31/07/17

Lahir Dari Allah



Lahit Dari Allah  

sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.
I Yohanes 5:4  

Semua orang percaya adalah orang yang lahir dari Allah. Itu berarti kita tidak lagi berasal dari dunia ini, tetapi berasal dari Allah. Tuhan Yesus pun di dalam doa syafaat-Nya, yang dicatat di dalam Injil Yohanes pasal 17 “Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.” Yoh 17:16. Sebuah pertanyaan muncul di dalam hati: bagaimana caranya kita bisa pindah dari orang yang berasal dari dunia, sekarang bukan lagi berasal dari dunia, tetapi dari Allah?
Jawabannya ialah: iman kita. Iman kita kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Iman itu membuat status baru di dalam kehidupan kita. Iman itu bukan hanya memberikan status baru dan juga kebenaran baru di dalam hidup kita. Iman itu pun disebut dalam nas kita, mengalahkan dunia. Kisah orang percaya di sepanjang zaman membuktikan kebenaran dari ajaran tersebut.
Alkisah di zaman perang dunia kedua, sebagian tentara Inggris ditawan oleh tentara Jepang di Birma. Para prajurit yang ditawan ini, dipaksa untuk bekerja membuka lahan untuk dibuat menjadi jalan untuk kereta api. Mereka dibagi per grup, terdiri dari dua puluh orang.

Satu ketika satu grup meyelesaikan pekerjaan mereka. Lalu pengawas mereka memerintahkan agar sekop yang mereka pakai untuk bekerja dikumpulkan dan dihitung jumlahnya. Ternyata sekop itu kurang satu. Si pengawas mengatakan: sekop siapa yang hilang? Tak satu pun dari tawanan itu menjawab. Dengan amarah yang meluap-luap, pengawas itu mengambil pistolnya dan berkata; jika tidak ada orang yang mau mengaku, maka semua akan ditembak mati. Dalam keheningan sesaat, seorang dari antara tahanan itu maju ke depan, lalu ia ditembak mati. Mayatnya digotong teman temannya, sambil membawa sekop  yang sudah dikumpulkan itu.

Di tempat pemeriksaan kedua, sekop itu pun dihitung lagi. Ternyata jumlahnya dua puluh buah. Jadi tak layak orang yang maju tadi dieksekusi. Mereka yang salah menghitungnya. Pada akhirnya Jepang kalah dan menyerah. Kamp tahanan itu pun dikuasai tentara Inggris. Mereka pun membariskan seluruh tentara Jepang yang berjaga di tempat tahanan tersebut. Ada orang yang mengatakan agar mereka dieksekusi hukuman mati, sebagaimana teman mereka tadi dieksekusi.

Salah seorang dari tentara yang mengalami peristiwa di atas mengatakan: “Tidak, sekarang tidak ada lagi balas dendam. Seseorang telah mati demi menyelamatkan nyawa dari belasan jiwa. Sekarang waktunya adalah pengampunan.” Lalu tentara Jepang itu tidak jadi dieksekusi. Berita pengampunan itu dengan cepat tersebar di seluruh kamp tahanan tersebut. Orang saling mengampuni satu sama lain. Juga antara sesama tentara Inggris, juga dengan tentara Jepang. Orang yang mati terbunuh itu telah menghadirkan damai di kamp tahanan itu melalui kematiannya.

Itulah iman yang mengalahkan dunia. Iman orang yang dieksekusi itu memenangkan nyawa dari teman temannya yang sembilan belas itu. Iman salah satu dari peserta grup itu pun memenangkan nyawa dari tentara Jepang itu dari balas dendam. Bahkan iman kepada Yesus Kristus itu pun memenangkan hati orang yang mau balas dendam, sehingga ada pengampunan terhadap tentara Jepang. Bahkan sesama mereka pun saling mangampuni. Itulah iman yang mengalahkan dunia.

30/07/17

Pikul




Pikul

Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.
I Petrus 2:24a

Kristus Yesus mati di kayu salib untuk memikul dosa-dosa kita. Agar kita dapat memahami dengan baik dan benar, makna dari karya Tuhan Yesus di kayu salib itu, maka sangat amat perlu untuk memahami makna dari persembahan kurban di Perjanjian Lama. Untuk itu sejenak kita akan membicarakannya.
Jika seorang berdosa di Perjanjian Lama, maka sebagai penghapus dosanya, ia harus membawa seekor kambing atau domba ke hadirat Allah di Bait-Nya yang kudus. Kurban itu tidak boleh ada cacat celanya. Hal itu diuji oleh para imam, yang tahu persis akan  hukum hukum tentang ibadah kurban. Setelah dilihat tidak ada cacat celanya, maka si pendosa diharuskan meletakkan tangannya ke atas kepala dari binatang kurban itu. Setelah diletakkan tangannya, maka ia akan mengaku dosanya di depan imam yang akan mempersembahkan kurban.
Pada waktu tangan itu diletakkan di atas kepala kurban, dipahami orang Yahudi, dosa si pendosa dipindahkan kepada kurban. Dan sebagai gantinya, ketidakbercacatcelaan dari kurban dipindahkan kepada si pendosa. Si pendosa jadi tidak bercacat cela, kurban itu jadi dosa. Karena binatang kurban itu sudah menjadi dosa, maka ia pun harus disembelih. Sebab upah ialah maut. Itulah yang terjadi di ibadah kurban di Bait Allah.
Sekarang kita melihatnya di dalam karya Tuhan Yesus Kristus. Si pendosa itu adalah kita orang percaya. Kurban itu adalah Tuhan Yesus sendiri. Kurban itu tidak boleh ada cacat celanya. Kristus memang tidak bercacat cela. Si pendosa harus menumpangkan tangannya di atas kepala kurban dan mengaku dosanya. Itu artinya kita percaya bahwa Yesus mati di kayu salib demi menebus dosa kita. Kita pun harus mengakui dosa dosa kita di hadapan Allah.
Pada waktu kita percaya akan kematian Yesus untuk kita sendiri sebagai si pendosa, maka dosa kita pun dipindahkan ke Tuhan Yesus. Dan ketidakbercelaan Tuhan Yesus pun dipindahkan kepada kita. Kristus pun jadi dosa. Oleh karena itu Ia harus dibunuh. Kristus jadi dosa oleh karena kita. Hal itu dikatakan Paulus di surat kepada Jemaat Korintus, II Korintus 5:21. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”
Tatkala kurban itu disembelih dan menggelepar-gelepar, si pendosa harus mengatakan kepada dirinya: itulah seharusnya saya. Syukur kepada Allah, Ia memberikan kepada saya jalan keluar, sehingga saya bebas dari dosa dan kurban membawa dosa saya ke dalam maut. Itulah yang terjadi kepada kita, tatkala kita percaya kepada Yesus Kristus yang mati di kayu salib. Kita dapat mengatakan bahwa beriman kepada Yesus Kristus, itu  berarti indentifikasi dengan Kristus.
Kristus mati di  kayu salib, saya pun telah mati bersama dengan Dia. Yesus dikuburkan, saya pun dikuburkan bersama dengan Dia. Ia dibangkitkan dan naik ke surga, maka saya pun turut dibangkitkan dan diberi tempat bersama dengan Dia di surga. Itulah kesaksian Alkitab. Lalu kita mengaminkannya di dalam hidup ini. Sudahkah saudara mengaminkannya di dalam hidup ini?

29/07/17

Hikmat



Hikmat
I Raja-raja 3:4 – 12

Sangat langka orang yang diberi kesempatan untuk meminta apa pun yang dikehendaki, akan mendapatkan permohonannya. Salah satu dari yang langka itu ialah Raja Salomo. Menarik untuk disimak, respon pertama dari Raja Salomo mendengar tawaran itu ialah: memuji Allah yang  memelihara kasih setia-Nya kepada ayahnya Daud. Ia tidak langsung mengajukan permohonannya, tatkala tawaran itu diterimanya.

Ini satu pelajaran yang berharga bagi kita. Seorang yang bijak di hadapan Allah, adalah seorang yang tahu memuji Allah di dalam hidupnya. Salomo meninggikan Allah yang telah membuat dia duduk di tahta kerajaan ayahnya Daud. Pujian kepada Allah adalah bagian terpenting dari ibadah kita kepada Allah yang kita kenal di dalam Kristus Yesus Tuhan kita.

Di samping memuji Allah, Salomo pun mengakui kelemahannya. Ia mengatakan bahwa ia masih muda, dan tidak cakap untuk memerintah dan menjadi hakim bagi bangsa yang jumlahnya sangat banyak itu. Orang yang mengenal Allah dengan baik dan benar, senantiasa melihat bahwa dirinya tidak mampu untuk melakukan tugas yang diembankan kepadanya. Ia hanya dapat berharap, Tuhan akan memampukan dia untuk tugas yang dimikian berat. Paulus mengatakan kepada Jemaat di Korintus, bahwa kesanggupannya adalah pekerjaan Allah. Cf II Korintus 3:5.

Salomo memohonkan hikmat dari surga untuk memerintah bangsa yang besar itu. Ia merasa bahwa hikmat yang dia miliki, tidaklah mampu untuk memerintah umat Allah dengan baik dan benar. Ia memohonkan sesuatu yang  lebih besar dari  hikmat dunia yang dimilikinya. Salomo meminta sesuatu yang lebih besar dari apa yang ada di dunia ini.

Berbicara tentang hikmat dunia ini, Paulus mengatakan bahwa hikmat dunia adalah sebuah kebodohan dari sudut pandang hikmat Allah. Hal itu diutarakan Paulus di dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus. I Kor 1:20. Salomo melihat bahwa hanya dengan hikmat dari Allahlah yang membuat dia dapat memerintah dengan baik dan benar.

Hal ini pun satu pelajaran berharga bagi kita. Hanya dengan hikmat dari Allahlah kita dapat menjalani hidup ini dengan baik dan benar di hadapan Allah. Hikmat dunia senantiasa berpusatkan pada diri manusia itu sendiri. Sementara hikmat Allah senantiasa membuat Allah  menjadi pusat dari kehidupan. Salomo menjadi orang yang paling berhikmat di seantero sejarah umat manusia, berdasarkan kesaksian Alkitab. Kita pun dapat menerima hikmat dari surga itu, jika kita mau meminta seperti Raja Salomo. Tentang hal ini Rasul Yakobus menasihatkannya bagi kita. Yakobus berkata: “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit --, maka hal itu akan diberikan kepadanya.” Yakobus 1:5.

Pelajaran lain yang menarik untuk direnungkan ialah: Salomo mendapatkan jauh lebih banyak dari apa yang diharapkannya dari Allah. Hal yang sama pun akan terjadi di dalam hidup saudara dan saya, jika kita meminta apa yang sangat kita perlukan di dalam hidup ini. Paulus mengatakan hal itu di dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.” Efesus 3:20.

Datanglah kepada Allah dan pohonkan hikmat surgawi dikaruniakan kepada saudara dan saya. Lalu hiduplah dengan hikmat dari surga itu untuk kemuliaan Allah semata-mata.

28/07/17

Ajal



Ajal

 "Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!
Mazmur 39:5 
  
Adalah bijak untuk mengatahui apa akhir dari kehidupan kita. Dia yang tahu akan hal itu hanyalah Allah semata-mata. Itulah sebabnya Daud memohon agar kepadanya diberitahukan akan akhir hidupnya. Untuk apa hal itu menjadi sesuatu yang perlu? Kita perlu mengetahui akhir hidup kita, sebab segala sesuatu akan diukurkan pada akhir hidup yang kita jalani. Seandainya kita tahu akan apa jadinya akhir hidup kita, maka perjalanan hidup yang kita jalani akan ditentukan oleh akhir hidup itu sendiri.

Orang bisa menjalani kehidupan yang makmur, sejahtera, tetapi bagaimana dengan akhirnya? Tidakkah akhir hidup itu sangat menentukan? Seandainya hidup berakhir di dalam kekelaman, tidakkah kemakmuran dan sejahtera itu menjadi sesuatu yang tidak  berguna lagi? Itulah sebabnya bagi kita sangat perlu untuk mengetahui akhir hidup ygkita jalani sekarang ini.

Daud ingin mengetahui ajalnya, dengan maksud dan tujuan bahwa hidup itu adalah sesuatu yang fana. Akan berakhir juga, betapa mulianya pun hidupnya sebagai seorang raja untuk bangsa Israel. Semuanya akan berakhir. Tetapi bagi kita sekarang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Kita tahu persis bahwa akhir hidup kita bukan fana. Kita akan bangkit dari antara orang mati, pada waktu malaikat Tuhan membunyikan sangakakala penghakiman terakhir. Kita akan menyongsong kedatangan Tuhan di udara dan akan memerintah bersama dengan Tuhan di langit yang baru dan bumi yang baru kelak.

Karerna akhir hidup sangat menentukan, maka pengetahuan akan berakhirnya kehidupan kita di dalam kekekalan, akan mengubah cara hidup kita di dunia yang kita sedang jalani sekarang ini. Segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini, semuanya itu adalah dalam rangka persiapan akan memerintah bersama dengan Tuhan di surga kelak.

Jika orang dunia berusaha untuk memerintah di dunia ini dengan segala kemampuan yang ada padannya, lain dengan orang percaya. Di dunia ini adalah sesuatu yang fana. Sesuatu yang pada ujungnya akan berakhir di penghakiman. Sementara kita bermula dari penghakiman terakhir dan tanpa ujung pula di kekekalan pada langit yang baru dan bumi yang baru.

Oleh karena itu sebuah pertanyaan perlu diajukan pada diri kita  masing-masing: sudahkah saudara dan saya tahu persis akan ajal yang akan menghadang kita di masa depan? Bagaimana akhir kehidupan yang sedanng kita jalani sekarang ini. Berakhir di penghakiman terakhirkah, atau berakhir di dalam kekekalan.

Mereka yang percaya kepada Yesus Kristus dan sudah dilahirkan kembali ke dalam kehidupan yang kekal tahu persis akan kesaksian Alkitab yang mengatakan bahwa akhir hidupnya berada di dalam kekekalan. Semoga saudara dan saya tahu persis akan hal iini dan tidak pernah ragu sedikit pun. Allah setia untuk menggenapi apa yang sudah dijanjikan-Nya melalui firman-Nya.

27/07/17

Tuhan yang Kaya



Tuhan yang Kaya

Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.
Roma 10:12

Orang Batak punya sebuah ungkapan tentang orang kaya: namora urat ni hosa – orang kaya akar kehidupan. Ungkapan ini sangat pas jika dikenanakan kepada Tuhan sendiri. Bagi Tuhan tidak ada perbedaan dari umat manusia. Sekali pun umat manusia itu mengadakan perbedaan di antara mereka. Pandangan Tuhan terhadap manusia di dasarkan pada kekayaan kasih karunia-Nya.

Orang Yahudi membagi dua kelas umat manusia. Pertama ialah orang Yahudi sebagai umat Allah dan kedua bangsa-bangsa bukan Yahudi. Sebagai umat Allah, orang Yahudi bangga bahwa merekalah yang diselamatkan, sementara bangsa bangsa lain tidak akan selamat. Bukan hanya orang Yahudi yang membagi masyarakat ke dalam kelas kelas tertentu. Orang Yunani pun membagi dua masyarakat menurut mereka. Kelas pertama ialah Yunani sendiri. Mereka me n gatakan bahwa mereka adalah bangsa yang beradab. Sementara bangsa bangsa di dluar Yunani adalah bangsa barbar, atau biadab.

Sekarang Injil Yesus Kristus yang diberitakan rasul Paulus mengatakan bahwa tidak ada perbedaan di dalam pandangan Allah tentang manusia. Orang Yahudi dan orang  Yunani sama di mata Tuhan. Semua orang dapat diselamatkan jika mereka mau percaya kepada Injil Yesus Kristus. Sekarang kita dapat mengatakan bahwa Allah tidak memandang muka seseorang. Ia kaya untuk semua orang yang berseru kepada-Nya. Paulus mengatakan di dalam ayat sebelum nas kita: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.”  Perkataan itu diulang lagi dalam ayat 13 dengan mengatakan: “Barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.”

Keselamatan adalah milik Allah, yang Dia berikan kepada orang yang percaya dan berseru kepada nama-Nya. Jika ada orang percaya bahwa di dalam diri Allah ada pengampunan, dan hanya bilamana Allah mengampuni dia, maka ia  akan selamat, lalu berseru kepada nama Tuhan. Ia akan diselamatkan sekali pun dosanya tak terhingga banyaknya. Allah itu kaya di dalam rahmat dan kasih karunia. Itulah  yang diberitakan Injil kepada semua orang di muka bumi ini.

Kata kunci ialah berseru kepada Allah yang kaya akan kasih karunia dan rahmat. Ia akan menyelamatkan mereka yang berseru kepada-Nya dengan segenap hatinya. Oleh karena itu kita dapat mengatakan, bilamana seseorang yang bukan Kristen, merasa perlu mendapatkan pengampunan dari Allah atas dosa dosanya. Sementara itu ia percaya bahwa tidak ada kebenaran di dalam dirinya di hadapan Allah. Hanya pengampunan Allah sajalah yang dapat diandalkannya agar dia selamat dari api neraka, maka ia akan diselamatkan. Kristus Yesuslah pengampunan yang diberikan Allah bagi seluruh umat manusia di dunia ini.

Karena Allah adalah kaya dalam kasih karunia dan rahmat, maka Ia dapat dijadikan menjadi akar kehidupan bagi kita di dunia ini dan dunia yang akan datang. Sudahkah saudara dan saya berjumpa dengan Allah yang kaya itu dan Dia share kekayaan-Nya bagi saudara dan saya?

Hotman Siahaan

hotman.siahaan@gmail.com

26/07/17

Kurban



Kurban

Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
I Samuel 15:22

Nas kita berlatarbelakangkan tindakan Raja Saul yang tidak menaati perintah Tuhan untuk membumihanguskan segala sesuatu yang ada di dalam kerajaan Amalek. Raja Saul mengatakan, rakyat yang menyisihkan kurban untuk Tuhan, sehingga tidak terlaksana dengan baik dan benar perintah Tuhan untuk membumihanguskan Amalek. Sebagai respon terhadap argumen Raja Saul, Samuel mengungkapkan nas kita pada pagi hari ini.
Pola pemikiran yang diungkapkan oleh Raja Saul itu adalah pola pemikiran dari orang yang  menyembah berhala. Allah dapat disogok dengan sebuah kurban persembahan yang diberikan kepada-Nya. Oleh karena itu, para penyembah dewa dewa sering dibuat dengan jumlah yang besar. Sebab mereka merasa bahwa kurban persembahan adalah sesuatu yang disenangi para dewa. Bukan demikian dengan Allah Israel. Samuel mengatakan bahwa mendengarkan suara Tuhan, lebih diperkenankan Tuhan, dari pada kurban persembahan.
Dalam kosa kata bahasa Indonesia, ada isitilah dengar-dengaran. Makna dari kata itu ialah: melakukan apa yang didengar. Jadi tidak hanya mendengar semata-mata. Mendengar dan melakukan persis seperti yang kita dengar, adalah sesuatu yang dimaksukan dengan dengar-dengaran. Jadi kita dapat katakan bahwa Raja Saul tidaklah dengar dengaran kepada firman Allah.
Mendengar adalah sesuatu yang penting dalam budaya Israel. Hal itu terbukti dari pengakuan iman orang Israel yang mengatakan: “Hai Israel dengarlah Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa, kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu. Dengan disebut mendengar di dalam pengakuan itu, bukan berarti hanya mendengar semata-mata, tetapi juga mendengar dan melakukan apa yang didengar.
Hal ini memberikan pelajaran yang berharga bagi kita. Mendengar firman Allah dan melakukan friman itu sebagaimana diungkapkan di dalam firman itu. Persembahan lahiriah  memang perlu, tetapi ketaatan kepada firman, jauh lebih bermakna dari pada persembahan lahiriah. Melakukan firman Allah, jauh lebih berharga dari pada hanya memberikan persembahan dalam bentuk materi.
Persembahan lahiriah itu pada dasarnya memiliki makna rohani. Ia tidak hanya persembahan di dalam  bentuk natura. Misalnya lemak dari kurban itu harus dipersembahkan. Bukan lemak yang banyak yang dibutuhkan Allah, tetapi makna rohani dari lemak tersebut. Lemak adalah simbol dari kemakmuran. Orang harus memberi persembahan itu dengan kelimpahan syukur kepada Allah. Tidak hanya sekedar mempersembahkan kurban.
Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa kurban persembahan yang berkenan kepada Allah bukan lagi hal lahiriah, tetapi tubuh yang dipersembahkan kepada Allah. Hidup itu adalah sebuah persembahan kepada Tuhan. Kita hidup dalam sebuah pengabdian kepada Allah. Hidup yang dipersembahkan kepada Allah disebut Paulus adalah ibadah yang sejati. Sdkh saudara mempersembahkannya?

25/07/17

Sumber Daya


Sumber Daya

Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
Roma 15:5 – 6

Bagi orang yang mengenal Allah dengan baik dan benar, maka ia akan menemukan bahwa Allah itu adalah sumber daya untuk segala galanya bagi dia. Hal itu diungkapkan Paulus di dalam nas kita pada pagi hari ini. Di tengah tengah persekutuan Jemaat Roma, didengar Paulus ada perpecahan di antara mereka. Ada orang yang disebut lemah imannya, dan ada juga orang yang disebut kuat imannya. Permasalahan mereka adalah soal makanan.
Perpecahan itu tentulah menimbulkan kepedihan di hati mereka yang beriman. Kepedihan hati itu dibawakan Paulus kepada Dia yang  menjadi sumber segala sesuatu baginya. Ia mengenal Allah sebagai sumber ketekunan, dan sumber segala penghiburan. Ia  berdoa supaya Jemaat di Roma itu diberikan ketekunan  untuk mengikut ajaran Kristus dan dihiburkan dengan adanya penerimaan yang satu terhadap yang lain dalam hal iman. sehingga tercipta kerukunan di dalam Jemaat tersebut.
Allah sebagai sumber penghiburan sungguh sangat jelas bagi Paulus. Ia menyaksikan hal itu di dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus, :”Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” II Kor 1:3 – 4.
Para murid Tuhan menemukan Tuhan Allah adalah sumber daya yang mencukupkan segala keperluan mereka. Di Perjanjian Lama kita mendengar orang kudus menyebut Allah itu gunung batu, tempat perteduhan, kubu pertahanan dan kota berkubu. Paulus berbicara tentang Allah sebagai sumber pengharapan dalam Roma 15:3 yang dapat memenuhi kita dengan sukacita dan damai sejahtera dalam iman.
Sebuah pertanyaan yang perlu diajukan kepada kita ialah: sudahkah kita menemukan Allah yang kita percaya itu adalah sumber dari segala sesuatu yang diperlukan di dalam hidup ini. Di dalam nas kita ini, kita menemukan Paulus berharap kesatuan iman di antara Jemaat di Roma, akan dapat ditemukan tatkala Allah sumber segala ketekunan dan penghiburan juga ditemukan Jemaat tersebut. Produknya ialah Jemaat satu suara untuk memuliakan Allah di dalam kehidupan mereka.
Apa pun masalah yang saudara dan saya hadapi di dunia ini, Allah Bapa di dalam Yesus Kristus adalah sumber daya yang saudara dan saya perlukan. Bicara tentang keselamatan, Allah adalah sumbernya, bicara tentang pergumulan hidup, Allah sumber penghiburannya. Bicara tentang kekudusan hidup, saudara dan saya akan temukan hal itu di dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Temukanlah Kristus, maka saudara dan saya menemukan sumber daya hidup yang tak habis habisnya di dalam hidup ini.

23/07/17

Doa Syafaat



Doa Syafaat

Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.
I Timoteus 2:1 – 2        

Gereja memiliki tiga tugas yang harus dilaksanakannya, yakni menaikkan permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang. Kita berdoa bukan hanya untuk orang orang yang kita kasihi semata-mata, tetapi untuk semua orang. Secara khusus Paulus menyebut para raja raja dan pembesar, agar kita dapat hidup dengan tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Orang percaya adalah orang saleh dan orang terhormat di dunia ini.
Dalam hidup ini, ada banyak hal yang dapat diceriterakan. Dikota Bristol Inggris, ada seorang kaya yang memandang ke sebuah menara Gereja, tatkala dia mulai ragu tentang keberadaan Allah. Menara Gereja yang dimaksud ialah menara Gereja yang ada di kompleks panti asuhan yang dikelola oleh George Muller. Muller adalah seorang tokoh yang terkenal di dalam hal doa. Ia mengelola satu panti asuhan yang mengasuh ribuan orang, tanpa didukungoleh satu yayasan yang menopang keuangan panti asuhan tersebut. Ia hanya mengandalkan Allah di dalam segala kebutuhan sehari-hari mereka.
Pada satu malam, Muller melihat para staf terlihat gelisah dan berbisik-bisik satu sama lain. Lalu ia menanyakan apa yang mereka perbincangkan. Lalu mereka menceriterakan kepadanya bahwa roti tidak ada lagi untuk dimakan besok pagi, sementara mulut yang akan disuapi makanan ada ribuan. Lalu pada malam hari itu, Muller mengumpulkan seluruh staf. Ia mengatakan kepada mereka perkataan ini: “Pada malam ini, kita akan mengadakan upacara penguburan. Ia membagikan sebuah batu kecil kepada tiap orang yang ikut di dalam upacara itu. mereka mengajukan pertanyaan kepada Muller: “Siapa yang meninggal?” Muller mengatakan yang akan dikubur itu ialah: “kekuatiran” kita sekalian.
Ia meminta agar batu kecil yang ada di tangan tiap-tiap orang, digambarkan sebagai kekuatiran. Lalu mereka melemparkan tiap batu itu ke dalam liang kubur. Lalu kuburan itu pun di tutup. Mereka membuat satu prasasti di atas kuburan tersebut dengan tulisan: di sini telah dikuburkan segala kekuatiran kami. Kuburan itu tetap di dalam komplek panti asuhan itu, sebagai peringatan. Mereka disuruh untuk tidur. Pada pagi harinya, tatkala mereka bangun, mereka melihat ada beberapa truk parkir di depan pekarangan mereka. Seorang kaya di kota Bristol menuliskan surat kepada Muller. Ia menulis: “tadi malam saya tidak bisa tidur. Saya mengingat panti ini. Lalu saya berkata: apa yang akan mereka makan pagi hari iniKemudian saya mengirimkan tepung ini untuk diolah menjadi roti.” Tepung itu cukup untuk mereka dalam jangka satu bulan.
Dituturkan pula, Muller mendoakan dua orang sahabatnya supaya menjadi Kristen. Ia berdoa terus tiap hari bagi kedua orang itu dalam syafaatnya. Ia berdoa untuk orang tersebut selama tujuh puluh tahun lamanya. Satu orang bertobat dan menjadi Kristen, setahun sebelum Muller meninggal dunia. Satu lagi bertobat setahun setelah Muller meninggal dunia. Ada banyak yang dapat kita lakukan melalui doa syafaat kita.

22/07/17

Bercahaya


Bercahaya

Matius 13:24 – 30; 36 – 43

Perjalanan hidup manusia dimulai dari dia lahir, jadi batita, balita, remaja, pemuda dan orang dewasa. Inilah garis besar dari pejalanan hidup umat manusia. Berbeda dengan garis besar kehidupan manusia yang dimulai dari lahir dan ujunnya meninggal, graris kehidupan orang percaya dimulai dari akhir dan berujung dalam akhir pula. Hal itu sangat jelas diutarakan oleh nas kita. Akhir dari kehidupan orang percaya ialah: bercahaya seperti matahari. Kita sudah tahu sebelumnya apa yang akan kita dapatkan di dalam akhir hidup kita. Sementara orang dunia tidak tahu apa yang mereka dapatkan di akhir hidupnya.
Oleh karen kita sudah tahu akan akhir dari hidup kita kelak berada disurga, ada orang yang mengatakan bahwa kita boleh  berbuat dosa, toh kita pasti masuk surga. Orang yang mengatakan hal ini adalah orang yang tidak tahu makna dari kehidupan kekal yang diberikan Allah bagi kita. Jika kita memiliki hidup yang kakal itu berarti hidup kita sama seperti hidupnya Allah. Allah sangat membenci dosa, oleh karena itu, orang yang mengatakan marilah kita berbuat dosa, toh akan masuk surga. Pada hakekatnya orang itu adalah orang yang tidak mengenal hidup yang kekal.
Orang itu dapat disetarakan dengan lalang di dalam nas bacaan kita. Yang menjadi  bapa bagi dia adalah iblis dan bukan Allah Bapa di dalam Yesus Kristus Tuhan kita. Dari nas kita, kita ketahui bersama, bahwa lalang dan gandum pada  mulanya sama wujudnya. Lalang serupa benar dengan gandum. Tetapi setelah mereka berbulir, kelihatanlah perbedaan mereka.  Hal yang sama juga dengan orang yang benar dan orang jahat, sebagaimana dituturkan nas bacaan kita pada pagi hari ini.
Karena kita telah ditetapkan menjadi terang yang bercahanya di masa mendatang, Roh Kudus berkarya di dalam diri kita, supaya kita tetap berada di jalur yang sudah ditentukan untuk kita ikuti bersama. Kita dapat mengatakan bahwa kita berjalan di satu lorong yang panjang. Kita tidak dapat bergerak keluar dari lorong itu. Kita hanya berjalan di sepanjang lorong itu, yang ditentukan Allah untuk kita jalani. Itulah sebabnya kita dapat mengatakan keselamatan kita adalah sesuatu yang pasti, dan tidak  mungkin hilang.
Melalui perumpamaan ini, kita disuruh untuk merenungkan di dalam lubuk hati kita yang paling dalam, apakah kita ini termasuk lalang atau gandum. Pada tahap awal, tidak ada perbedaan antara lalang dan gandum. Tetapi setelah menghasilkan buah, sangat jelas perbedaannya. Anak anak iblis dan anak anak Allah sungguh sangat jelas buahnya. Paulus mengatakan orang yg berjalan di lorong yang ditentukan Allah. Dan hidup di dalam roh, mereka akan mengasilkan buah roh di dalam perjalanan hidupnya. Sementara orang yang hidup di dalam daging akan men ghasilkan buah daging sebagaimana disuarakan Paulus dalam Galatia 5:19-21.
Tidak boleh tidak, orang dunia hanya akan menghasilkan buah daging, karena ia berada di bawah hukum daging. Sementara orang rohani berada di bawah hukum rohani yang menghasilkan buah roh. Sebuah pertanyaan perlu diajukan pada kita: lalangkah saudara atau gandum? Telitilah dengan seksama dari buah yang saudara hasilkan di dalam hidup ini.

21/07/17

Pengakuan Dosa



Pengakuan Dosa

Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.
Yesaya 64:6

Nabi Yesaya  bertidak sebagai pendoa syafaat atas keberdosaan bangsanya. Doa syafaat itu ditulis di dalam kitab Nabi Yesaya ini mulai dari pasal 63:7 sampai pasal 64:12, dimana nas bacaan kita pada pagi hari ini ada di dalamnya. Sungguh sangat menarik untuk membahas doa syafaat ini. Nabi Yesaya mengidentifikasikan dirinya dengan bangsa itu. Ia adalah bagian dari bangsa itu. Sehingga tatkala bangsa itu berdosa, maka ia turut ambil bagian dengan keberdosaan bangsa itu. Pada hal dia adalah nabi Allah yang telah dikuduskan untuk memberitakan firman Allah bagi bangsa Yehuda.
Di dalam nas kita, Yesaya berkata: “Segala kesalehan kami seperti kain kotor, kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan angin. Yesaya turut bersama dengan bangsa itu menjadi seorang najis dan seperti kain kotor, pada hal ia adalah seorang nabi. Hal yang sama dilakukan nabi Yesaya pada waktu ia mendapatkan panggilan menjadi nabi. Hal itu dituturkan di dalam Yesaya pasal 6.
Dalam pengakuan dosa yang panjang ini, nabi Yesaya meminta agar Tuhan sendiri yang turun dari surga untuk menyelamatkan bangsa Yehuda dari keberdosaannya. Hal itu diutarakan dalam Yes 64:1. Dalam ayat 4 Yesaya mengatakan bahwa Allah sendiri yang turun untuk meyelamatkan bangsa itu dari keberdosaannya. Tidak pernah ada dituturkan orang hal seperti itu pernah terjadi. Hal ini terlaksana di dalam diri Yesus Kristus Tuhan kita. Allah menjadi manusia untuk menebus umat berdosa dari keberdosaannya.
Dalam pengakuan dosa itu, Yesaya mengatakan bahwa pada hakekatnya mereka itu akan lenyap oleh karena keberdosaannya. Yesaya sadar akan hal itu, oleh karena ia telah melihat Allah bertahta di atas kerubim, sebagaimana dituturkan di dalam Yesaya pasal 6. Para serafim itu berseru: “Kudus, kudus, kuduslah Allah semesta alam, bumi penuh dengan kemuliaan-Nya.” Respon dari Yesaya melihat itu ia berkata: “Celakalah aku! Aku binasa, sebab aku ini seorang najis bibir dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat sang raja yakni TUHAN semesta alam.”
Semua orang yang pernah berjumpa dengan Allah akan berhadapan dengan kekudusan Allah. Kekudusan Allah akan mengungkapkan keberdosaan kita di hadapan Allah. Hal itu juga akan mengungkapkan kebinasaan dari orang berdosa. Namun Yesaya berdoa syafaat untuk bangsa itu, karena ia tahu di dalam diri Tuhan yang kudus itu, ada pengampunan. Itulah sebabnya Yesaya mengatakan: “Ya TUHAN, janganlah murka amat sangat dan janganlah mengingat-ingat dosa untuk seterusnya! Sesungguhnya, pandanglah kiranya, kami sekalian adalah umat-Mu.” Yes 64:9.
Kini kita mendapatkan sebuah patron di dalam berdoa syafaat. Doa syafaat yesaya di dengar Tuhan, sehingga kita baca di Yes 65:1 “Aku telah berkenan memberikan petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan aku.” Ini adalah bagian dari jawaban Allah atas syafaat dari Yesaya yang dicatat di dalam Yesaya 65:1-16. Jika Yesaya  berhasil dengan pengakuan dosanya, kita pun akan berhasil dengan pengakuan dosa kita di hadapan Allah. Di dalam diri Allah ada pengampunan.

20/07/17

Kasih Allah



Kasih Allah

Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
I Yohanes 4:9        

Kasih yang sejati senantiasa harus dibuktikan. Tidak ada kasih yang tidak bertindak  untuk mereka yang dikasihinya. Hal yang sama pun dilakukan Allah. Ia mengasihi umat manusia yang sudah di dalam dosa. Allah membuktikan kasih-Nya dengan mengutus Anak-Nya Yang Tunggal untuk mati di kayu salib, untuk menebus umat manusia yang telah berdosa itu.
Semua agama di dunia ini mengajarkan bahwa Allah itu Mahakasih, tetapi mereka tidak dapat memberikan satu contoh kongkrit tentang kasih Allah. Paling mereka mengatakan bahwa Ia memberikan kita hidup dan rejeki. Semua itu hanyalah sesuatu yang abstrak. Lain dengan pengajaran Alkitab. Allah membuktikan kasih-Nya dengan jalan mengutus Anak-Nya untuk mati di kayu salib, justru untuk orang yang  mendukakan hati-Nya oleh karena keberdosaan umat tersebut.
Ada banyak orang yang mau mati untuk mereka yang dicintainya. Pernah dituturkan ada seorang ibu yang hamil tua. Ia menderita tekanan darah tinggi. Dokter mengatakan bahwa anak itu harus dikorbankan demi keselamatan ibu tersebut. Sang ibu menolak anak itu dikorbankan. Ia rela mati demi anak itu, sebab anak itu adalah satu satunya harapan bagi keluarga untuk meneruskan keturunan. Sebab suaminya menderita sakit tertentu, sehingga tidak mungkin lagi menurunkan anak. Karena kasihnya kepada suami yang merindukan keturunan, ibu itu
Namun tidak demikian dengan Tuhan. Ia justru mau mati untuk orang yang sungguh menjadi musuh-Nya. Di dalam diri Yesus yang mati di kayu salib itu, kita melihat murka Allah atas dosa, sekaligus cinta kasih Allah atas umat manusia. Di Taman Getsemani itu Yesus memohon agar cawan itu dilalukan dari diri-Nya. Tetapi Sang Bapa diam, oleh karena kasih-Nya kepada manusia. Sebab tidak ada jalan lain bagi manusia untuk selamat, jikalau Yesus tidak naik ke kayu salib itu.
Di kayu salib itu pun terlihat dengan  jelas kasih Allah kepada manusia. Ia menghukum Anak-Nya yang sudah serupa dengan manusia. Manusia yang tanpa dosa itu berseru seru dengan mengatakan Eli, Eli lama sabakhtani, namun Sang Bapa diam, karena kasih kepada manusia Ia harus meninggalkan Anak Tunggal-Nya, agar manusia diselamatkan. Namun sekarang kata kasih sudah tidak lagi punya makna yang dalam di hati orang. Orang mengatakannya tanpa ada tindakan di dalam dirinya terhadap orang yang dikatakan dikasihinya. Aku sudah mengganti kata kasih di dalam kamus kehidupan pribadi ini, dengan kata peduli. Sejauh mana saya mengasihi seseorang, hal itu dapat diukur dari sejauh mana saya peduli dengan keberadaannya.
Allah peduli dengan keberadaan kita, karena itu Ia mengutus Anak-Nya mati di kayu salib, agar kita dibenarkan di hadapan-Nya. Tidak hanya itu kepeduliaan Allah terhadap kita. Untuk  menjaga agar karya Yesus itu tetap menjadi bagian kita, Allah mengutus Roh Kudus-Nya untuk mengajar dan menuntun kita berjalan di jalan yang sudah dirintis-Nya untuk dijalani.
Sebuah pertanyaan perlu diajukan kepada kita: Apakah saudara dan saya peduli dengan Allah di dalam kehidupan ini? Dapatkah saudara menuturkan wujud dari kepedulian saudara terhadap Allah?

19/07/17

Pertobatan



Pertobatan

Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada TUHAN! katakanlah kepada-Nya: "Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.
Hosea 14:3

Sangat menarik untuk menganalisa relasi Allah Israel dengan umat-Nya. Allah dengan tegas Allah melalui nabi-Nya Hosea, telah mengumumkan bahwa: “Samaria harus mendapat hukuman, sebab ia memberontak terhadap Allahnya. Mereka akan tewas oleh pedang, bayi-bayinya akan diremukkan, dan perempuan-perempuannya yang mengandung akan dibelah perutnya.” Hosea 14:1. Namun setelah itu Allah berfirman kepada bangsa itu agar bertobat dan membuat pengakuan dosa, sebagaimana diungkapkan di dalam nas kita.
Logikanya, jika penghukuman sudah diumumkan, maka tidak ada lagi ajakan supaya bertobat. Penghancuran telah ditetapkan untuk dijalankan  bagi bangsa itu. Tetapi bertentangan dengan logika itu, Allah justru berharap agar bangsa itu bertobat, supaya penghukuman tidak terjadi. Bahkan Allah sendiri berkata bahwa: “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka.” Hal ini disuarakan sendiri dalam ayat 5 pasal 14 ini.
Itulah Allah Israel, Dia yang menghukum, tetapi Dia juga yang berkarya untuk memulihkan bangsa yang dihukum-Nya itu. Ia melakukan hal itu dengan sukarela dan oleh karena kasih-Nya. Jadi teringat akan apa yang disuarakan Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Roma: “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Roma 11:36. Allah yang berkarya dari sejak semula, dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia.
Hal yang sama dikerjakan Allah di dalam diri kita sekarang ini. Allah menghendaki pertobatan. Namun pertobatan itu pun muncul di dalam hati kita, hanya karena Allah bekerja di dalam diri kita, melalui Roh Kudus-Nya. Adanya pengakuan bahwa kita telah berdosa di hadapan Allah, itu terjadi oleh karena Allah telah menanamkan penyesalan di dalam hati kita. Kita merenungkan sejenak, apa makna dari mengampuni.
Mengampuni dalam pemahaman Alkitab ialah: mengembalikan posisi orang itu pada posisi sebagaimana keadaan semula. Jika kita mengakui dosa kita di hadapan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa kita, dengan mengembalikan kita pada posisi kita sebagaimana pada mulanya. Posisi kita pada mulanya ialah, kita berada di dalam keadaan tidak berdosa. Itulah sebabnya Hosea berkata, mereka akan mendapatkan keadaan yang baik. Hanya orang yang sudah dalam keadaan bersih, orang dapat beribadah dengan baik dan benar, sbgm disuarakan oleh nas kita.
Pertobatan adalah karya Allah di dalam diri orang yang percaya kepada-Nya. Pertobatan bukanlah produk dari manusia itu, sebab pada hakekatnya tidak ada lagi yang baik di dalam diri manusia. Allah sendirilah yang berkarya di dalam diri orang yang sudah  jatuh ke dalam dosa. Nabi Yehezkiel berkata, Tuhan yang memberikan hati yang baru dan roh yang  baru di dalam diri orang Israel, sehingga mereka pun bertobat dan diampuni dosa dosanya.   

18/07/17

Bilur-bilur



Bilur-bilur

Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.
I Petrus 2:24b

Nas ini sangat sering dipakai oleh teman teman dari Gereja kharismatik, untuk mendoakan mereka yang sakit. Seolah-olah bilur-bilur dari Tuhan Yesus menyembuhkan penyakit mereka itu. Rasanya penafsiran tersebut tidak terlalu tepat. Petrus mengutip ayat ini dari apa yang disuarakan oleh Nabi Yesaya. Oleh karena itu sangat perlu kita melihat konteksnya di kitab Nabi Yesaya. Kita   melihat di Yesaya 53:4-5 “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Penyakit yang dimaksud Nabi Yesaya bukan penyakit fisik, tetapi keberdosaan kita. Bilur-bilur Tuhan Yesus menyembuhkan keberdosaan kita di hadapan Allah. jadi teringat akan seorang teman yang saya dibawa ke dalam persekutuan. Orangnya sungguh tampang seram. Oleh karena itu teman teman di persekutuan itu menegur saya, mengapa membawa orang seperti itu ke dalam persekuatuan kita.
Orangnya tinggi besar, hitam pekat dan dengan muka penuh dengan bopeng, bekas kena penyakit cacar. Bahasanya pun kasar. Aku berkenalan dengan dia, di pinggir jalan, tempat dia bekerja sebagai tukang tambal ban. Di dalam persekutuan, setelah khotbah, kami masuk ke dalam kelompok untuk berdoa. Saudara yang satu ini pun diikut sertakan di dalam kelompok tersebut. Ada teman yang tidak suka akan kehadiran teman yang satu ini di dalam kelompk mereka. Hal ini membuat teman itu ingin mundur dari persekutuan. Tetapi karena aku mendorong dia terus agar tetap ikut, maka akhirnya ia tetap ikut, walaupun ada kalanya tidak mengenakkan bagi dia.
Setelah setahun berjalan Tuhan bekerja di dalam diri orang itu. Ia merubah orang itu dari orang yang kejam, menjadi orang yang berhati lembut. Ia adalah salah satu bukti dari kebenaran firman Allah di dalam II Korintus 5:17 “Jadi barang siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, yang baru sudah datang.” Pada akhirnya semua anggota persekutuan mengakui, senang bergaul dengan orang itu. Bilur-bilur Tuhan Yesus telah menyembuhkan bapa itu dengan segala penyakitnya.
Ada banyak penyakit yang kita idap sekarang ini, penyakit rohani. Contoh dari penyakit kita sekarang ini ialah: individualisme. Kita telah memberi penghargaan yang paling tinggi kepada diri sendiri. Kita bisa mengurbankan orang lain jika hal itu adalah dalam kepentingan diri sendiri. Pada hal Tuhan Yesus memberi jejak yang harus kita ikuti. Ia berkata: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan memberikan nyawa-Nya bagi banyak orang.” Markus 10:45. Yesus adalah manusia yang memperuntukkan diri-Nya bagi orang lain. Sementara kita memperuntukkan orang lain bagi kepentingan diri kita sendiri.
Penyakit yang lain kita dapat sebut di sini beberapa di antaranya: hedonisme, hidup berfoya-foya. Dunia gemerlap kata orang sekarang ini. Konsumtivisme. Kita memuaskan diri dengan menghabiskan penghasilan kita untuk  barang barang yang kita inginkan, bukan hanya untuk yang kita butuhkan. Bahkan ada phobia-phobia lain yang kita temukan di dalam masyarakat. Dunia ini tidak dapat menyembuhkan penyakit itu. Hanya bilur-bilur Tuhan Yesus yang dapat menyembuhkannya.  Hal itu terlihat jelas di dalam kisah yang sudah dituturkan di atas.
Sudahkah saudara dan saya disembukan dari penyakit modern yang ada di tengah-tengah masyarakat sekarang ini? Sudahkah saudara dan saya hidup bagi orang lain sama seperti Kristus hidup bagi orang lain? Jika belum datanglah kepada Tuhan Yesus agar saudara disembukan oleh  bilur-bikurnya itu.


Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...