04/10/13

Kerendahan Hati






Kerendahan Hati

Kita semua suka akan sesuatu yang indah. Tidak ada satu pun orang yang tidak menyukai keindahan. Tua dan muda, kaya dan miskin, tanpa kecuali, suka akan sesuatu yang indah. Keindahan tidak hanya mencakup hal-hal lahiriah. Pemandangan yang indah, wajah nan cantik rupawan, bunga yang mekar di taman dan lain sebagainya. Keindahan juga mencakup hal-hal yang tidak bersifat lahiriah. Salah satu keindahan di bidang kejiwaan ialah: kerendahan hati. Tidakkah indah jika kita melihat orang mendemonstrasikan kerendahan hati?

Rasa-rasanya tidak ada orang yang menolak kerendahan hati adalah sesuatu yang indah di dalam hidup ini. Namun, sangat disesalkan, sekalipun banyak orang yang setuju kerendahan hati adalah sesuatu yang indah jika didemonstrasikan, ada banyak orang tidak suka akan kerendahan hati, jika ia sendiri dituntut untuk melakukannya. Kerendahan hati hanya indah, jika orang lain menampakkannya untuk kita lihat, tetapi kita enggan untuk melakukannya. Sekalipun kita dengan sadar akan mengatakan hal itu adalah sesuatu yang indah.

Ada banyak orang yang membuat defenisi dari kerendahan hati. Namun aku hanya mau memakai apa yang disuarakan Alkitab tentang kerendahan hati. Rasul Paulus berbicara tentang kerendahan hati kepada jemaat di Filipi. Ia berkata: “dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” Flp 2:3. Kerendahan hati dinyatakan di dalam mendahulukan orang lain ketimbang diri sendiri. Kerendahan hati dikerjakan, tatkala kita menganggap orang lain lebih utama dari diri kita sendiri.

Pengalaman pribadi memberikan pelajaran yang berharga tentang bagaimana kerendahan hati harus dijalankan. Satu ketika dalam hidup ini, aku merasa bukanlah orang yang sombong, tetapi termasuk ke dalam bagian orang yang rendah hati. Hal ini disebutkan demikian disebabkan aku merasa tidak ada yang perlu ditonjolkan di dalam hidup ini. Harta tak punya, gelar pun tidak. Aku hanya orang biasa-biasa saja. Tidak ada yang dapat ditonjolkan. Lalu Tuhan mengajar daku dengan menunjukkan bahwa saya belumlah dapat disebut seorang yang rendah hati.

Satu ketika kelompok kami diminta untuk mengadakan acara penghiburan kepada satu keluarga yang berdukacita, disebabkan anggota keluarga mereka meninggal dunia. Kami pun datang ke rumah duka. Sebagaimana biasanya di rumah duka itu ada banyak orang yang datang melayat. Rombongan kami harus menunggu lebih dahulu, karena di dalam rumah rombongan lain sedang mengadakan acara penghiburan. Tatkala menunggu giliran, kami duduk di bangku yang disediakan tuan rumah di halaman rumah. Aku duduk dengan teman teman di bangku yang berjejar cukup panjang. Di sebelahku duduk seorang teman, notabene ia adalah seorang pejabat tinggi negara. Ia lebih tua dari segi umur dari saya, namun aku lebih awal melayani di Gereja kami, dari pada dia. Di sisi orang ini duduk seorang tua yang jauh lebih tua dari kami berdua.

Tatkala gadis yang membawa minuman mendatangi kami, di tangannya ia membawa nampan berisi gelas yang sudah di isi kopi dan teh. Aku mengambil satu gelas untuk diriku sendiri, sebagaimana dilakukan teman-teman yang lain. Tibalah giliran pejabat tinggi negara yang duduk di sisiku untuk mengambil juga gelas itu. Pertama ia ambil gelas itu dan diberikan kepada orang yang ada di sisi kanannya. Sudah aku katakan tadi bahwa orang itu jauh lebih tua dari kami. Pejabat tinggi negara sungguh rendah hati. Ia mendahulukan orang lain dari pada dirinya sendiri. Ia menerapkan di dalam hidupnya apa yang disuarakan Paulus dalam surat Filipi tersebut. Lalu aku berkata kepada diriku sendiri: mengapa engkau tidak melakukan hal itu kepada pejabat tinggi negara itu? Bukankah ia lebih tua dari engkau? Lalu aku berkata kepada diri sendiri: satu nol untukmu.

Setelah itu kami pun dipersilahkan masuk ke dalam rumah duka. Secara serentak kami bangkit dan mengarahkan diri ke pintu rumah. Karena jumlah kami banyak maka orang saling menunggu untuk dapat giliran masuk ke dalam rumah. Ada tiga anak tangga yang harus dilalui untuk dapat masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba saya sadar, aku telah didorong pejabat tinggi negara itu untuk naik duluan, setelah ia mempersilahkan orang tua tadi naik lebih dulu dari dia. Kembali ia mendahulukan orang lain dari pada dirinya sendiri. Rupa-rupanya hal itu sudah menjadi kebiasaan di dalam hidupnya. Kembali aku berkata kepada diri sendiri: dua kosong kau sekarang.

Setelah kami tiba di dalam rumah, protokol memberitahukan susunan acara yang akan dilakukan. Ia menunjuk orang untuk menyampaikan kata-kata penghiburan kepada keluarga yang sedang berduka. Protokol meminta petinggi negara itu untuk mewakili kami menyampaikan kata-kata penghiburan. Namun beliau menolak dan berkata: di sini ada senior kita. Baiklah beliau yang mewakili kita untuk menyampaikan kata-kata penghiburan. Ia menunjuk saya secara pribadi. Orang ini untuk ketiga kalinya dalam tempo yang singkat telah mendahulukan saya dari dirinya sendiri. Pada hal ia seorang pejabat tinggi negara. Itulah kerendahan hati menurut hemat saya secara pribadi.

Alangkah malunya saya pada waktu itu. Menganggap diri orang yang rendah hati. Ternyata, kerendahan hati saya hanya ada di dalam konsep, tidak dilakukan dalam keseharian. Pejabat tinggi itu menjadi panutan bagi saya, yang merasa sudah rendah hati? Tetapi saya bersyukur, karena Allah memberi sebuah pelajaran yang berharga tentang apa artinya menjadi seorang yang rendah hati.

Kerendahan hati bukan hanya sebuah konsep. Kerendahan hati harus diterapkan dalam keseharian, sehingga orang yang melihatnya sungguh akan mengaku bahwa yang didemonstrasikan itu adalah sesuatu yang indah. Tatkala orang Kristen melakukan kerendahan hati, sama seperti yang diterapkan Tuhan Yesus dan para rasul-Nya, maka orang akan menerima kabar baik yang didepositkan di dalam hidup setiap orang percaya.

Kristus sendiri mendemonstrasikan kerendahan hati. Ia berkata: “belajarlah padaku, sebab aku lemah lembut dan rendah hati” Mat 11:29b. Kerendahan hati Tuhan dinyatakan dalam mendahulukan kehendak Bapa-Nya dari pada kehendak diri-Nya sendiri. Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan Ia telah mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba...” Flp 2:6. Yesus telah memberikan teladan kepada kita di dalam menjalani hidup di dunia ini.

Alangkah indahnya kehidupan di dunia ini, jika semua orang Kristen mendemonstrasikan kerendahan hati sebagaimana disuarakan Alkitab. Aku sendiri telah melihat contohnya, sebagaimana telah diuraikan di atas.




2 komentar:

  1. Kerendahan hati bisa dilakukan seiring dengan pengenalan pribadi dan kesadaran akan keberadaan diri kita. Bila kita menyadari 2hal tsb secara naluriah kita akan mampu menempatkan diri kita pada posisi yg selayaknya dalam berperilaku.

    BalasHapus
  2. Amin! Terima kasih atas sumbang sarannya. Salam

    BalasHapus

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...