Keputusan
Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana.
Amsal 19:21
Di zaman purba, sekolah seperti yang kita kenal sekarang ini tidak ada. Orang belajar dari para guru hikmat yang ada di tengah tengah masyarakat. Para guru hikmat mengajar ilmu bukan seperti ilmu yang kita sekarang kenal. Ilmu mereka ialah: bagaimana menjalani hidup dengan baik dan benar. Cara mereka mengajar ialah: memberikan nasihat dalam bentuk Amsal seperti yang kita miliki sekarang ini. Dengan merenungkan nasihat itu, diharapkan seseorang dapat menarik pelajaran berharga bagi dirinya sendiri, sehingga ia menjadi orang bijak, yang menjalani kehidupan dengan baik dan berhasil.
Guru hikmat mengingatkan kita melalui Amsal ini, bahwa ada banyak rencana di dalam hati manusia. Namun satu hal yang pasti ialah: tidak semua rencana itu berhasil dengan baik. Sebab hidup seseorang tidaklah ditentukan rancangan orang tersebut. Allah berdaulat di dalam hidup umat manusia. Oleh karena itu, Sang Guru Hikmat itu mengajarkan kepada kita, untuk mencari keputusan Tuhan dalam hidup kita, sebab hal itu akan terlaksana. Tidak ada yang dapat membatalkan rencana Allah bagi kita sekalian.
Orang bijak adalah orang yang mampu melihat rancangan Allah bagi dirinya sendiri. Tiap kita mendapatkan satu penugasan yang akan kita lakukan bersama dengan Allah, selama kita hidup di dunia ini. Paulus mengatakan hal itu di dalam surat kepada Jemaat Efesus 2:10 :”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Jika demikian adanya, maka orang bijak adalah orang yang mencari pekerjaan baik apa yang disediakan Allah bagi saya untuk dikerjakan. Lalu semua itu dibawa di hadapan Allah untuk dilaksanakan. Orang akan sukses di dalam hidupnya, sebab ia telah melakukan rancangan Allah dan bukan rancangannya sendiri.
Contoh Agung bagi kita adalah Tuhan Yesus sendiri. Ia hadir di dunia ini, sebagai manusia tentulah Ia punya rancangan sendiri bagi diri-Nya sendiri. Tetapi Ia mengatakan: Ia tidak dapat berbuat apa apa diri-Nya sendiri, sebab Ia tidak memberlakukan ke hendak-Nya melainkan ke hendak dari Dia yang mengutus-Nya. Tatkala kita mematikan diri sendiri, dan menyalakan kehendak Allah di dalam diri kita, maka sebuah revolusi terjadi di dalam diri kita. Bukan kita lagi yang hidup di dalam diri kita, melainkan Kristus yang hidup di dalam diri kita.
Kita akan memutuskan hidup kita adalah dalam rangka memberlakukan kehendak Allah di dalam diri kita. Jika demikian adanya, maka kita sudah berada di level kehidupan yang sama seperti Kristus. Jadi teringat akan syair dari lagu persekutuan ini: “… kumau sperti-Mu Yesus, disempurnakan slalu, dalam segnap jalanku memuliakan nama-Mu.” Allah telah melihat diri kita sama seperti Kristus Yesus. Itulah keputusan Allah atas kehidupan kita masing masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar