aku berkata kepada diri sendiri: dua kosong kau sekarang.

Setelah kami tiba di dalam rumah, protokol memberitahukan susunan acara yang akan dilakukan. Ia menunjuk orang untuk menyampaikan kata-kata penghiburan kepada keluarga yang sedang berduka. Protokol meminta petinggi negara itu untuk mewakili kami menyampaikan kata-kata penghiburan. Namun beliau menolak dan berkata: di sini ada senior kita. Baiklah beliau yang mewakili kita untuk menyampaikan kata-kata penghiburan. Ia menunjuk saya secara pribadi. Orang ini untuk ketiga kalinya dalam tempo yang singkat telah mendahulukan saya dari dirinya sendiri. Pada hal ia seorang pejabat tinggi negara. Itulah kerendahan hati menurut hemat saya secara pribadi.

Alangkah malunya saya pada waktu itu. Menganggap diri orang yang rendah hati. Ternyata, kerendahan hati saya hanya ada di dalam konsep, tidak dilakukan dalam keseharian. Pejabat tinggi itu menjadi panutan bagi saya, yang merasa sudah rendah hati? Tetapi saya bersyukur, karena Allah memberi sebuah pelajaran yang berharga tentang apa artinya menjadi seorang yang rendah hati.

Kerendahan hati bukan hanya sebuah konsep. Kerendahan hati harus diterapkan dalam keseharian, sehingga orang yang melihatnya sungguh akan mengaku bahwa yang didemonstrasikan itu adalah sesuatu yang indah. Tatkala orang Kristen melakukan kerendahan hati, sama seperti yang diterapkan Tuhan Yesus dan para rasul-Nya, maka orang akan menerima kabar baik yang didepositkan di dalam hidup setiap orang percaya.

Kristus sendiri mendemonstrasikan kerendahan hati. Ia berkata: “belajarlah padaku, sebab aku lemah lembut dan rendah hati” Mat 11:29b. Kerendahan hati Tuhan dinyatakan dalam mendahulukan kehendak Bapa-Nya dari pada kehendak diri-Nya sendiri. Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan Ia telah mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba...” Flp 2:6. Yesus telah memberikan teladan kepada kita di dalam menjalani hidup di dunia ini.

Alangkah indahnya kehidupan di dunia ini, jika semua orang Kristen mendemonstrasikan kerendahan hati sebagaimana disuarakan Alkitab. Aku sendiri telah melihat contohnya, sebagaimana telah diuraikan di atas.




01/10/13

Pemuridan







PELAYANAN PEMURIDAN (KELOMPOK KECIL)

Oleh : Charles Siahaan

Keadaan Noposobulung Dewasa Ini

Jika kita membicarakan Naposobulung HKBP, maka pada umumnya NHKBP itu identik dengan paduan suara. Tidak ada di sana suatu proses kaderisasi untuk memungkinkan para naposo tersebut, menjadi anggota jemaat yang hidup, dan berperan aktif di dalam menunaikan tugas panggilan gereja; sebagaimana dirumuskan di dalam anggaran dasar HKBP, yaitu untuk memberitakan Injil. Bagi Parhalado dan anggota jemaat, jika NHKBP menyanyi di dalam kebaktian tiap kebaktian minggu, maka hal itu sudah cukup. Mereka biasanya mengatakan: “mangolu do NHKBP di huria on.”

Kita semua mengatakan bahwa NHKBP adalah masa depan dari jemaat, tetapi mereka tidak dibina dalam artian yang strategis tentang apa itu jemaat dan mereka pun tidak dilibatkan di dalam menentukan masa depan dari jemaat itu sendiri. Pada umumnya, mereka tidak diperlengkapi dengan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam rangka memampukan mereka mengelola jemaat di masa mendatang. Hal itu terlihat dengan tidak adanya satu proses pelatihan di dalam tubuh organisasi NHKBP.

Konfesi, Aturan dan Peraturan

Satu hal yang menjadi pertanyaan bagi kita ialah: apakah diperbolehkan anggota huria melakukan motto dari Departemen NHKBP itu, di dalam konteks pengajaran firman Tuhan kepada sesamanya? Menurut hemat saya, boleh! Sebab konfesi HKBP pasal 9 mengatakan bahwa semua anggota jemaat HKBP terpanggil menjadi saksi Kristus di dalam kehidupannya. (“Tahaporseai jala tahatindangkon do: Sude do halak Kristen baoa manang parompuan, tarjou gabe sitindangi ni Kristus di portibi on, songon marga na pinillit, hamalimon na raja, bangso na badia…. Tohonan hatopan ni sude halak Kristen i ma tohonan panghobasion.) Karena itu seorang naposo dapat menolong sesamanya di dalam hal iman, pengharapan dan kasih.

Salah satu ciri yang menonjol dalam jemaat Tesalonika kata rasul Paulus ialah: “pekerjaan iman, usaha kasih dan ketekunan pengharapan.”1  Lagi pula dalam Aturan dan Paraturan yang baru disahkan di dalam Sinode Godang HKBP tahun 2002, dalam pasal tentang “Hak ni Ruas”, dikatakan bahwa anggota jemaat berhak untuk mempersembahkan talentanya melalui kegiatan yang ada di dalam jemaat. Oleh karena itu, jemaat –terlebih Parhalado- seyogyanya memberikan ruang gerak yang luas tetapi terkendali bagi para naposobulung untuk mengekspresikan diri mereka dalam pelayanan terhadap sesamanya, sehingga mereka dimampukan “Masiurupan, Masitangiangan dan Masihaholongan” dalam artian yang luas. Seperti yang sudah dikatakan di atas, salah satu dari cara yang dianggap strategis untuk mencapai hal itu ialah melalui program pemuridan (KK).

 Ciri dari Pemuridan:

Dalam rangka mengenal sesuatu, maka kita membutuhkan pengenalan akan ciri-ciri dari yang akan kita kenal itu. Adapun ciri dari pemuridan (KK) adalah sebagai berikut:

1.  Pemuridan adalah sebuah proses memimpin orang itu kepada Kristus dan menjadikan mereka ‘murid Kristus.’ Untuk itu kita harus menentukan lebih dahulu apa ciri-ciri seorang murid Kristus menurut Alkitab. Sebab standard dari seorang murid adalah Alkitab dan bukan rumusan manusia. Ada pun ciri itu ialah:
    1. Memiliki keintiman dengan Tuhan Yesus (Luk.9:23)
    2. Taat kepada firman Allah (Yoh.8:31)
    3. Berbuah banyak (Yoh.15:8)
    4. Memiliki relasi dengan Kristus di dalam kasih (Yoh.13:35)
Untuk dapat menampakkan kehidupan seperti ini di dalam hidup seorang pemuda, maka tidaklah cukup hanya menkotbahkan injil dari mimbar saja. Dibutuhkan satu pelayanan yang cukup intens dan berkualitas. Pelayanan tradisional yang dilakukan oleh gereja kita, rasa-rasanya tidak mampu untuk menciptakan seperti yang diuraikan di atas di milenium ketiga ini. Karena itu aspek utama dari pelayanan pemuridan adalah dalam rangka memungkinkan seorang yang dilayani itu dapat menjadi murid Kristus. Karena mereka yang melakukannya hanyalah kaum awam dengan keterbatasan waktu dan pemahaman, maka setiap orang yang dilayani oleh seorang pemimpin kelompok pemuridan jumlahnya hanya beberapa orang. Dua atau tiga orang. Orientasi kita bukan program, tetapi perubahan. Tidak ada gunanya melayani ribuan orang, tetapi mereka tidak berubah. Lebih baik melayani dua atau tiga orang, tetapi mereka mengalami perubahan. Hasil dari pelayanan kita ialah perubahan.

Tiap pribadi di dalam kelopok kecil ini, berhubungan satu sama lain secara intim. Oleh karena itu di dalam konteks pemuridan, laki-laki melayani laki-laki, perempuan melayani perempuan. Melalui persahabatan yang akrab, maka diharapkan visi pemuridan itu akan tertanam secara baik di dalam pribadi dari mereka yang dilayani. Karena pemuridan menciptakan pelipatgandaan di dalam pelayanan, sebab yang sudah mampu melayani akan mencari dua atau tiga orang lain untuk dilayaninya, sama seperti dia dilayani. Karena itu pemuridan bukan sebagai satu alternatif menurut hemat kami, tetapi itu adalah “core bussiness” kita. Hal itu kita katakan demikian, karena pemuridan senatiasa mengubah orang.

Produk dari pemuridan itu senantisa didefinisikan dengan jelas, sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupan. Penekanan utama di dalam pemuridan ialah penerapan. Bukan ilmu teologi. Mottonya ialah: “belajar mengenal Yesus Kristus di dalam pengalaman, belajar memperkenalkan Yesus yang dikenal itu kepada orang lain”.

Ada lima elemen dari sebuah pemuridan yang dianggap menghasilkan buah, pertama: orang yang melayani itu diberdayakan oleh Roh Kudus dalam pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Yang kedua, pelayan itu harus memiliki kehausan akan jiwa-jiwa yang akan dimuridkan. Ketiga, kebenaran yang diajarkan kepada mereka haruslah sistematik dan mudah diterapkan. Sekarang ini, kami memakai buku pelajaran yang diterbitkan oleh lembaga pekabaran injil. Hal itu dilakukan karena HKBP belum merumuskan kurikulum untuk pemuridan. Jika suatu hari kelak HKBP menyediakannya, maka kurikulum itulah yang akan diterapkan di dalam pemuridan ini. Elemen keempat ialah: relasi yang tercipta dalam interaksi pemuridan ini adalah hidup dengan hidup. Mereka sharing kehidupan secara kongkrit. Sama seperti Paulus menjadi contoh yang hidup bagi Timotius, demikian juga sang pemimpin itu menjadi contoh yang hidup bagi orang yang dilayaninya. Elemen kelima ialah adanya visi pemuridan yang jelas bagi mereka yang menerapkan pelayanan ini.
    1. Karena core bussiness kita adalah pemuridan, maka misi untuk menjadikan murid Kristus menjadi fokus dari setiap keputusan yang diambil. Pola ini akan menjadi filter atas setiap keputusan yang akan diambil dalam konteks organisasi. Contohnya, di HKBP Menteng, mereka yang dapat diangkat menjadi pengurus ialah mereka yang sudah dapat memimpin di dalam pemuridan. Pemahaman kita ialah, jika dia dapat memimpin dua atau tiga orang serta berhasil, maka dia pun akan dapat memimpin kelompok besar, dalam hal ini organisasi NHKBP. Dengan pola pikir seperti itu, maka kita dimungkinkan untuk tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan. Kita tidak akan membuat program yang tidak membuat relasi yang hidup antara sesama naposobulung tidak bertambah intens; sesemarak apa pun program itu. Sebab orientasi kita bukan program, tetapi orang yang berubah.
    2. Tolok ukur adalah perubahan. Orang datang kepada Kristus dan diubahkan. Karena pemuridan adalah menjadikan seorang itu murid Kristus, maka setiap orang Kristen, khususnya naposobulung harus di follow up di dalam kasih Kristus. Melalui follow up itu, maka diharapkan orang mengalami perubahan melalui pelayanan yang sistematik dan menjadi dewasa di dalam iman. Hal itu memungkinkan setiap orang yang dilayani itu akan melayani juga di dalam jemaat dengan karunia yang dia terima dari Allah.
    3. Melalui pemuridan ini, akan dibangkitakan para pekerja Kristus di tengah-tengah huria. Hal ini memungkinkan adanya reproduksi rohani dari satu generasi ke generasi yang lain. Hal ini juga memungkinkan adanya supply pelayan bagi guru-guru sekolah minggu kita yang berkualitas, pelayan di remaja, dan di naposobulung, bahkan di punguan ama, ina dan parhalado. Bahkan orang-orang yang sudah melayani ini, setelah mereka berkeluarga, mereka ini pun akan menjadi potensi-potensi yang akan melayani sebagai sintua. Sehingga kualitas parhalado HKBP di Jakarta, menjadi parhalado yang berkualitas, bukan saja secara sosial; tetapi juga secara rohani. Mereka dengan segenap hati akan melayani, bukan harus didorong-dorong sebagaimana biasanya di huria kita. Melalui pelayanan ini, akan muncul pemimpin yang berkualitas yang dimiliki HKBP.
    4. Melalui pemuridan ini kita menikmati kasih yang tulus, sebab kita bersahabat dengan mereka yang kita layani.
    5. Melalui pelayanan pemuridan ini, fokus kita menjadi berubah, orientasi kita mengarah ke luar, bukan ke dalam jemaat semata-mata. Hal itu disebabkan orang yang dilayani dimotivasi oleh orang-orang yang melayani kita. Mereka mendorong kita untuk peduli dengan orang yang belum dilayani. Visi pemuridan pun akan membukakan mata hati kita terhadap visi dunia. Jika seorang anak jemaat HKBP dilayani di dalam pemuridan, lalu kemudian mereka sekolah di luar negeri, bukankah dia juga dapat sekaligus mejadi utusan HKBP untuk memberitakan Injil di kampusnya yang ada di luar negeri? Orang akhirnya mengerti bahwa visi pemuridan itu adalah sesuatu yang sangat besar, sebab dia sedang melaksanakan amanat Agung Kristus.
    6. Para pemimpin kita di masa mendatang adalah pemimpin yang berkualitas, dan mereka bisa menjadi contoh di dalam kehidupan ini.
Dasar pemikiran di dalam pemuridan

1.  Mungkin ada orang bertanya, apa dasar pemuridan yang diutarakan di atas? Jawabannya ialah: Yesus sendiri memerintahkannya.
a.  Mat.28:19-20, Yesus memerintahkan kita untuk memuridkan orang!.
b.  Mat.4:19, Yesus mengatakan agar kita menjala manusia.
c.  II Tim.2:2, Paulus mengatakan agar Timoteus membuat multiplikasi.
d.  Kis. 1:8, Kristus memerintahkan kita menjadi saksi bagi Dia.

Melalui pemuridan, persekutuan akan dibangun menjadi komunitas pelipatgandaan. Banyak persekutuan yang mengira mereka sedang memuridkan, namun mereka tidak melakukannya secara intensif.

2. Alasan kedua ialah: pemuridan adalah prinsip multiplikasi secara rohani, jelas dan konsisten dilaksanakan di dalam Alkitab. Nabi Yesaya menyuarakannya dalam Yes.43:4 bahwa berharga di mata Tuhan orang yang percaya kepada-Nya. Di tempat lain Tuhan juga berjanji bahwa Dia akan mengadakan transformasi dalam hidup orang pilihan-Nya (Yes.60:22). Yesus memerintahkan hal itu agar dilaksanakan (Mat.28:19-20), Paulus juga memerintahkan hal yang sama kepada muridnya Timoteus (II Tim.2:2)

3. Pemuridan membangun anggota jemaat menjadi dewasa secara rohani, demikian juga para pengurus kategori, serta para pemimpinnya. Hal itu diutarakan Paulus di dalam Ef.4:11-15, demikian juga penulis surat Ibrani dalam Ibr.10:24-25

4. Pemuridan adalah strategi yang dipakai Yesus Kristus di dalam menjangkau seluruh dunia bagi diri-Nya sendiri. Oleh karena itu tantangan utama bagi kita sekarang ini ialah: bagaimana kita berpikir secara berbeda dengan para pendahulu kita di dalam melayani, khususnya di kalangan naposobulung, tanpa harus kompromi tentang Injil, dan tidak melangkahi doktrin HKBP. Pertanyaan bagi kita sekarang ini ialah bagaimana kita memotivasi orang supaya berperan serta di dalam pemuridan ini, serta memotivasi orang supaya dapat berinisiatif sendiri untuk mereproduksi murid bagi Kristus, dan bagaimana supaya pengambil keputusan di dalam huria memahami program ini bukan sesuatu yang berbeda dengan pemahaman HKBP pada umumnya.

Bagaimana kita melakukannya.

 Membentuk satu team work yang memahami dengan jelas visi pemuridan di kalangan naposobulung. Mereka ini akan memuridkan orang dan bereproduksi di dalam iman, sehingga semua pengurus dari NHKBP telah mampu bereproduksi. Untuk itu tantangan bagi para pemimpin NHKBP, mereka harus jadi panutan bagi orang yang akan mereka pimpin. Pemimpin yang berkualitas, senantiasa menghasilkan anak bimbing yang berkualitas. Sang pemimpin harus mendemonstrasikan hidup beriman, sehingga mereka yang dilatih itu melihat penerapan iman di dalam hidup pemimpinnya. Pemimpin harus mendorong orang yang dilayani menjadi murid, memperhatikan perkembangan mereka dan juga mendorong mereka ke dalam pertumbuhan.

1.    Team work ini terdiri dari dua atau tiga orang yang dilatih oleh seorang pemimpin. Setelah itu mereka akan merencanakan arah pelayanan itu dibantu oleh Parhalado, khususnya pendeta dan paniroi NHKBP. Para pemimpin ini mendengar dari Allah hal-hal yang harus mereka lakukan. Hal itu akan melahirkan visi yang jelas dan tepat untuk huria yang mereka layani. Setelah itu team work ini akan mendefinisikan arahan, dan memfokuskannya terhadap huria yang mereka layani.
    1. Team work ini harus mengenal dengan baik huria yang mereka layani. Mereka mengenal HKBP dengan seluruh tradisi di dalamnya. Mereka juga harus mengenal dengan baik pribadi-pribadi yang mereka layani. Apa yang menjadi kebutuhannya, dan mereka menyatu dengan orang yang dipimpinnya. Mereka juga harus memahami kebutuhan, penderitaan dan kelemahan mereka sendiri dan orang yang mereka layani. Itulah sebabnya kelompok ini haruslah kelompok kecil, agar dapat saling memperhatikan satu sama lain.
    2. Team work ini diharapkan mempersiapkan lingkungan dimana mereka melayani sehingga suasana pelayanan menjadi kondusif bagi pelayanan itu sendiri. Para pemimpin membuat pendekatan kepada pendeta, para sintua dan para pengurus kategorial lainnya, khususnya para guru sekolah minggu. Mereka harus memberikan sosialisasi tentang pelayanan pemuridan itu kepada setiap orang yang berperan di dalam huria secara proporsional. Di samping itu, para pemimpin yang merupakan team work ini, memaparkan arah pelayanan dan merencanakan pelayanan itu bersama-sama orang yang dilayani.
    3. Team work merubah mind set pelayanan dari orientasi program ke arah orang. Para pemimpin menolong orang yang dilayani agar melayani dalam substansi sharing life ketimbang program.
    4. Team work mengembangkan calon pemimpin secara intensional
    5. Team work akan mengadakan out reach. Team work merencanakan strategi untuk mencapai orang-orang yang belum dilayani di dalam pemuridan. Dengan demikian kita bisa menjangkau orang yang berbakat menjadi berkat bagi bagi sesamanya, dan pada akhirnya bagi huria. Akhir dari semuanya itu ialah terbentuk team work baru yang siap diutus untuk melayani orang lain.
    6. Teamwork ini melayani tanpa batas waktu periodik.
Hasil  dari Pemuridan : 

1.  Adanya satu generasi pelayan yang berjalan bersama dengan Allah, bekerja untuk Allah dan menjangkau orang yang belum dilayani.
( I Tes 1:3 )

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...