26/07/17

Kurban



Kurban

Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
I Samuel 15:22

Nas kita berlatarbelakangkan tindakan Raja Saul yang tidak menaati perintah Tuhan untuk membumihanguskan segala sesuatu yang ada di dalam kerajaan Amalek. Raja Saul mengatakan, rakyat yang menyisihkan kurban untuk Tuhan, sehingga tidak terlaksana dengan baik dan benar perintah Tuhan untuk membumihanguskan Amalek. Sebagai respon terhadap argumen Raja Saul, Samuel mengungkapkan nas kita pada pagi hari ini.
Pola pemikiran yang diungkapkan oleh Raja Saul itu adalah pola pemikiran dari orang yang  menyembah berhala. Allah dapat disogok dengan sebuah kurban persembahan yang diberikan kepada-Nya. Oleh karena itu, para penyembah dewa dewa sering dibuat dengan jumlah yang besar. Sebab mereka merasa bahwa kurban persembahan adalah sesuatu yang disenangi para dewa. Bukan demikian dengan Allah Israel. Samuel mengatakan bahwa mendengarkan suara Tuhan, lebih diperkenankan Tuhan, dari pada kurban persembahan.
Dalam kosa kata bahasa Indonesia, ada isitilah dengar-dengaran. Makna dari kata itu ialah: melakukan apa yang didengar. Jadi tidak hanya mendengar semata-mata. Mendengar dan melakukan persis seperti yang kita dengar, adalah sesuatu yang dimaksukan dengan dengar-dengaran. Jadi kita dapat katakan bahwa Raja Saul tidaklah dengar dengaran kepada firman Allah.
Mendengar adalah sesuatu yang penting dalam budaya Israel. Hal itu terbukti dari pengakuan iman orang Israel yang mengatakan: “Hai Israel dengarlah Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa, kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu. Dengan disebut mendengar di dalam pengakuan itu, bukan berarti hanya mendengar semata-mata, tetapi juga mendengar dan melakukan apa yang didengar.
Hal ini memberikan pelajaran yang berharga bagi kita. Mendengar firman Allah dan melakukan friman itu sebagaimana diungkapkan di dalam firman itu. Persembahan lahiriah  memang perlu, tetapi ketaatan kepada firman, jauh lebih bermakna dari pada persembahan lahiriah. Melakukan firman Allah, jauh lebih berharga dari pada hanya memberikan persembahan dalam bentuk materi.
Persembahan lahiriah itu pada dasarnya memiliki makna rohani. Ia tidak hanya persembahan di dalam  bentuk natura. Misalnya lemak dari kurban itu harus dipersembahkan. Bukan lemak yang banyak yang dibutuhkan Allah, tetapi makna rohani dari lemak tersebut. Lemak adalah simbol dari kemakmuran. Orang harus memberi persembahan itu dengan kelimpahan syukur kepada Allah. Tidak hanya sekedar mempersembahkan kurban.
Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa kurban persembahan yang berkenan kepada Allah bukan lagi hal lahiriah, tetapi tubuh yang dipersembahkan kepada Allah. Hidup itu adalah sebuah persembahan kepada Tuhan. Kita hidup dalam sebuah pengabdian kepada Allah. Hidup yang dipersembahkan kepada Allah disebut Paulus adalah ibadah yang sejati. Sdkh saudara mempersembahkannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...