20/07/17

Kasih Allah



Kasih Allah

Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
I Yohanes 4:9        

Kasih yang sejati senantiasa harus dibuktikan. Tidak ada kasih yang tidak bertindak  untuk mereka yang dikasihinya. Hal yang sama pun dilakukan Allah. Ia mengasihi umat manusia yang sudah di dalam dosa. Allah membuktikan kasih-Nya dengan mengutus Anak-Nya Yang Tunggal untuk mati di kayu salib, untuk menebus umat manusia yang telah berdosa itu.
Semua agama di dunia ini mengajarkan bahwa Allah itu Mahakasih, tetapi mereka tidak dapat memberikan satu contoh kongkrit tentang kasih Allah. Paling mereka mengatakan bahwa Ia memberikan kita hidup dan rejeki. Semua itu hanyalah sesuatu yang abstrak. Lain dengan pengajaran Alkitab. Allah membuktikan kasih-Nya dengan jalan mengutus Anak-Nya untuk mati di kayu salib, justru untuk orang yang  mendukakan hati-Nya oleh karena keberdosaan umat tersebut.
Ada banyak orang yang mau mati untuk mereka yang dicintainya. Pernah dituturkan ada seorang ibu yang hamil tua. Ia menderita tekanan darah tinggi. Dokter mengatakan bahwa anak itu harus dikorbankan demi keselamatan ibu tersebut. Sang ibu menolak anak itu dikorbankan. Ia rela mati demi anak itu, sebab anak itu adalah satu satunya harapan bagi keluarga untuk meneruskan keturunan. Sebab suaminya menderita sakit tertentu, sehingga tidak mungkin lagi menurunkan anak. Karena kasihnya kepada suami yang merindukan keturunan, ibu itu
Namun tidak demikian dengan Tuhan. Ia justru mau mati untuk orang yang sungguh menjadi musuh-Nya. Di dalam diri Yesus yang mati di kayu salib itu, kita melihat murka Allah atas dosa, sekaligus cinta kasih Allah atas umat manusia. Di Taman Getsemani itu Yesus memohon agar cawan itu dilalukan dari diri-Nya. Tetapi Sang Bapa diam, oleh karena kasih-Nya kepada manusia. Sebab tidak ada jalan lain bagi manusia untuk selamat, jikalau Yesus tidak naik ke kayu salib itu.
Di kayu salib itu pun terlihat dengan  jelas kasih Allah kepada manusia. Ia menghukum Anak-Nya yang sudah serupa dengan manusia. Manusia yang tanpa dosa itu berseru seru dengan mengatakan Eli, Eli lama sabakhtani, namun Sang Bapa diam, karena kasih kepada manusia Ia harus meninggalkan Anak Tunggal-Nya, agar manusia diselamatkan. Namun sekarang kata kasih sudah tidak lagi punya makna yang dalam di hati orang. Orang mengatakannya tanpa ada tindakan di dalam dirinya terhadap orang yang dikatakan dikasihinya. Aku sudah mengganti kata kasih di dalam kamus kehidupan pribadi ini, dengan kata peduli. Sejauh mana saya mengasihi seseorang, hal itu dapat diukur dari sejauh mana saya peduli dengan keberadaannya.
Allah peduli dengan keberadaan kita, karena itu Ia mengutus Anak-Nya mati di kayu salib, agar kita dibenarkan di hadapan-Nya. Tidak hanya itu kepeduliaan Allah terhadap kita. Untuk  menjaga agar karya Yesus itu tetap menjadi bagian kita, Allah mengutus Roh Kudus-Nya untuk mengajar dan menuntun kita berjalan di jalan yang sudah dirintis-Nya untuk dijalani.
Sebuah pertanyaan perlu diajukan kepada kita: Apakah saudara dan saya peduli dengan Allah di dalam kehidupan ini? Dapatkah saudara menuturkan wujud dari kepedulian saudara terhadap Allah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...