19/09/12

Berseru


Berseru          
Nas bacaan: Mazmur 107:17-43
                                               
Setelah berbicara tentang keberdosaan bangsa Israel dan keberdosaan satu pribadi, sekarang pemazmur menyoroti perilaku seseorang di hadapan Allah dalam hidupnya. Ada orang yang mengalami penyakit karena kecerobohan hidup. Pada hakekatnya Allah menginginkan kita berada dalam keadaan damai sejahtera, tubuh dan rohani kita. Namun jika seseorang tidak menjalani sebuah hidup yang teratur, maka mereka akan jatuh sakit. Pemazmur mengatakan bahwa hal tersebut adalah karena kesalahan mereka. Pemazmur tidak mengatakan hal tersebut adalah dosa, sebagaimana dipahami orang pada waktu itu.

Di zaman pemazmur, banyak penyakit yang belum dapat disembuhkan. Maka orang yang sakit itu sudah berada di ambang maut. Lalu TUHAN memberikan kepada mereka karunia, sehingga mereka punya hati untuk berseru-seru kepada-Nya. Lalu TUHAN pun menyelamatkan mereka dari kesesakan yang mereka hadapi. Benarlah apa yang disuarakan para nabi: barang siapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan.

Cara TUHAN menyelamatkan diungkapkan pemazmur di sini ialah: Ia menyampaikan firman kepada mereka yang berseru kepada-Nya. Ini satu penghiburan yang besar bagi kita. Firman Allah yang kita terima secara pribadi, berkuasa untuk melepaskan kita dari kesesakan kita. Bahkan dari pintu liang kubur pun kita dapat diselamatkan oleh firman tersebut. Tentunya didahului dengan seruan yang sungguh intens di hadapan Allah.

Kita tahu bersama, hingga hari ini pun Allah menyampaikan firman-Nya melalui Gereja-Nya, melalui para hamba-hamba-Nya di setiap pertemuan ibadah yang diselenggarakan orang percaya. Itulah sebabnya penulis suat Ibrani  mengingatkan kita agar tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah sebagaimana dibiasakan beberapa orang. Malah sebaliknya menurut penulis surat Ibrani, kita harus semakin giat melakukannya. Sebab di sana kita dapat saling memperhatikan, saling mendorong dan saling menasihati melalui firman. Bukankah firman itu berkuasa untuk menyelamatkan kita dari pergumulan yang kita hadapi?

Keluputan dari lubang kubur membuat kita bersyukur kepada TUHAN. Kasih setia TUHANlah yang membuat kita punya kesempatan untuk berseru dengan segenap hati kepada-Nya. Kasih setia-Nya yang membuat Dia menyampaikan firman kepada kita. Firman itu adalah firman yang berkuasa untuk menyelamatkan kita dari pergumulan hidup. Oleh karena itu, carilah TUHAN yang dengan sukarela mau berfirman kepada kita, justru pada saat kita sedang dalam berjauhan dengan Dia karena keberdosaan kita.

Alasan yang paling tepat bagi kita berseru kepada Tuhan ialah: keberdosaan kita. Dosa membuat kita jauh dari Allah. Dosa membuat kita berada di luar kasih karunia-Nya. Tetapi justru itulah argumen yang paling pas untuk berseru kepada Tuhan. Sebab Ia tidak menghendaki seorang pun binasa. Ia menghendaki agar semua orang bertobat dan memiliki hidup yang kekal, sebagaimana Ia sendiri memilikinya. Tanda dari syukur yang benar, maka kita pun akan mempersembahkan hidup kita kepada-Nya, sebagai persembahan yang hidup dan yang kudus.

Profesi pelaut bukanlah sesuatu yang umum di kalangan orang Israel. Oleh karena itu, bagi mereka, para pelaut adalah sesuatu yang sangat mengagumkan. Para pelaut itu melihat perkara-perkara besar dari karya Allah di lautan. Pemazmur memakai hal itu sebagai satu analogi dalam pengalaman rohani. Ada orang yang mengarungi lautan pengalaman rohani. Di sana mereka punya urusan tertentu. Orang-orang ini melihat pekerjaan Tuhan yang ajaib dengan kedalamannya.

Orang besar di dalam Gereja Tuhan mengalami hal ini. Saya membaca buku pengalaman dari ibu Theresa dari Calcutta, bagaimana ia dalam pengalaman rohaninya mengalami peristiwa seperti dihempaskan ombak yang besar. Pemazmur mengatakan bahwa Allah memerintahkan badai untuk meninggikan gelombang, sehingga orang yang berada di lautan itu diangkat hingga ke langit, kemudian dihempaskan ke samudera raya. Jiwa mereka hancur karena celaka.

Ini adalah pengalaman dari para hamba Tuhan yang akan dipakai-Nya untuk perkara besar. Kita teringat akan apa yang disaksikan Paulus dalam suratnya kepada Jemaat Korintus: “Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi” II Kor 1:8-10.

Kata kunci atas kemelut pergumulan ialah: berseru! Mereka yang mengalami persoalan, serukanlah nama Tuhan. Dia senantiasa mendengar seruan mereka yang berada dalam keadaan bahaya. Allah akan mengeluarkan kita dari kesesakan yang kita hadapi. Dengan sebuah perkataan, badai itu pun diam, sebagaimana Yesus mendemonstrasikannya di Danau Galilea. Setelah pengalaman di lautan spiritual yang sangat menakutkan itu, orang-orang yang sedang diajar Tuhan akan mengalami sukacita. Mereka akan dituntun ke pelabuhan kesukaan mereka. Bandingkanlah apa yang dikatakan Paulus tatkala ia menghadapi pergumulannya: “Sebab jika aku lemah, aku kuat” II Kor 12:10c. Ada satu sukacita ketenangan yang luar biasa dirasakan orang yang baru saja mengalami badai hidup yang menerpa. Mereka itu semakin percaya dan berserah kepada Tuhan.

Orang-orang ini akan bersyukur dan meninggikan nama Tuhan di antara orang beriman. Pengalaman mereka menjadi modal yang sangat bermakna dalam memberikan pengajaran kepada mereka yang mendengarkan dia. Marilah kita perhatikan produk dari syukur yang digambarkan pemazmur dalam mazmurnya ini. Pada bagian pertama, syukur dinaikkan karena mereka dikenyangkan. Bagian kedua, syukur dinaikkan dengan mempersembahkan kurban dan pengajaran. Di bagian ketiga ini, syukur dinaikkan pujian dinaikkan di  hadapan majelis tua-tua. Sebab hanya merekalah yang mampu memahami pengalaman rohani yang dalam. Termasukkah saudara di sana?

Pemazmur menutup mazmurnya ini dengan menggambarkan penghukuman Allah atas orang fasik. Di sisi lain, Allah memberkati umat-Nya yang teraniaya. Pemazmur menggambarkan penghukuman itu dengan mengibaratkan sungai menjadi padang gurun. Sungai adalah simbol dari kehidupan. Ada orang merasa bahwa kehidupan mereka sudah aman, dan tidak akan mengalami malapetaka. Sebagaimana sungai tidak akan pernah kering dan senantiasa memberikan pertumbuhan bagi tanaman di sepanjang alirannya. Namun Allah bertindak dan menghukum mereka, dengan jalan membuat sungai mereka menjadi padang gurun yang kering dan kerontang.

Tanah yang subur yang menghasilkan panen yang berlimpah, dibuat Allah menjai pada asin yang tidak mungkin menghasilkan pertumbuhan. Semuanya itu dilakukan Tuhan karena keberdosaan mereka yang tinggal di dalamnya. Tetapi untuk mereka yang mengalami kekeringan rohani dan tidak mengasilkan apa apa, justru mengalami perubahan yang amat radikal. Padang gurun menjadi kolam air, tanah kering menjadi pancaran-pacaran air.

Allah menjungkirbalikkan pemahaman manusia. Orang yang dibela Tuhan  justru mereka yang tidak punya apa-apa, seperti padang gurun dan tanah kering. Duatu gambaran yang tidak memiliki perspektif hidup. Sementara orang yang merasa kaya dalam segala hal, justru merekalah yang akan mengalami kekeringan dan kehampaan.

Jika Allah bertindak, maka akan terjadi kehidupan. Orang-orang yang teraniaya itu akan mengalami pertumbuhan dan bahkan menjadi besar. Pemazmur menggambarkannya dengan didirkannya kota di tempat dahulunya adalah padang gurun dan tanah kering. Di sisi lain, Allah membuat orang yang dahulunya makmur menjadi berkurang dan bahkan mengembara di tempat yang tandus.

Pemazmur melihat peristiwa tersebut dari kaca mata iman. Maka ia pun bersukacita. Lalu ia pun mengajarkan sebuah nasihat kepada para pendengarnya: agar mereka berpegang pada pengajaran yang telah disampaikaannya kepada mereka. Ia telah melihat kemurahan Tuhan, sekaligus juga murka-Nya atas dosa. Ia telah melihat didikan Tuhan bagi orang-orang yang dipilihnya untuk melakukan pekerjaan besar di hadapannya. Ia juga telah melihat latihan secara pribadi terhadap orang orang yang dikasihinya. Itulah yang diajarkannya kepada kita.

Jika pemazmur dapat melihat perkara-perkara itu, pada hakekatnya kita pun dapat juga melihatnya. Sebab Tuhan menyatakan hal itu melalui firman-Nya. Sayang seribu kali sayang, jarang kita merenungkan firman Tuhan itu sebagaimana disaranakan pemazmur lain. Dia mengatakan: “Berbahagialah mereka yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. … Ia seumpama pohon yang ditanam di tepi sungai…” Mzm 1:1-3.

Melalui perenungan yang dalam, maka hati dan jiwa kita mendalami makna dari firman itu. Roh Kudus pun akan menuntun dan mengajar kita akan makna dari firman yang sedang kita renungkan. Maka ia akan membukakan hal-hal yang penting kita sadari dari firman yang sedang direnungkan itu. Sayang kita tidak punya waktu untuk hal tersebut. untuk hal hal lain kita punya waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...