Imago Dei
Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya; siapa gembira karena suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman.
Amsal 17:5
Manusia diciptakan Allah seturut gambar-Nya. Orang sering mengatakannya dengan sebutan Imago Dei. Allah menghadirkan manusia di muka bumi ini yang segambar dengan Dia, agar manusia itu mengusahakan dunia ini dengan otoritas dari Allah. Lalu manusia jatuh ke dalam dosa. Manusia menjalani hidupnya dengan jalan menyimpang dari disain Allah sebelumnya. Bahkan manusia itu tidak lagi membandingkan dirinya dengan Allah, tpp dibandingkannya orang lain itu dengan dirinya sendiri. Adapun hasil dari perbandingan itu adakalanya ditemukannya manusia lain berada di bawah derajat hidupnya. Oleh karena itu, ia memandang rendah orang yang dibandingkannya itu. Ia tidak sadar, bahwa seluruh umat manusia diciptakan Allah seturut dengan gambar-Nya sendiri.
Dengan demikian, orang sudah merendahkan manusia yang segambar dengan Allah. Hal itu mengakibatkan manusia itu telah menghina Pencipta dari orang yang dihinanya. Di tempat lain, Paulus pernah berkata kepada orang yang merasa lebih tinggi dari orang lain. Paulus mengatakannya di dalam surat Roma: “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri.” Rom 14:4
Sayang seribu kali sayang, kita tidak pernah membandingkan diri kita dengan Allah, pada hal kita diciptakan segambar dengan Allah. Jika kita membandingkan diri kita dengan Allah, fakta akan menyatakan bahwa kita tidak ada apa, apanya dibandikan dengan Allah. Oleh karena itu, tidak ada kesempatan bagi kita untuk bermegah dengan jalan memandang rendah kepada orang lain. Dengan bangga kita dapat berkata: “Orang itu tidak sama dengan saya.” Aku pernah mendengar orang berkata tentang kami sekeluarga: “Mereka itu bukan level kita.” Mereka mengatakan hal itu dengan sombongnya dan dengan memandang rendah kepada kami.
Guru hikmat dalam nas kita, tidak hanya menasihati orang yang memandang rendah terhadap orang lain, tetapi juga mengajari orang yang bergembira karena kecelakaan yang dialami oleh orang lain. Bukankah sering kita mendengar ucapan orang yang mengatakan: “Syukur, ia telah mengalami kecelakaan.” Bukankah banyak orang yang mengatakan syukur tatkala seseorang divonnis masuk ke dalam penjara? Guru hikmat mengatakan bahwa mereka yang bersyukur itu pun satu hari kelak akan mendapatkan celaka juga. Jika kita melihat diri seseorang itu adalah Imago Dei – citra Allah – maka kita akan melihat persamaan kita dengan dia. Paulus mengatakan bahwa kita adalah sesama anggota. Anggota dari tubuh Kristus, anggota yang dibuat sama seperti Kristus.
Oleh karena itu seharusnya kita melihat orang lain itu adalah bagian dari diri kita. Mereka adalah sisi lain dari diri kita. Oleh karena itu seharusnya kita tidak berharap mereka akan dapat celaka, karena celaka mereka adalah celaka kita juga. Itulah sebabnya Tuhan Yesus tidak menghendaki orang yang menyalibkan Dia tidak jatuh ke dalam celaka. Maka Ia berdoa agar Bapa mengampuni kesalahan mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Masihkah saudara dan saya memahami bahwa diri kita adalah Imago Dei di muka bumi ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar