Paskah
Gereja di
sepanjang zaman merayakan kebangkitan Kristus dengan jalan menyebutnya sebagai
perayaan Paskah. Karena hari ini adalah hari raya Paskah, maka aku merenungkan
makna Paskah itu bagi saya secara pribadi. Perayaan Paskah diwarisi Gereja dari
akarnya di dalam ibadah orang Israel. Sementara orang Israel merayakan Paskah
untuk pertama kalinya di Mesir. Jika memperhatikan Paskah di Mesir itu,
sebagaimana dituturkan Alkitab dalam kitab Keluaran, maka kita dengan yakin
mengatakan bahwa Paskah itu adalah sebuah perayaan keluarga. Musa mengatakan
kepada bangsa Israel, agar tiap tiap keluarga mengambil seekor kambing atau
domba untuk disembelih.
Tuhan Yesus juga
merayakan Paskah bersama para murid di malam tatkala Ia diserahkan ke tangan
orang orang yang menghendaki agar Ia dihukum mati. Para murid makan bersama
dengan Tuhan Yesus di dalam merayakan Paskah. Itu berarti para murid itu telah
menjadi bagian dari keluarga Tuhan sendiri. Seperti telah disebut di atas,
mereka yang menikmati daging dari domba Paskah itu adalah keluarga. Jika Gereja
sampai hari ini merayakan Paskah, rasa rasanya tidak lagi terasa sisi
kekeluargaan di dalam perayaan Paskah itu sendiri.
Tatkala orang Israel merayakan paskah di Tanah
Kanaan pada waktu itu, maka satu hal yang pasti ialah: di seluruh wilayah
Israel, akan jelas terlihat darah ada di setiap pintu rumah. Jika pada hari
perayaan Paskah itu ada pintu rumah orang yang tidak diolesi darah, maka kita
tahu pasti orang itu pastilah bukan orang Israel. Ia adalah orang asing di
sana. Ia tidak masuk ke dalam persekutuan bangsa itu, sekalipun ia ada di
tengah tengah orang Israel. Darah domba Paskah itu menjadi tanda kewargaan
setiap orang Israel pada perayaan Paskah. Ini sebuah pelajaran yang berharga
menurut hemat saya secara pribadi. Kita juga dapat mengatakan darah anak domba
Paskah kita yang sudah disembelih itu, menentukan kewargaan kita di dunia ini.
Satu hal yang
menarik untuk disimak ialah: darah domba Paskah itu tidak diperuntukkan bagi
manusia, tetapi diperuntukkan bagi Allah sendiri. Hal ini sangat jelas kita
tahu dari perayaan Paskah di Mesir. Tatkala orang Israel merayakan Paskah di
Mesir, malaikat maut mendatangi seluruh Mesir. Ia akan membunuh setiap anak
sulung dari segala mahluk yang hidup. Malaikat itu akan mendatangi setiap rumah
yang ada di Mesir. Tatkala Ia hendak masuk ke dalam sebuah rumah, maka Ia akan
melihat darah di kedua tiang dan ambang pintu rumah. Jika Ia tidak menemukan
darah domba Paskah, maka malaikat itu akan membunuh setiap anak sulung yang ada
di rumah tersebut. Tetapi jika Ia melihat darah itu, Ia akan lewat.
Penghuni rumah
tidak pernah tahu, kapan malaikat itu datang ke rumah mereka. Mereka juga tidak
melihat darah itu terus menerus. Penghuni rumah ada di dalam rumah, sementara
darah domba Paskah dioleskan di luar rumah. Darah itu diperlukan untuk dilihat
oleh Allah. Tatkala darah itu terlihat, maka seisi rumah itu akan selamat dari
penghukuman Allah. Itulah Paskah orang Israel. Demikian juga dengan Paskah
kita. Darah Anak Domba Paskah kita di bawa ke hadirat Allah di surga. Darah itu
menyenangkan hati Allah. Lalu Ia melewatkan Penghukuman-Nya bagi mereka yang
merayakannya.
Untuk lebih
memahami makna darah itu diperuntukkan bagi Allah, maka kita akan menyoroti
perayaan Hari Pendamaian – Yom Kippur – sebagaimana
diuraikan di dalam kitab Imamat pasal 16. Dalam perayaan ini ada dua ekor
kambing yang dipersembahkan sebagai penghapus dosa seluruh Israel. Kambing yang
pertama disembelih. Darahnya dibawa imam besar ke ruang maha kudus. Tatkala
darah kambing yang dipersembahkan itu dipercikkan ke Peti Perjanjian Tuhan,
maka segala dosa orang Israel dihapus. Tidak ada seorang pun orang Israel yang
melihat peristiwa itu selain imam besar itu sendiri. Darah itu tidak
diperuntukkan bagi manusia, tetapi bagi Allah. Menurut PB, segala ibadah di
dalam PL adalah bayangan dari apa yang dilakukan Tuhan Yesus. Itu berarti Tuhan
sendiri yang membawa darah-Nya langsung ke tahta Allah di surga sebagai Imam
Besar kita. Hal ini diuraikan dengan jelas oleh penulis surat Ibrani dalam
Ibrani pasal 10.
Tatkala darah
Tuhan Yesus yang tak ada cacat celanya itu dilihat Allah di surga, maka hati
Allah dipuaskan oleh darah tersebut. Maka segala dosa dunia ini diampuni Allah.
Kita tahu dari perayaan Yom Kippur –
hari pendamaian – tidak ada seorang pun dari orang Israel yang mengaku dosanya
pada waktu itu di hadapan Allah. Perayaan ini dilaksanakan demi pengampunan
Allah atas segala dosa Israel. Yesus membawa darah-Nya bukan hanya untuk dosa
Israel, tetapi dosa dunia. Injil Yohanes menuturkan, Yohanes Pembabtis
mengatakan: “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” Yoh 1:29.
Yohanes mengatakan bahwa darah Anak Domba Allah itu menghapus dosa dunia, bukan
dosa orang orang percaya. Hal yang sama disuarakannya dalam suratnya. I Yoh 2:2
“Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita
saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”. Bagi saya secara pribadi, Yohanes
membedakan dosa orang percaya dan dosa dunia. Sama seperti kambing yang menjadi
kurban di hari raya Pendamaian itu dua ekor. Dua duanya adalah korban penghapus
dosa. Yesus adalah korban penghapus dosa orang beriman dan dosa dunia ini.
Secara
tradisional kita melihat kedua hal ini dalam satu kesatuan. Kita tidak mau
memisahkan Yesus sebagai korban untuk dosa dunia dan orang percaya. Lalu saya
merenungkan makna dari pengorbanan Kristus. Mengapa Kristus harus mengorbankan
diri-Nya? Karena Allah murka atas dosa manusia. Dari sudut pandang Allah,
manusia itu tidak dapat memenuhi tuntututan-Nya atas hidup yang tanpa dosa.
Lalu Yesus menjalani satu kehidupan tanpa dosa, serta Ia membawa darah-Nya,
gambaran dari hidup-Nya sendiri yang tanpa dosa, sebagai korban penghapus dosa
bagi seluruh umat manusia. Taktala ada manusia yang memahami bahwa ia tidak
dapat membenarkan diri di hadapan Allah karena keberdosaannya, maka korban
Kristus jadi efektif bagi orang tersebut. Yesus mati memang untuk orang orang
seperti itu.
Ada satu
ceritera yang disampaikan Tuhan Yesus sebagai contoh bagi saya. Seorang
pemungut cukai pergi ke Bait Allah dan berdoa. Ia menepuk nepuk dadanya
menyesali dosa dosanya. Yesus berkata: orang ini pulang dibenarkan Allah. Kata
dibenarkan di sini maknanya ialah: ia dipandang Allah tidak berdosa lagi.
Mengapa demikian? Toh dia tidak percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Bahkan ia
tidak mengenal Yesus Kristus? Mengapa ia dibenarkan? Kisah ini kita dengar dari
mulut Tuhan Yesus sendiri! Yesus sadar bahwa Dia mati sebagai kurban untuk
orang orang yang tidak punya pengharapan seperti pemungut cukai ini. Sebaliknya
dengan orang Farisi yang sama sama datang je Bait Allah. Ia mengandalkan
kebenarannya sendiri di dalam menaati Taurat. Oleh karena itu, ia pulang tidak
dibenarkan Allah.
Ketetapan Allah
tentang keselamatan ialah: kasih karunia. Hal ini disuarakan Paulus dalam surat
Efesus, Ef 2:8-9. Sebagaimana kita tahu bersama, kasih karunia adalah satu
pemberian yang pada dasarnya kita tidak layak menerimanya. Jadi semua orang
yang tidak layak menerima keselamatan itu, kepada mereka Allah mau
memberikannya. Jadi pada hakekatnya keselamatan itu diperuntukkan bagi umat
manusia. Paulus memang menambahkan ‘karena iman’. Iman kepada Yesus Kristus
tentunya. Jika kita memahami makna iman ialah: ‘ya demikianlah adanya’,
sebagaimana diartikan dalam bahasa Ibrani, maka setiap orang yang tidak lagi
mendasarkan keselamatannya pada perbuatan diri sendiri, tetapi pada kasih
karunia Allah, ia mengimani kematian seorang kurban demi keselamatannya.
Menurut hemat saya, biarpun ia bukan Kristen, kurban Yesus efektif berlaku bagi
dia.
Ada orang
mengatakan: jika demikian, mengapa kita harus memberitakan Injil? Toh orang
lain dapat keselamatan yang ada di dalam Kristus! Injil harus diberitakan karena
itu adalah perintah Tuhan Yesus! Karya Kristus di kayu salib itu menurut hemat
saya secara pribadi mempunyai dua sisi. Sisi pertama, salib menyelamatkan umat
manusia. Sisi yang kedua salib menjadikan seseorang itu anak Allah, jika ia
percaya pada pengorbanan tersebut. Kita memberitakan Injil, agar orang itu
percaya kepada pengorbanan Kristus, ia diselamatkan dan dijadikan anggota
keluarga Allah.
Kita semua tahu
bahwa setiap peristiwa memiliki transendensinya sendiri. Transendensi itu
adalah sebuah misteri yang kita pada umumnya telah tolak atau tak terungkap
bagi kita. Demikian juga dengan Paskah. Paskah itu lebih besar dari apa yang
kita pahami sekarang ini. Jelas, Paskah tidak hanya untuk orang Kristen. Paskah
itu adalah untuk dunia. Paskah itu berbicara tentang Darah Anak Domba Allah
yang dibawa ke hadirat Allah di surga demi keampunan dosa umat manusia. Bukan
umat Kristen dan mereka yang mau percaya dan jadi Kristen. Paskah di Mesir
memberi penjelasan tentang hal itu bagi kita. Musa mengatakan: “Sebab pada
malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak
manusia sampai anak binatang,
akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN”
Kel 12:12. Huruf tebal dari saya.
Tatkala tulah
kesepuluh datang, seluruh anak sulung harus mati, termasuk anak sulung
binatang. Tetapi karena darah domba Paskah itu telah dioleskan ke ambang pintu,
maka anak sulung yang punya rumah dan anak sulung binatang tidak binasa. Jika
anak sulung manusia tidak binasa, itu karena mereka tahu bahwa ada darah
dioleskan di ambang pintu rumah mereka. Tetapi anak sulung binatang tidak tahu
akan hal itu. Binatang itu tidak percaya akan domba Paskah yang disembelih.
Namun anak binatang itu turut menikmati keselamatan yang telah dinikmati
manusia di rumah itu. Jadi domba Paskah itu darahnya berguna bagi mereka yang
percaya akan firman Allah yang disuarakan Musa. Tetapi juga bagi yang tidak
percaya dan tidak tahu akan adanya firman itu di dalam hidupnya. Itulah
transendensi Paskah yang dilakukan orang Israel di Mesir.
Jika di Mesir
Allah turut memperhitungkan binatang agar selamat, bagaimana mungkin Ia tidak
memperhitungkan manusia yang diciptakan-Nya seturut gambar-Nya sendiri, tetapi
tidak percaya kepada Kristus. Saya tetap percaya, tidak ada keselamatan di luar
Kristus. Kristuslah kurban bagi pendamaian karena keberdosaan manusia. Hal itu
sangat jelas terlihat di Taman Getsemani. Yesus meminta agar cawan dilalukan.
Makna dari permohonan itu ialah: jika mungkin manusia dapat diselamatkan di
luar kematian-Nya, maka biarlah Bapa di surga mengambil jalan tersebut. Tetapi
ternyata surga diam. Itu berarti tidak ada jalan lain. Hanya Yesus yang dapat
memungkinkan orang masuk surga melalui kurban-Nya. Pernyataan Tuhan dalam Yoh
14:6 sering kita tafsirkan dengan mengatakan: melalui percaya kepada Yesus
Kristus. Tetapi Yesus di sana mengatakan: “Tidak ada seorang pun yang sampai ke
Bapa kecuali melalui Aku”. Pernyataan itu tidak mengatakan: kecuali percaya
kepada-Ku. Tidak!
Contoh sudah
kita utarakan di atas. Pemungut cukai itu dibenarkan pada hal ia tidak kenal
Yesus Kristus. Karena ia tidak kenal, maka ia tidak percaya. Tetapi ia
dibenarkan. Dengan cara seperti itulah orang beriman di PL dibenarkan. Mereka
semua dibenarkan karena Allah telah memberi mereka jalan keluar, yakni melalui
korban penghapus dosa. Penggenapan korban penghapus dosa itu ialah: Yesus
Kristus. Hal yang sama juga dapat kita katakan dengan orang orang di luar
Yahudi dan Kristen. Jika ada orang yang tidak lagi dapat mempercayai dirinya
sendiri dengan ibadah yang diajarkan agamanya di dalam rangka keselamatan
jiwanya, maka Kristus sebagai korban jadi efektif bagi dia.
Persoalannya
ialah: siapa yang membuat dia berpaling kepada Allah? Di sinilah peran dari Roh
Kudus. Kita juga sering memahami, Roh Kudus hanya bekerja di kalangan orang
Kristen. Pada hal Alkitab berkata bahwa Roh Kudus itu namanya juga Roh Yesus,
Roh Kristus. Yesus diberi Allah untuk dunia. Jika demikian, Roh Kudus yang
namanya Roh Yesus pun diberikan kepada dunia. Doktrin kita yang mengatakan
bahwa mereka yang percaya kepada Kristus itulah yang selamat membuat kita
membatasi karya Roh Kudus hanya bagi orang beriman. Yesus mengatakan Roh Kudus
itu seperti angin. Ia tidak dapat dikontrol manusia. Ia berdaulat. Ia dapat
bekerja dimana saja dan kapan saja, seturut kehendak-Nya. Kita tidak tahu
bagaimana cara Roh Kudus untuk membuat orang tidak lagi bersandar pada diri
sendiri dan doktrin agamanya tentang keselamatan. saya tetap yakin Roh Kudus
bekerja dalam kasih karunia-Nya. Nama Roh Kudus juga disebut sebagai Roh Kasih
Karunia.
Pertanyaan yang
masih perlu dijawab ialah: mengapa kita memberitakan Injil? Sudah dijawab di
atas tadi. Itu adalah Amanat Agung Yesus Kristus. Alkitab menuturkan bahwa
orang percaya akan memerintah, bersama dengan Kristus. Ada orang yang bertanya:
siapa yang akan diperintah? Memang akan menjadi sebuah pertanyaan besar jika
hanya orang yang percaya yang selamat. Tetapi jika ada orang yang selamat
tetapi tidak percaya dan tidak mengenal Yesus Kristus, wajar saja ada yang
diperintah. Dalam ibarni 12:23 kita menemukan adanya jemaat anak anak sulung
yang terdaftar di surga. Jika ada jemaat anak anak sulung, maka logikanya ada
juga jemaat adik adiknya. Mereka yang percaya itulah jemaat anak anak sulung. Menurut
hemat saya secara pribadi mereka yang tidak percaya ialah: anak anak
selanjutnya. Darah Anak Domba Paskah yang telah disembeli telah membeli mereka
oleh karya Roh Kudus yang memanggil mereka untuk tidak percaya pada diri mereka
sendiri tentang keselamatannya. Roh Kudus memanggil mereka untuk percaya kepada
kurban yang sudah tersedia bagi umat manusia demi keselamatan mereka.
Selamat Paskah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar