24/05/17

Terangkat ke Surga




Terangkat ke Surga
"Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (ayat 11)
Kisah Para Rasul 1:1 – 11

Empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya, Yesus naik ke surga, disaksikan para murid itu. Sebelumnya Ia telah menjanjikan kedatangan Roh Kudus atas para murid itu. Sebelum Ia mengutus mereka dengan Amanat Agung-Nya, Yesus telah menjanjikan dahulu, Roh Kudus yang akan memampukan mereka, melakukan tugas yang begitu berat. Memuridkan seluruh dunia.

Sejenak kita merenungkan makna dari kepergian Yesus menuju surga. Apakah makna dari terangkatnya Yesus ke surga bagi kita? Jika kita membaca kitab Injil Yohanes pasal 16 ayat 8-11 kita membaca: “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku;akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.” (garis bawah dari saya).

Kepergian Yesus ke surga dikatakan Yesus ada kaitannya dengan kebenaran. Apa maksudnya? Menurut Suat Ibrani, Yesus pergi ke surga untuk membawa darah-Nya sebagai kurban penghapus dosa di hadapan Allah, cf Ibr 9:12. Itu berarti kepergian-Nya ke surga ialah untuk membawa darah-Nya sebagai penghapus dosa di hadapan Allah. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa Allah menerima karya Yesus demi keselamatan manusia Seandainya darah itu tidak dapat memenuhi kebutuhan Allah atas kurban penghapus dosa, maka Yesus pasti akan ditolak di surga. Tetapi dengan tetapnya Yesus ada di surga, maka kita dapat memahami, darah Yesus diterima di surga sebagai kurban penghapus doa. Karena darah itu dipandang sempurna di surga, maka tidak perlu lagi kurban kurban lain dipersembahkan kepada Allah, sebab sudah ada damai sejahtera antara Allah dengan umat manusia yang berdosa.

Kebenaran artinya ialah: berada dalam relasi yang seharusnya dengan Allah. Itulah makna kebenaran berdasarkan Kamus Alkitab yang ada kita temukan di halaman 321 Alkitab (TB). Jadi kenaikan Tuhan Yesus ke surga, membuat kita menjadi orang benar di hadapan Allah. Seharusnya kita bersyukur dan berpesta merayakan hari kenaikan Tuhan Yesus. Sebab kenaikan itu membuat kita menjadi orang benar.

Kenaikan Tuhan Yesus ke surga, juga mengingatkan kita akan janji Allah di dalam Kristus Yesus, bahwa kita akan menerima Roh Kudus. Hal itu digenapi di dalam Pentakosta, sepuluh hari setelah kenaikan Tuhan Yesus. Dengan hadirnya Roh Kudus di dalam hati kita, Ia akan menerapkan karya Tuhan Yesus di dalam diri kita. Pertama tama Ia akan menaruh iman di dalam diri kita, sehingga kita dimampukan menerima karya Tuhan Yesus menjadi bagian dari hidup kita.

Roh Kudus pun akan melahirkan kita kembali menjadi keluarga Allah, demikianlah dikatakan Tuhan Yesus dalam Yoh 3:5. Ia juga akan membuat Kristus diam di dalam diri kita, Ef 3:14-19. Ia akan mengisapkan kita akan dosa, kebenaran dan pengampunan sebagaimana sudah kita kutip di atas dari Yoh 16:8-11. Alangkah luar biasanya dampak dari kenaikan Tuhan Yesus ke surga bagi kita. Namun sangat tragis, perayaan inilah yang sangat tidak semarak dirayakan orang Kristen, jika dibandingkan dengan perayaan lainnya dalam kalendar Gereja kita. Selamat menikmati hari kenaikan Tuhan Yesus ke surga.

17/05/17

Binasa




Binasa

Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?
Lukas 9:25

Jika kita merenungkan makna dari kata binasa, maka ada baiknya kita mempertentangkannya dengan kosok bali, atau lawan dari kata tersebut. Lawan kata binasa ialah: selamat. Jadi orang yang binasa ialah mereka yang tidak selamat. Keselamatan adalah sesuatu yang sangat dipercakapkan oleh Alkitab. Keselamatan itu disebut Alkitab adalah karya Allah sendiri. Tidak ada peran manusia di dalam menghadirkan keselamatan, sekali pun keselamatan itu diperuntukkan bagi manusia.

Dengan premis seperti itu, kita dapat mengatakan bahwa orang yang binasa ialah: orang yang mengupayakan keselamatan itu bagi dirinya sendiri. Sebab kita sudah katakan di atas, keselamatan adalah karya Allah semata-mata. Sungguh tragis! Manusia berupaya untuk menyelamatkan diri sendiri, tetapi ternyata ia justru membawa kebinasaan bagi dirinya sendiri. Mengapa demikian?

Pertama-tama kita harus mendasarkan alasannya pada sudut pandang Allah atas keselamatan dan sudut pandang manusia tentang keselamatan. Manusia mengatakan bahwa keselamatan itu harus diupayakan orang yang mau selamat. Sementara di sisi lain, sudut pandang Allah mengatakan bahwa karya manusia, tidak pernah memadai dari sudut pandang-Nya sendiri. Kita baca argumen Paulus yang  berbicara atas nama Allah.

Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, Rom 3:23. Allah itu adalah Allah yang mulia. Oleh karena itu, segala sesuatu pun harus dilaksanakan dalam kemuliaan. Jika manusia tidak lagi punya kemuliaan Allah, bagaimana ia dapat memberikan sesuatu yang mulia bagi Allah? Di sisi  lain,  Paulus mengatakan: “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak asa seorang pun yang mencari Allah.” Rom 3:10-11.

Oleh karena penglihatan Allah terhadap usaha manusia tidak ada yang memadai, maka Allah dalam kasih-Nya bertindak untuk menghadirkan keselamatan di dunia ini. Sayang seribu kali sayang, manusia yang berupaya untuk selamat melalui karyanya sendiri, ternyata dari sudut pandang Allah sendiri, hal itu adalah sia sia. Memang manusia sangat menghargai prestasi. Kita sangat meninggikan orang yang berprestasi, sementara orang yang menerima dengan cuma-cuma tidak dipandang sebelah mata.

Jika manusia memandang sesuatu yang gratis dengan sebelah mata, lain halnya dengan Allah. Ia memandang orang yang mau menerima pemberian-Nya secara cuma-cuma sebagai satu tindakan yang benar. Karya keselamatan itu dikerjakan Yesus di kayu salib. Itulah karya yang maha mulia. Sebab untuk karya itu, Yesus harus menjadi manusia, menjalani satu kehidupan yang taat selama di dunia, bahkan taat sampai mati di kayu salib. Ia tidak hanya mati, tetapi bangkit dan naik ke surga, serta duduk di sebelah kanan Allah. Berkuasa atas segala sesuatu di dunia dan di surga. Itulah harga dari keselamatan manusia. Adakah manusia yang dapat  membayar harga yang ditentukan Allah untuk keselamatan?

Sebuah pertanyaan yang perlu kita jawab ialah: sudahkah saudara selamat, atau masih dalam status binasa?

15/05/17

Membenarkan




Membenarkan

Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya?
Lukas 18:7a

Setting nas kita ialah kisah seorang janda yang berhadapan dengan seorang hakim yang tidak takut akan Allah. Sang janda menuntuk agar perkaranya dibenarkan oleh hakim. Sang janda selalu tekun mendatangi hakim tersebut. Pada akhirnya hakim tersebut membenarkan janda tersebut. Sebagai kesimpulan Tuhan Yesus mengungkapkan apa yang disuarakan di dalam nas renungan kita pada pagi hari ini. Jika hakim yang tidak takut akan Allah mampu membenarkan orang lain, bagaimana mungkin Allah yang Maha Kasih, tidak bertindak untuk membenarkan orang pilihan-Nya yang berseru siang malan ke hadapan tahta kasih karunia-Nya. Ia akan membenarkan mereka.

Kata membenarkan dalam bahasa Yunani adalah sebuah kata yang dapat diterjemahkan menjadi membalaskan. Ada anak Allah yang berseru-seru siang dan malam, oleh karena ia berada di dalam kesesakan. Ia berada dalam tekanan yang disebabkan musuh musuhnya. Musuh di sini tidaklah selalu dalam bentuk orang. Tetapi musuh itu bisa saja pergumulan hidup dan kesukaran lain yang kita hadapi. Allah akan bertindak untuk membenarkan kita. Itu berarti Allah akan membalaskan kepada para musuh yang kita hadapi. Pembalasan itu bisa dalam bentuk dikeluarkannya kita dari pergumulan tersebut.

Kisah berikut ini membekas di dalam hati. Ada seorang ibu yang sudah menjanda dengan beberapa anak. Mereka adalah orang miskin, tetapi setia mengikut Tuhan. Anaknya yang paling sulung bekerja sebagai sopir opelet. Anak tersebut sakit dan tidak punya uang untuk berobat ke dokter. Karena anak itu sakit maka tidak ada uang untuk membeli makanan. Anak anak sudah menangis karena lapar.

Si ibu mengumpulkan anak anaknya dan mengajak mereka berdoa untuk memuji Tuhan, karena Ia baik. Anaknya yang masih remaja protes dengan mengatakan: jika Allah itu baik, mengapa Ia membiarkan kakak sakit, sehingga kita tidak punya uang untuk membeli makanan. Ibu itu merangkul anak tersebut dan berkata: nak Tuhan itu baik, engkau akan melihatnya kelak. Lalu ia merangkul seluruh anak anaknya dan berdoa untuk bersyukur karena Tuhan itu baik.

Setelah selesai berdoa, ibu itu berkata kepada anaknya yang protes tasi. Nak ada orang yang mengetuk pintu. Bukakan pintu itu dan lihatlah malaikat Tuhan datang. Anak itu pun bergegas membuka pintu. Ia berhadapan dengan seorang pria. Pria tersebut mengatakan: Tuhan memerintahkan saya untuk memberikan amplop ini kepada pengisi rumah ini. Ia menyerahkan amplop itu kepada anak tersebut dan ia pun pergi. Amplop itu berisi sejumlah uang yang dapat memenuhi kebutuhan mereka selama satu bulan.

Ibu itu dibenarkan Allah dalam pergumulannya. Allah membalaskan kesetiaan ibu itu untuk berseru kepada Allahnya. Anak anaknya pun melihat iman ibunya dan belajar beriman kepada Allah seperti ibunya. Jika Allah dapat berbuat kepada sang janda itu tindakan untuk membenarkan, maka Ia pun dapat berbuat hal yang sama kepada saudara dan saya. Berserulah kepada Tuhan, maka saudara dan saya pun akan diselamatkan. Cf Joel 2:32 dan Rom 10:13.

13/05/17

Imamat Yang Rajani



Imamat Yang Rajani

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: I Pet 2:9
I Petrus 2:4 – 10

Ungkapan Imamat Yang Rajani dapat juga disebut dengan ungkapan Imamat yang berkerajaan. Para imam itu adalah para bangsawan dari satu kerajaan. Para imam yang rajani itu ialah orang orang yang percaya kepada Yesus Kristus Tuhan kita. Itulah salah satu dari sisi karya Yesus di kayu salib. Ia menghadirkan sebuah kerajaan imam. Seluruh anggota dari kerajaan itu adalah kaum imam. Itulah rencana Allah dari sejak semula untuk bangsa Israel. Hal itu jelas diungkapkan Allah kepada bangsa Israel, dalam Kel 19:6 “ Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel."

Kenyataannya hal itu belum dapat berlaku bagi Israel. Akhirnya dipilihlah suku Lewi dan keturunan Harun menjadi imam bagi orang Israel. Apa yang tidak dapat dilakukan bangsa Israel, sekarang digenapi di dalam orang Kristen. Semua orang Kristen menjadi imam. Itulah sebabnya ada pengajaran imamat am orang percaya, diajarkan di dalam Jemaat. Kata imam di dalam bahasa Latin artinya secara harfiah adalah jembatan. Ada pun fungsi dari jembatan ialah menghubungkan dua titik yang terpisah, sehingga tersambung kembali.

Saya punya gambaran fisual secara pribadi tentang imam. Gambarannya adalah sebagai berikut: ada seorang manusia yang mengarahkan tangannya ke atas dan satu lagi ke bawah. Tangan yang ke atas meraih surga dan tangan ke bawah mengarah ke bumi. Tangan yang ke bawah itu mengambil sesuatu dari dunia dan diserahkan ke surga. Tangan yang satu lagi meraih sesuatu dari surga dan memberikannya kepada manusia. Itulah tugas dari orang percaya di dunia ini. Mengantarai surga dan dunia. Ia sendiri berkedudukan sebagai bangsawan surgawi karena kasih karunia Allah.

Kita adalah bangsa yang kudus, bangsa yang dipisahkan Allah menjadi milik-Nya, dan diperkenankan untuk mendekat kepada Allah Yang Mahakudus. Petrus mengatakan bahwa tugas kita ialah: memberitakan perbuatan besar dari Allah. Perbuatan itu ialah: memindahkan kita dari kegelapan dan dibawa masuk ke dalam terang-Nya yang ajaib. Sisi lain dari karya itu disebut bangsa yang dulunya bukan umat Allah, sekarang disebut jadi umat-Nya. Dulunya tidak dikasihi , sekarang dikasihi Allah.

Jadi teringat akan syair dari Kidung Jemaat yang mengatakan: “Kita harus membawa berita pada dunia dalam gelap, tentang kebenaran dan kasih dan damai yang menetap, dan damai yang menetap. Karna glap jadi rembang pagi dan rembang jadi siang trang. Kuasa Kristus kan nyatalah, rahmani dan cemerlang.”  Buku nyanyian  HKBP pun mengajukan sebuah pertanyaan bagi kita: “sulingkit rohami, manang na piga naung niarahonmi tu Debata. “ BE No 510:2 – selidiki hatimu, sudah berapakah yang dikau arahkan ke Tuhan Allah.

Jika saudara dan saya adalah Imam Yang Rajani, maka tentulah sudah ada orang yang kita antarai dengan surga di dalam hidupnya. Benarkah?

12/05/17

Bentara



Bentara

Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.
Yohanes 3:29

Bentara artinya ialah pembuka jalan. Dalam bahasa asing disebut dengan voor rijders.Yohanes Pembaptis bertugas sebagai bentara bagi Kristus Yesus. Ia membuka jalan bagi Mesias, sehingga jalan sudah terbuka bagi Dia. Dalam nas kita, Yohanes mengibaratkan dirinya sebagai sahabat dari mempelai laki-laki. Sementara mempelai laki-laki itu adalah  Yesus sendiri. Tatkala suara mempelai laki-laki sudah terdengar, maka  bersukacitalah sahabat mempelai, sebab tugasnya sudah selesai. Ia akan mengundurkan diri. Yohanes Pembaptis dapat menempatkan dirinya pada posisi yang sudah dirancang Allah untuk dia.

Sikap Yohanes Pembaptis ini, memberikan satu pelajaran berharga bagi kita. Ia tahu dengan pasti, bahwa pelayanannya itu berasald dari Allah. Ia tahu kapan waktunya bagi dia untuk mundur dari panggung pelayanan. Sangat menarik apa yang disuarakannya kepada para muridnya, yang dicatat dalam ayat 27. Yohanes Pembaptis berkata: “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya sendiri, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga.”

Sebuah pertanyaan diajukan kepada kita semua: apakah kita sungguh sadar, bahwa pelayanan yang dipercayakan kepada kita, itu adalah kasih karunia Allah bagi kita? Kasih karunia artinya ialah: satu pemberian yang pada dasarnya kita tidak layak menerimanya. Hidup itu adalah kasih karunia. Bukankah upah dosa ialah: maut? Sementara semua orang sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.

Jika kita sadar akan kasih karunia Allah itu, maka tentulah kita tahu kapan kita harus mundur dari pekerjaan itu, jika kita mendengar suara yang menghendaki kita mundur dari pelayanan. Merenungkan nas kita ini, hati jadi trenyuh mengenang banyaknya para pekerja Tuhan di Jemaat yang menolak mundur dari tugasnya oleh karena alasan tertentu. Ia tidak lagi melihat pelayanan itu sebagai kasih karunia. Ia telah melihatnya sebagai sesuatu yang menjadi haknya. Dengan demikian ia menolak firman Allah yang disampaikan Yohanes pembaptis dalam nas kita.

Bukan hanya para pekerja Tuhan di dalam Jemaat yang harus merenungkan firman ini dengan baik dan benar. Para orangtua pun seyogianya juga turut merenungkan firman ini dengan benar. Tidakkah Alkitab mengatakan bahwa seorang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya, bersatu dengan isterinya dan mereka jadi satu daging? Tetapi kenyataan di tengah masyarakat kita menemukan bahwa anak yang sudah menikah masih berada di bawah kontrol orangtua. Ada satu pasangan muda yang sangat akrab pada mulanya, pada waktu masih pacaran, juga dengan calon mertua kedua belah pihak. Tetapi setelah menikah jadi ribut dan bahkan bercerai, karena orangtua tetap mengontrol anak anaknya.

Saudara dan saya hanyalah bentara untuk menghantar Yesus hadir di dalam hidup dari orang yang berada di dalam tanggung jawab kita. Adakah saudara mengaminkannya atau bahkan menolaknya! 

09/05/17

Imago Dei




Imago Dei

Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya; siapa gembira karena suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman.
Amsal 17:5

Manusia diciptakan Allah seturut gambar-Nya. Orang sering mengatakannya dengan sebutan Imago Dei. Allah menghadirkan manusia di muka bumi ini yang segambar dengan Dia, agar manusia itu mengusahakan dunia ini dengan otoritas dari Allah. Lalu manusia jatuh ke dalam dosa. Manusia menjalani hidupnya dengan jalan menyimpang dari disain Allah sebelumnya. Bahkan manusia itu tidak lagi membandingkan dirinya dengan Allah, tpp dibandingkannya orang lain itu dengan dirinya sendiri. Adapun hasil dari perbandingan itu adakalanya ditemukannya manusia lain berada di bawah derajat hidupnya. Oleh karena itu, ia memandang rendah orang yang dibandingkannya itu. Ia tidak sadar, bahwa seluruh umat manusia diciptakan Allah seturut dengan gambar-Nya sendiri.

Dengan demikian, orang sudah merendahkan manusia yang segambar dengan Allah. Hal itu mengakibatkan manusia itu telah menghina Pencipta dari orang yang dihinanya. Di tempat lain, Paulus pernah berkata kepada orang yang merasa lebih tinggi dari orang lain. Paulus mengatakannya di dalam surat Roma: “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri.” Rom 14:4

Sayang seribu kali sayang, kita tidak pernah membandingkan diri kita dengan Allah, pada hal kita diciptakan segambar dengan Allah. Jika kita membandingkan diri kita dengan Allah, fakta akan menyatakan bahwa kita tidak ada apa, apanya dibandikan dengan Allah. Oleh karena itu, tidak ada kesempatan bagi kita untuk bermegah dengan jalan memandang rendah kepada orang lain. Dengan bangga kita dapat berkata: “Orang itu tidak sama dengan saya.” Aku pernah mendengar orang berkata tentang kami sekeluarga: “Mereka itu bukan level kita.” Mereka mengatakan hal itu dengan sombongnya dan dengan memandang rendah kepada kami.

Guru hikmat dalam nas kita, tidak hanya menasihati orang yang memandang rendah terhadap orang lain, tetapi juga mengajari orang yang bergembira karena kecelakaan yang dialami oleh orang lain. Bukankah sering kita mendengar ucapan orang yang mengatakan: “Syukur, ia telah mengalami kecelakaan.” Bukankah banyak orang yang mengatakan syukur tatkala seseorang divonnis masuk ke dalam penjara? Guru hikmat mengatakan bahwa mereka yang bersyukur itu pun satu hari kelak akan mendapatkan celaka juga. Jika kita melihat diri seseorang itu adalah Imago Dei – citra Allah – maka kita akan melihat persamaan kita dengan dia. Paulus mengatakan bahwa kita adalah sesama anggota. Anggota dari tubuh Kristus, anggota yang dibuat sama seperti Kristus.

Oleh karena itu seharusnya kita melihat orang lain itu adalah bagian dari diri kita. Mereka adalah sisi lain dari diri kita. Oleh karena itu seharusnya kita tidak berharap mereka akan dapat celaka, karena celaka mereka adalah celaka kita juga. Itulah sebabnya Tuhan Yesus tidak menghendaki orang yang menyalibkan Dia tidak jatuh ke dalam celaka. Maka Ia berdoa agar Bapa mengampuni kesalahan mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Masihkah saudara dan saya memahami bahwa diri kita adalah Imago Dei di muka bumi ini?

07/05/17

Pengakuan Iman


Pengakuan Iman

Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN.
Mazmur 118:17

Semua orang yang beriman kepada Allah dan memiliki relasi yang akrab dengan Dia, pada umumnya mempunyai pengakuan iman secara pribadi. Pengakuan iman itu ada di dalam bingkai pengakuan iman secara umum yang diucapkan jemaah di dalam ibadah. Orang Yahudi misalnya punya pengakuan iman yang mengatakan: “Dengarlah Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa, kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu…” namun di dalam Mazmur pasal 118 ini kita mendengar pengakuan iman orang Israel yang mengatakan: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setianya.” Pemazmur mengungkapkan hal itu sampai lima kali di dalam pasal tersebut.

Pengakuan iman pribadi itu muncul dari pengalaman secara pribadi dengan Tuhan. Pemazmur misalnya, ia dapat berkata: bahwa ia tidak akan mati, tetapi akan hidup dan akan menceriterakan perbuatan Tuhan pada generasinya, juga untuk generasi yang akan datang. Jika pemazmur dapat mengungkapkan sebuah pengakuan iman secara pribadi, maka kita pun pada hakekatnya dapat mengungkapkan hal itu. Bukan hanya dapat, tetapi pada hakekatnya harus mengungkapkan sebuah pengakuan iman secara pribadi.

Terlintas di dalam hati sebuah syair dari satu nyanyian rohani di dalam bahasa Inggris, saya memahaminya sebagai satu pengakuan iman pribadi, karena tidak ada nas seperti itu di dalam Alkitab. Syairnya adalah sebagai berikut: “Dear wonderful Jesus, saviour devine You are the branches we are the wine, You brought us salvation and make them sunshine, dear wonderful Jesus I’m gald You are mine.”  Di dalam syair itu, penggubahnya mengungkapkan siapa Yesus yang dikenalnya. Ia adalah sahabat yang luar biasa. Ia adalah carang dan penyair adalah anggurnya. Yesus membawa keselamatan dan membuatnya bercahaya. Wahai Yesus yang luar biasa, aku senang Engkau adalah milikku.

Si pemazmur dan si penyair telah mengungkapkan pengakuan iman mereka secara pribadi. Adakah saudara dan saya punya pengakuan iman pribadi juga. Tentulah saudara sudah memilikinya. Sebab jika tidak ada, maka saudara tentulah bukan milik Tuhan Yesus. Tidak ada seorang pun yang sudah menikmati status sebagai anak Allah yang tidak punya pengakuan iman secara pribadi. Saya punya pengakuan iman secara pribadi juga. Saya dapat dengan segenap hati saya, bahwa saya adalah anak Allah. Turut ambil bagian di dalam persekutuan orang-orang kudus, yang sudah mati bersama Kristus. Bukan hanya itu, saya juga sudah dikuburkan bersama dengan Kristus. Dibangkitkan bersama dengan Dia. Bahkan lebih luar biasa lagi, saya sudah diberi tempat duduk bersama dengan Kristus di surga. Semua pengakuan itu sesuai dengan apa yang diajarkan Alkitab.

Maukah saudara mengetiknya di satu kertas dan menempelkannya di dinding kamar tidur saudara, sebagai sebuah kesaksian bagi diri saudara dan juga yang mungkin saudara undang masuk ke dalam kamar tidur saudara. Saudara diingatkan pengakuan itu, siapakar saudara sebenarnya dari sudut pandang iman. selamat mengerjakan hal itu secara pribai.

06/05/17

Pembawa Kabar Baik




Pembawa Kabar Baik
Yesaya 40:9 – 11

Tatkala kita mendengar kata kabar baik, gambaran yang bagaimanakah yang terlintas di dalam ingatan kita? Dalam kitab ada satu peristiwa yang dapat memberikan satu gambaran kepada kita tentang kabar baik. Dalam Kitab 2 Raja 7:1-2 memberi ilustrasi kepada kita. Kota Samaria dikepung musuh. Makanan  jadi terhalang masuk ke dalam kota. Makanan jadi sesuatu yang sangat mahal pada waktu itu.  Nabi Elisa menyuarakan kabar baik bagi penduduk Samaria. Besok katanya: sesukat tepung terbaik harganya sesyikal dan dua sukat jelai harganya sesyikal pada esok hari.

Perwira ajudan raja tidak percaya akan hal tersebut, sebab pada waktu itu harga bahan pokok sudah sangat tinggi pada waktu itu, sebab supply tidak ada lagi. Pada hal nabi berkata hal itu akan terjadi pada esok hari. Ia tidak percaya akan kabar baik yang disuarakan Nabi Elisa. Untuk ketidakpercayaan perwira tersebut, Elisa mengatakan: “Engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak makan apa apa dari padanya.”

Kabar baik itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal, sehingga orang tidak akan percaya. Namun satu hal yang pasti ialah: orang yang tidak percaya akan mendapat penghukuman. Mereka akan melihat produk dari kabar baik itu, tetapi mereka tidak turut ambil bagian dalam kabar baik tersebut. Itulah yang terlihat dalam kisah yang dituturkan dalam kisah Nabi Elisa di atas.

Kabar baik seperti itu pun diberitakan kepada orang Yahudi yang dibuang di Babel. Sejarah mengatakan tidak ada satu pun bangsa yang pernah dibuang dari negeri mereka, lalu dikembalikan ke tanah tumpah darahnya semula. Ada banyak bangsa bangsa yang dibuang pada waktu itu. Contohnya ialah: suku bangsa Israel Utara yang terdiri sepuluh suku dibuang ke Asyur, tidak ada berita bahwa mereka dikembalikan ke negeri leluhur. Sekarang kepada orang Yehuda diberitakan bahwa mereka akan dikembalikan ke Yerusalem.

Si pembawa berita disebut nabi Yesaya adalah kota Sion. Sion memberitakan akan datangnya satu rombongan di padang gurun. Rombongan itu adalah rombongan Allah Israel yang menuntun umat-Nya pulang ke Tanah Perjanjian. Sama seperti Israel dituntun di padang gurun selama empat puluh tahun, demikianlah Allah Israel menuntun umat-Nya berjalan bersama dengan Dia di sepanjang padang gurun yang harus dilalui. Yesaya mengatkan orang orang yang bersama dengan Dia itu ialah orang-orang yang menjadi upah-Nya. Itulah kabar baik bagi orang Yehuda pada waktu itu.

Ini sebuah pelajaran berharga bagi kita. Gereja sekarang betugas untuk memberitakan kabar baik bagi dunia ini. Suatu kabar baik yang tidak akan dipercaya orang jika ditimbang dengan akal sehatnya. Bagaimana mungkin orang berdosa dapat menjadi orang kudus di mata Allah. Bagaimana mungkin orang berdosa digendong Allah di tangan-Nya dan mereka semua adalah upah bagi Dia. Mereka adalah domba gembalaan-Nya yang sudah lunas dibayar melalui darah Tuhan Yesus. Jika saudara tidak percaya akan hal itu, maka mata kita akan melihat hal itu menjadi satu kenyataan kelak, namun saudara tidak turut ambil bagian di dalamnya. Percayalah kepada Tuhan Yesus dengan karya-Nya sekarang juga, maka saudara pun akan diikutsertakan di dalam kabar baik tersebut.

05/05/17

Kuatir




Kuatir

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
I Petrus 5:7

Kekhawatiran adalah bagian integral dari kehidupan umat manusia di muka bumi ini. Rasanya tidak ada satu pun manusia yang tidak pernah kuatir. Mengapa kita kuatir? Oleh karena kita takut sesuatu yang buruk akan terjadi di dalam hidup kita. Jika kita yakin yang ada di depan adalah sesuatu yang menyenangkan hati, maka tidaklah mungkin kita kuatir. Kekuatiran muncul oleh karena kita merasa tidak dapat menguasai masalah yang kita hadapi.

Rasul Petrus memahami semuanya itu, tetapi ia menemukan  jalan keluar. Kita tidak berjalan sendirian di dunia ini. Allah menyertai kita dalam perjalanan yang kita hadapi. Benarkah Allah me nyertai perjalanan kita? Tentulah benar, sebab Ia telah berjanji bahwa Ia akan menyertai kita hingga akhir zaman. Mat 28:20. Perjanjian Lama ditulis bagi kita, sebagai satu pelajaran berharga. Oleh karena itu, marilah kita sejenak memandang pada perjalanan bangsa Israel di padang gurun selama empat puluh tahun lamanya. Jika ada orang bertanya: apakah Allah menyertai mereka? Maka satu hal yang perlu dilakukannya ialah: keluar dari kemahnya dan memandang ke atas. Jika awan itu masih di atas perkemahan mereka, maka itulah tandanya Allah ada di tengah tengah mereka. Di padang gurun angin bertiup dengan kencang. Jika awan itu awan biasa, maka awan itu sudah pasti diterbangkan angin. Tetapi mengapa angin itu tetap di sana? Karena angin itu adalah simbol dari kehadiran Allah di antara mereka.

Hal yang sama pun terjadi di antara kita. Jika kita ragu akan kehadiran Allah di dalam hidup kita, maka yang harus kita lakukan ialah: memandang ke sekeliling kita. Adakah orang yang beriman di antara persekutuan kita? Kehadiran orang beriman adalah wujud dari kehadiran Allah di antara kita. Gereja adalah tubuh Kristus. Dimana ada Gereja di situ ada Kristus. Jika orang lain tidak dapat mewujudkan kehadiran Kristus di dalam kehidupannya, maka adalah tugas kita untuk menghadirkan Kristus di dalam kehidupan ini. Kehadiran kita membuat orang merasa Allah hadir di dalam lingkungannya. Ia tentulah hadir juga di dalam hidupnya. Hal ini akan menghilangkan kekuatirannya.

Lagi pula kita adalah surat Kristus yang terbuka, yang dapat dibaca semua orang orang yang ada di sekitar kita. Kehadiran kita dapat membuat orang yakin akan kehadiran Allah di dunia ini. Gereja purba punya sebuah pengakuan di antara mereka yakni: jika engkau hendak berjumpa dengan Kristus, maka satu hal yang harus kau lakukan ialah : menemui orang Kristen. Orang Kristen itu adalah vicar Kristus di dunia ini.

Selama Musa ada di antara bangsa itu, mereka tidak pernah kuatir akan kehadiran Allah di antara mereka. Tetapi setelah Musa berpuasa empat puluh hari empat puluh malam di hadapan Tuhan di atas Gunung Sinai, mereka menjadi kuatir dan akhirnya menjadi liar dan membuat patung lembu emas. Di antara kita Gereja hadir untuk menampakkan bahwa Allah hadir di dunia ini. Gereja kita tahu bukanlah gedung dan bukan juga organisasi. Ia adalah tubuh Kristus yang menghadirkan Kristus di dunia ini. Adalah tugas saudara dan saya untuk menghadirkan Kristus di dalam hidup ini, sehingga orang lain pun tidak kuatir atas kehidupannya di dunia ini. Sudahkah Kristus menampakkan diri dari dalam kehidupan saudara dan saya? Masihkah ada kekuatiran di dalam hidup ini.

Hotman Siahaan

hotman.siahaan@gmail.com

04/05/17

Murah Hati




Murah Hati

janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu,
Ulangan 15:7b

  Allah Israel adalah Allah yang murah hati. Hal itu dibuktikan dengan mendengar jeritan bangsa itu yang berada dalam perbudakan. Allah Israel mengutus hamba-Nya Musa untuk memimpin bangsa itu keluar dari Mesir dan dituntun ke Tanah Kanaan. Musa berkata bahwa bangsa itu dipelihara Tuhan selama empat puluh tahun di padang gurun. Pada masa itu, pakaian yang dipakai orang Israel tidak menjadi buruk, kaki mereka tidak menjadi bengkak selama empat puluh tahun, mereka makan manna yang tidak dikenal nenek moyang mereka. Hal ini dituturkan Musa dalam Ulangan 8:1-10.

Selama empat puluh tahun orang Israel mengalami kemurahan Tuhan, mereka tidak melakukan apa pun untuk mencari nafkah. Semua kebutuhan mereka disediakan Allah. Musa berharap agar orang Israel memahami hal itu dengan benar. Itu pun dijadikan sebagai dasar untuk bertindak hal yang sama kepada sesama mereka. Nas kita mengajak untuk tidak mengeraskan hati terhadap sesama yang miskin. Musa mengatakan agar mereka tidak menegarkan hati, sehingga tidak membukakan tangan untuk menolong sesama yang berada di dalam kemiskinan. Mereka sudah mengalami kemurahan hati, maka sangat wajar mereka pun memberikan kemurahan hati kepada sesama yang mengalami kemiskinan.

Ada satu pemahaman yang kental di kalangan orang Yahudi, yakni: bapa tinggal di dalam anak dan anak tinggal di dalam bapa. Pengalaman orang Israel di padang gurun dipercaya, orang Yahudi di generasi setelah padang gurun hingga di zaman sekarang dan yang akan datang, turut ambil bagian di dalam pengalaman nenek moyang mereka di padang gurun. Oleh karena itu, mereka pun mengakui bahwa mereka sudah mengalami kemurahan hati.

Itu menjadi pelajaran berharga bagi kita. Kita turut ambil bagian di dalam pengalaman orang percaya di masa dahulu kala. Orang percaya mengalami pencurahan Roh Kudus di Yerusalem ribuan tahun yang lalu. Karena kita memiliki iman yang sama kepada Tuhan Yesus, maka kita pun turut ambil bagian di dalam pencurahan Roh Kudus itu. Kita juga mengalami kemurahan Tuhan, dengan pengampunan dosa. Injil pun menuntut kita untuk murah hati.

Injil mengajarkan kepada kita, bahwa kita orang percaya adalah sesama anggota dari tubuh Kristus. Oleh karena itu, kita harus melihat orang lain sebagai bagian diri kita sendiri. Orang lain itu adalah diri kita dalam wujud yang lain. Oleh karena itu adalah sangat tidak wajar jika kita melihat diri kita yang lain berada di dalam kemiskinan, tetapi kita menutup tangan dan tidak menolong dia.

Musa berkata kepada orang Israel agar memperlakukan orang asing yang miskin di antara mereka. Alasannya ialah: engkau adalah orang asing dulunya di Mesir. Allah telah bertindak memberikan kepadmu kemurahan, maka bermurah hatilah kepada orang asing. Allah telah bermurah hati kepada kita, oleh karena itu haruslah kita menunjukkan kemurahan hati kepada orang lain. Itulah tanda dari orang beriman kepada Kristus Yesus.

03/05/17

Hikmat




Hikmat

Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.
Yakobus 3:17 – 18

Rasul Yakobus mengungkapkan kepada kita tentang adanya dua sumber hikmat yang ada di dalam hidup manusia di muka bumi ini. Hikmat yang pertama dari dunia. Ada pun ciri dari hikmat dunia ini ialah: iri hati, mementingkan diri sendiri, kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Sementara hikmat yang kedua ialah berasal dari surga. Ada pun ciri dari hikmat dari surga itu ialah:, murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.

Dari ciri yang sudah diungkapkan di atas, dengan jelas kita dapat memahami roh apa yang menggerakkan seseorang melakukan sebuah aktifitas. Sebagai seorang warga surgawi oleh karena iman kepada Yesus Kristus, kita tentunya mendemonstrasikan hikmat surgawi di dalam aktifitas kita sehari-hari. Marilah kita melihat contoh dari hikmat dunia menyatakan diri. Dituturkan ada sebuah pertemuan resmi di satu universitas. Rektor sedang berbicara. Lalu seorang malaikat datang kepadanya dan berkata: Tuhan telah melihat keberadaanmu yang tidak mementingkan diri sendiri. Tuhan akan memberikan kepadamu yang engkau minta. Lalu sang rektor berkata: berikan aku hikmat yang luar biasa! Kata malaikat: sudah terlaksana. Lalu ia naik ke langit lewat petir yang membahana. Semua orang melihat rektor, lalu mereka berkata: “Ucaplah sesuatu!” lalu rektor itu mengatakan: “Coba saya minta uang yang banyak saja!”

Pada hakekatnya ia tidak berharap akan kecerdasan yang luar biasa. Ia pada hakekatnya menginginkan uang. Itulah esensi dari dirinya sendiri. Hikmat yang ada di dalam dirinya adalah hikmat dunia. Lain dengan Raja Salomo. Kepadanya diberikan kesempatan untuk meminta apa saja. Ia tidak minta harta dan kuasa. Ia minta hikmat untuk dapat memerintah bangsanya atas nama Allah dengan baik dan benar. Melaksanakan kehendak Allah adalah kerinduannya yang paling dalam. Itulah beda yang sangat nyata antara hikmat dunia dan hikmat surgawi.

Salomo adalah seorang yang disebut sebagai Raja Damai. Di masa pemerintahannya kerajaan itu berada dalam damai sejahtera. Tidak ada lagi peperangan seperti zaman ayahnya Daud. Jika seseorang memerintah dengan hikmat surgawi, memang ada damai sejahtera di tengah masyarakat. Demikian juga dengan diri kita yang menerapkan hikmat surgawi di dalam hidup kita. Maka akan ada damai di sekeliling kita. Sebab kita tidak menerapkan kepentingan diri sendiri. Kita mendahulukan orang lain dari pada diri sendiri. Kita bersikap adil, memberikan kepada orang apa yang menjadi haknya.

Terlintas sebuah pengalaman pribadi, tentang mau menahan upah dari seseorang yang telah diminta pertolongan. Saya bermaksud untuk menahan upah itu sampai pada pagi hari, oleh karena sudah malam. Namun Tuhan mengingatkan bahwa mereka sedang menunggu upah itu, sebab mereka belum makan malam. Upah pun diberikan. Ternyata benar mereka belum makan. Dengan upah itu mereka membeli makanan. Bukankah mereka akan kelaparan sepanjang malam, jika malam itu upah itu ditunda. Itulah hikmat surgawi yang beroperasi di dalam diri kita. 

02/05/17

Keputusan




Keputusan

Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana.
Amsal 19:21

Di zaman purba, sekolah seperti yang kita kenal sekarang ini tidak ada. Orang belajar dari para guru hikmat yang ada di tengah tengah masyarakat. Para guru hikmat mengajar ilmu bukan seperti ilmu yang kita sekarang kenal. Ilmu mereka ialah: bagaimana menjalani  hidup dengan baik dan benar. Cara mereka mengajar ialah: memberikan nasihat dalam bentuk Amsal seperti yang kita miliki sekarang ini. Dengan merenungkan nasihat itu, diharapkan seseorang dapat menarik pelajaran berharga bagi dirinya sendiri, sehingga ia menjadi orang  bijak, yang menjalani kehidupan dengan  baik dan berhasil.

Guru hikmat mengingatkan kita melalui Amsal ini, bahwa ada banyak rencana di dalam hati manusia. Namun satu hal yang pasti ialah: tidak semua rencana itu berhasil dengan baik. Sebab hidup seseorang tidaklah ditentukan rancangan orang tersebut. Allah berdaulat di dalam hidup umat manusia. Oleh karena itu, Sang Guru Hikmat itu mengajarkan kepada kita, untuk mencari keputusan Tuhan dalam hidup kita, sebab hal itu akan terlaksana. Tidak ada yang dapat membatalkan rencana Allah bagi kita sekalian.

Orang bijak adalah orang yang mampu melihat rancangan Allah bagi dirinya sendiri. Tiap kita mendapatkan satu penugasan yang akan kita lakukan bersama dengan Allah, selama kita hidup di dunia ini. Paulus mengatakan hal itu di dalam surat kepada Jemaat Efesus 2:10 :”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Jika demikian adanya, maka orang bijak adalah orang yang mencari pekerjaan baik apa yang disediakan Allah bagi saya untuk dikerjakan.  Lalu semua itu dibawa di hadapan Allah untuk dilaksanakan. Orang akan sukses di dalam hidupnya, sebab ia telah melakukan rancangan Allah dan bukan rancangannya sendiri.

Contoh Agung bagi kita adalah Tuhan Yesus sendiri. Ia hadir di dunia ini, sebagai manusia tentulah Ia punya rancangan sendiri bagi diri-Nya sendiri. Tetapi Ia mengatakan: Ia tidak dapat berbuat apa apa diri-Nya sendiri, sebab Ia tidak memberlakukan ke hendak-Nya melainkan ke hendak dari Dia yang mengutus-Nya. Tatkala kita mematikan diri sendiri, dan menyalakan kehendak Allah di dalam diri kita, maka sebuah revolusi terjadi di dalam diri kita. Bukan kita lagi yang hidup di dalam diri kita, melainkan Kristus yang hidup di dalam diri kita.

Kita akan memutuskan hidup kita adalah dalam rangka memberlakukan kehendak Allah di dalam diri kita. Jika demikian adanya, maka kita sudah berada di level kehidupan yang sama seperti Kristus. Jadi teringat akan syair dari lagu persekutuan ini: “… kumau sperti-Mu Yesus, disempurnakan slalu, dalam segnap jalanku memuliakan nama-Mu.”  Allah telah melihat diri kita sama seperti Kristus Yesus. Itulah keputusan Allah atas kehidupan kita masing masing.

01/05/17

Tinggal dan Berakar



Tinggal dan Berakar

Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.
Efesus 3:14, 17

Nas kita adalah bagian dari doa rasul Paulus bagi Jemaat yang dilayaninya sebagai seorang rasul. Paulus memulai doanya dengan ungkapan: itulah sebabnya. Maksudnya ialah: rencana Allah yang sudah diuraikan Paulus dalam pasal 1 dan 2. Paulus mendasarkan doanya atas rencana Allah bagi kita. Ini sebuah pelajaran berharga bagi kita yang berdoa kepada Allah. Naikanlah doa dengan berdasarkan rencana Allah bagi kehidupan saudara yang diungkapkan Roh Kudus bagi saudara dan saya.

Pada hakekatnya ada ayat yang mengantarai ayat 14 dengan ayat 17, dimana Paulus berbicara tentang kekayaan kemuliaan Allah. Paulus senantiasa mendasarkan apa yang dipohonkan atas apa yang disediakan Allah bagi kita. Oleh karena kekayaan kemuliaan Allah, Kristus diam; tinggal di dalam hati kita. Bukan saja tinggal di dalam hati kita, tetapi Kristus juga berakar di dalam kita. Jika kita berbicara tentang berakar, itu berarti relasi yang semakin dalam dengan Tuhan. Bukan saja hanya berakar, tetapi juga berdasar dalam kasih. Paulus memakai banyak ungkapan jika ia berbicara tentang apa yang disediakan Allah bagi kita.

Jika Kristus diam di dalam kita, serta kita berakar di dalam Dia, maka kasih Allah yang menjadi sumber dari segala aktifitas kita, akan mengalir dari dalam diri kita keluar mengairi masyarakat yang ada di sekitar kita. Jika kita baca lanjutan dari doa Paulus ini sampai ayat 21, kita dapat melihat bahwa apa yang tersedia bagi kita adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Paulus mengatakan bahwa kita akan mendapatkan sesuatu dari Allah, jauh lebih besar dari apa yang kita doakan dan pikirkan.

Jadi teringat kisah tentang Ratu Syeba yang datang ke Yerusalem, oleh karena keingintahuannya tentang hikmat Salomo. Setelah berjumpa dengan Salomo dan melihat bagaimana para pelayannya melayani raja, Alkitab bahasa Inggris mengatakan: She was breathless and have no spirit within her.  Ratu Syeba terpana dengan apa yang dilihatnya. Di sisi lain Yesus mengatakan: “Di sini ada yang lebih besar dari Salomo. Jika Ratu Syeba terpana dan terkesima melihat hikmat Salomo, maka saudara dan saya yang datang kepada Yesus Kristus yang lebih besar dari Salomo. Tentulah mulut kita akan ternganga saking kagumnya melihat hikmat yang tersedia bagi kita.

Sisi lain yang menjadi bahan renungan bagi kita ialah: semakin dalam akar pohon tertanam di dalam tanah, maka dahan dan ranting serta daun pun semakin banyak bertumbuh di atas permukaan tanah. Jika relasi kita dengan Kristus tidak terlihat, sama seperti akar tanaman tidak terlihat karena tertanam di dalam tanah. Hal yang sama pun terjadi dengan kita. Jika relasi kita semakin dalam dengan Tuhan, hal ini tidak terlihat dalam hidup, tetapi ada sesuatu yang terlihat dengan jelas. Aktifitas kita semakin terlihat dengan jelas menampakkan Kristus di dalam diri kita.

Oleh karena itu kita dapat mengatakan jika pemampakan Tuhan di dalam diri kita sangat minim, maka hal itu adalah tanda dari kedekatan kita kepada Kristus tidak terlalu intim. Oleh karena itu kita dapat mengajukan sebuah pertanyaan bagi kita: sejauh manakah keintiman saudara dengan Tuhan Yesus? Jadi terlintas syair dari Buku Ende ini: Huhalupahon ma diringku, mamingkir holong ni rohaMu – Aku melupakan diriku mengenang kasihMu. Sudahkah saudara dan saya melupakan diri sendiri karena cinta kasih Tuhan yang sungguh mengherankan itu?

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...