Bentara
Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.
Yohanes 3:29
Bentara artinya ialah pembuka jalan. Dalam bahasa asing disebut dengan voor rijders.Yohanes Pembaptis bertugas sebagai bentara bagi Kristus Yesus. Ia membuka jalan bagi Mesias, sehingga jalan sudah terbuka bagi Dia. Dalam nas kita, Yohanes mengibaratkan dirinya sebagai sahabat dari mempelai laki-laki. Sementara mempelai laki-laki itu adalah Yesus sendiri. Tatkala suara mempelai laki-laki sudah terdengar, maka bersukacitalah sahabat mempelai, sebab tugasnya sudah selesai. Ia akan mengundurkan diri. Yohanes Pembaptis dapat menempatkan dirinya pada posisi yang sudah dirancang Allah untuk dia.
Sikap Yohanes Pembaptis ini, memberikan satu pelajaran berharga bagi kita. Ia tahu dengan pasti, bahwa pelayanannya itu berasald dari Allah. Ia tahu kapan waktunya bagi dia untuk mundur dari panggung pelayanan. Sangat menarik apa yang disuarakannya kepada para muridnya, yang dicatat dalam ayat 27. Yohanes Pembaptis berkata: “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya sendiri, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga.”
Sebuah pertanyaan diajukan kepada kita semua: apakah kita sungguh sadar, bahwa pelayanan yang dipercayakan kepada kita, itu adalah kasih karunia Allah bagi kita? Kasih karunia artinya ialah: satu pemberian yang pada dasarnya kita tidak layak menerimanya. Hidup itu adalah kasih karunia. Bukankah upah dosa ialah: maut? Sementara semua orang sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.
Jika kita sadar akan kasih karunia Allah itu, maka tentulah kita tahu kapan kita harus mundur dari pekerjaan itu, jika kita mendengar suara yang menghendaki kita mundur dari pelayanan. Merenungkan nas kita ini, hati jadi trenyuh mengenang banyaknya para pekerja Tuhan di Jemaat yang menolak mundur dari tugasnya oleh karena alasan tertentu. Ia tidak lagi melihat pelayanan itu sebagai kasih karunia. Ia telah melihatnya sebagai sesuatu yang menjadi haknya. Dengan demikian ia menolak firman Allah yang disampaikan Yohanes pembaptis dalam nas kita.
Bukan hanya para pekerja Tuhan di dalam Jemaat yang harus merenungkan firman ini dengan baik dan benar. Para orangtua pun seyogianya juga turut merenungkan firman ini dengan benar. Tidakkah Alkitab mengatakan bahwa seorang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya, bersatu dengan isterinya dan mereka jadi satu daging? Tetapi kenyataan di tengah masyarakat kita menemukan bahwa anak yang sudah menikah masih berada di bawah kontrol orangtua. Ada satu pasangan muda yang sangat akrab pada mulanya, pada waktu masih pacaran, juga dengan calon mertua kedua belah pihak. Tetapi setelah menikah jadi ribut dan bahkan bercerai, karena orangtua tetap mengontrol anak anaknya.
Saudara dan saya hanyalah bentara untuk menghantar Yesus hadir di dalam hidup dari orang yang berada di dalam tanggung jawab kita. Adakah saudara mengaminkannya atau bahkan menolaknya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar