05/06/13

Kecil

K E C I L

Lukas  16:10

 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.

Kita senantiasa ingin menjadi besar, pada hal tidak semua orang bisa menjadi orang besar. Kita senang pada hal-hal yang besar, seraya kita mengabaikan hal-hal kecil. Pada hal, hal-hal kecil itu sangat gampang dikerjakan dan tidak membutuhkan tenaga ekstra. Sebagaimana hal itu diperlukan untuk melakukan perkara besar. Membuang sampah pada tempatnya misalnya. Perkara tersebut adalah hal yang sangat gampang dilakukan. Nanum acap kita tidak bersedia untuk melakukannya.

Jawaban klasik yang sering dikatakan orang ialah: sudah ada petugas yang mengerjakan hal tersebut, mengapa merepotkan diri untuk melakukannya? Tatkala aku membuang sampah pada tempatnya, pekerjaan itu akan meringankan beban dari orang yang mengerjakannya. Dan jika semua orang melakukan hal yang sama, bukankah dengan jalan demikian pekerjaan orang tersebut semakin jauh lebih ringan? Allah Yang Maha Melihat, Ia juga melihat apa yang kita lakukan. Ia akan memperhitungkan apa yang kita lihat itu sebagai satu ibadah kepada-Nya.

Tukang sapu yang diperuntukkan membersihkan sampah, tidak tahu bahwa pekerjaannya menjadi tambah ringan oleh karena kepeduliaan kita kepadanya. Kita pun tidak mengenal siapa dia, demikian juga sebaliknya. Tetapi Tuhan tahu akan apa yang kita lakukan, sangat bermanfaat bagi dia. Mungkin ia tidak akan pernah bersyukur akan pekerjaan yang semakin ringan. Tetapi Tuhan tahu akan apa yang kita kerjakan bagi kemuliaan nama-Nya. Masalah yang ingin dikedepankan di sini ialah: kita melakukannya karena Allah menghendaki kita melakukan hal tersebut. Allah ingin agar kita terbiasa untuk melakukan hal-hal kecil.

Misalnya ada sebuah batu kecil yang tercecer di pinggir jalan. Batu kecil itu bisa menjadi bahaya bagi orang yang jalan kaki di pinggir jalan tersebut. Hal seperti itu pernah terjadi di salah satu jalan di kota Jakarta. Ada seorang wanita keluar dari rumah sakit. Ia berdiri di pinggir jalan untuk menunggu kendaraan umum lewat. Tiba-tiba ada satu mobil berjalan dengan sangat cepat di hadapannya. Ban mobil itu mengglindas batu kecil yang tercecer tadi. Batu itu terlempar pas ke dahi dari wanita tadi, lalu ia harus diopname karena luka yang dideritanya. Supir mobil itu tidak tahu akan hal itu.

Seandainya ada seorang yang melihat batu itu dan membuangnya ke tempat yang pas untuk batu tersebut, maka wanita tadi tidak akan mengalami penderitaannya. Jika hal itu terjadi maka Allah yang tahu akan segala sesuatu akan menghitung perbuatannya orang yang memindahkan batu itu sebagai ibadah dalam rangka menghindarkan wanita tadi dari kecelakaan. Tindakannya itu menjadi sebuah ibadah kepada Allah, karena kita melakukannya karena Allah semata-mata.

Seorang teman bercerita tentang perbuatan kecil yang senantiasa dia lakukan sewaktu ia berkerja di Eropah. Setiap pagi ia harus ke kantor dalam waktu yang sama. Jika ia berangkat dalam waktu yang sudah tertentu itu, ia akan berhenti di lampu lalu lintas dekat apartemennya, karena lampunya berwarna merah. Pada waktu yang sama, ada juga orang yang mengalami rutinitas yang sama seperti dia. Ia memulai dengan menganggukkan kepala kepada orang tersebut.

Pada mulanya, ia tidak mendapatkan respons apa-apa, karena mereka sesama pria. Mungkin orang itu berpikiran lain tentang anggukannya. Namun, karena mereka setiap pagi senantiasa bertemu di lampu merah tersebut, maka lama kelamaan, orang itu akhirnya memberi reaksi juga. Ia membalas anggukan kepala yang ditujukan kepadanya. Setelah berbulan-bulan kejadian tersebut berlangsung, maka suatu ketika, orang yang disapa itu membuka kaca mobilnya dan menyapa dengan kata ‘hai’.

Komunikasi itu berlangsung dengan waktu yang cukup lama. Akhirnya mereka sepakat untuk ‘kopi darat’. Rupa-rupanya mereka berada di dalam satu apartemen. Kemudian tercipta persahabatan. Teman itu memberitakan Injil kepadanya, lalu ia bertobat dan menjadi Kristen. Hal yang besar terjadi dimulai dari sebuah anggukan kepala. Sebuah perkara kecil yang tidak perlu tenaga besar dan kemauan besar untuk melakukannya. Namun, sebagai upah dari kesetiaannya melakukan perkara kecil itu, kepadanya diberikan kesempatan untuk melakukan perkara besar, yakni memberitakan Injil keselamatan bagi orang itu. Ia pun bertobat.

Ada lagi kesaksian dari seorang penginjil literatur dari Gereja Advent. Kita tahu mereka menjual buku dari rumah ke rumah yang lain. Satu ketika seorang penginjil leteratur ini mengetok pintu sebuah rumah. Tidak ada jawaban dari dalam rumah. Tetapi orang ini tidak mau kalah. Ia mengetuk terus pintu rumah itu. Akhirnya ada juga seorang ibu yang keluar dari dalam rumah. Ia meladeni sang bapa yang menawarkan buku-buku Kristen kepadanya.

Lalu, sang ibu itu membukakan rahasianya kepada penginjil literatur tersebut. Ia sudah merencanakan untuk membunuh diri. Ia sudah naik ke bangku untuk menggantung diri. Tepat pada saat ia mau memasukkan tali itu ke lehernya, ia mendengar suara ketukan di pintu. Ia memutuskan untuk membenahi dulu semua aral melintang. Ia ingin menyuruh orang itu pergi dan ia akan melanjutkan niatnya untuk bunuh diri. Namun karena kesetiaan penginjil itu kepada tugasnya, ia telah dipakai Allah untuk menyelamatkan orang itu dari maut. Wanita tadi menunjukkan kepada penginjil literatur tersebut tali yang akan dia pakai untuk membunuh diri. Kepada penginjil literatur tersebut diberikan Tuhan kesempatan untuk melakukan perkara besar, melalui kesetiaannya melakukan tugasnya yang kecil itu. Menjual buku-buku Kristen, terbitan badan penerbit gerejanya.

Tatkala menghadiri sebuah pesta resepsi, kepada kita disuguhkan minuman di dalam gelas di atas satu meja tertentu. Tatkala mengambil gelas yang kedua, aku menuangkan isi gelas yang kedua ke gelas pertama. Lalu gelas kosong itu aku telungkupkan. Seorang teman pernah bertanya: mengapa? Lalu aku berkata: gelas itu masih bersih, sehingga tidak harus dicuci pelayan. Hal itu akan mengurangi pekerjaannya. Oleh karena pejelasan itu, ia juga melakukan hal yang sama. Jika semakin banyak orang yang melakukan hal seperti itu, maka pekerjaan pelayan itu pun semakin ringan. Ia tidak tahu akan apa yang kita kerjakan bagi dia. Tetapi kunci permasalahannya ialah Tuhan tahu akan niatan kita.

Ada orang yang berkata kepada saya: bisa saja orang itu tidak sadar akan hal tersebut dan ia tetap mecuci gelas yang ditelungkupkan itu. Masalah di sini bukan terletak di dalam dirinya, melainkan di dalam diri kita. Kita peduli dengan keberadaan orang. Sekalipun ia tidak bertambah ringan pekerjaannya, tetapi hati kita telah peduli dengan dia. Jika kita mau peduli dengan hal-hal kecil, maka kita akan dimampukan untuk peduli dengan hal-hal besar, seperti membayar pajak misalnya.

Ada seorang guru besar dari sebuah universitas di Jepang menuturkan di satu media masa beberapa tahun yang lalu. Beliau berkata: “Kita dengan gampang dapat melihat ketaatan masyarakat satu negara terhadap hukum dari kehidupan mereka sehari-hari, tanpa membuat satu penelitian yang intens. Caranya ialah: lihatlah penduduk negara itu di jalan raya. Jika penduduk negara itu taat kepada peraturan lalu lintasnya, maka penduduk negara itu cendrung taat terhadap hukum, seperti membayar pajak”. Kesimpulan beliau berdasarkan premis ini: jika peraturan yang tidak terlalu sukar saja tidak mau dipatuhi, bagaimana mungkin mematuhi perintah yang sukar untuk dilakukan, misalnya membayar pajak kepada negara! Mulai dari hal-hal kecil.

Ada orang yang memberi surprise kepada orang yang dia tidak kenal. Tatkala ia membayar toll di gerbang toll, maka ia juga membayar toll untuk orang yang ada di belakangnya. Orang itu sama sekali dia tidak kenal. Tetapi ia mau memberikan sebuah surprise pada orang tersebut. Tatkala petugas toll memberi tahu kepadanya bahwa mobil yang di depannya telah membayar tollnya, maka ia tentu sangat surprise. Ia tidak kenal dan tidak akan pernah tahu siapa yang telah membayar toll tersebut. Ia akan menularkan surprise itu kepada sesamanya yang dia temui. Jika hal itu berkesinambungan, maka semakin banyak orang yang mengalami surprise pada hari itu. Efek domino akan terjadi!

Ada banyak kisah seperti itu yang dapat kita lakukan di dalam hidup ini. Sesuatu yang kecil saja, namun sangat bermakna. Ada ekomom Inggris yang menyuarakan: ‘Small is beautifull’. Kecil itu indah. Perkara kecil dapat dilakukan oleh semua orang. Sementara perkara besar hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu saja. Karena itu marilah kita melakukan hal-hal kecil. Ada pepatah orang tua yang menggambarkan hal ini, mereka mengatakan: ‘Air setetes itu sedikit. Tetapi jika terus menetes akan meluap’. Tindakan kecil adalah sesuatu yang tidak berarti, tetapi jika semua orang melakukan perkara kecil, maka hal itu menjadi sesuatu yang maha dahsyat.

Sejarah keselamatan pun dimulai dari yang kecil. Allah memulai penyelamatan umat manusia dengan memanggil satu orang, yakni Abraham. Namun, melalui Abraham, Allah menghadirkan satu bangsa di dunia ini, bangsa yang melalui mereka pula, hadir Mesias. Melalui kematian Sang Mesias yang menderita itu, seluruh dunia diselamatkan. Itulah jalan yang Allah tempuh di sepanjang sejarah keselamatan.

Marilah kita membiasakan diri melakukan hal-hal kecil di dalam hidup kita. Jika kita membiasakan diri dalam hal melakukan hal-hal kecil di dalam kepentingan bersama, maka orang lain akan menularkan hal-hal kecil itu di dalam hidup mereka. Orang mengatakan hal itu semacam virus yang dapat mewabah di tengah-tengah komunitas kita. Inilah virus yang tidak harus diberantas,melainkan harus ditularkan ke dalam seluruh sendi-sendi masyarakat. Sehingga dalam sekejab, seluruh masyarakat telah terkontaminasi dengan virus yang kita dambakan ini.


Selamat menikmati virus melakukan perkara-perkara kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...