06/09/14

Penjaga

Penjaga[1]

Nas Bacaan: Yehezkiel 33:7 – 11       
                 
Di zaman Israel purba, kota kota senantiasa dibentengi, untuk menangkis serangan musuh. Di sudut tembok kota tersebut dibuatkan sebuah menara tempat penjaga. Tugasnya ialah memperingatkan penduduk kota akan serangan musuh yang datang dari tempat yang jauh. Penduduk yang bekerja di ladang akan sempat masuk ke dalam kota untuk menyelamatkan diri.

Jika musuh datang dan penjaga tidak membunyikan tanda, maka orang yang mati terbunuh oleh musuh yang datang, menjadi tanggung jawab dari penjaga. Namun jika ia sudah membunyikan tanda, tetapi orang tersebut tidak memperdulikannya, jika ia mati, penjaga tidak dapat dituntut atas kematiannya. Nabi Yehezkiel ditetapkan Allah menjadi penjaga bagi bangsa Israel. Ia harus menyuarakan tanda bahaya dari Allah, atas perilaku dari umat tersebut.

Nas kita juga ditujukan kepada kita pada masa sekarang ini. Kita pun diangkat Allah menjadi penjaga bagi sesama kita. Orang modern sekarang ini akan menyuarakan apa yang sudah disuarakan Kain kepada Allah, jauh sebelum zaman modern tiba. Kain mengatakan: “Apakah aku penjaga adikku?” Kita tidak terbiasa  memberi perhatian untuk menjaga sesama kita. Kita hanya peduli dengan diri kita sendiri.

Ada seorang petani mempunyai dua orang anak. Anak pertama berusia lima tahun. Sementara anak kedua baru berusia satu setengah tahun. Anak yang berusia lima tahun itu telah disuruh menjaga adiknya yang berusia satu setengah tahun. Ia sudah diajar untuk mengganti popok dari adiknya, tatkala ia pipis, bahkan bila buang air besar sekali pun. Jika anak usia lima tahun telah dapat menjalankan tugasnya dengan baik, mengapa kita tidak bisa?

Penjaga punya tugas untuk memberitahukan bahaya yang sedang mengancam kehidupan dari persekutuan. Bahaya apa saja yang sedang mengancam kita sekarang ini? Menurut hemat saya secara pribadi, bahaya yang sedang mengancam kita salah satunya ialah: idola. Para remaja kita sekarang banyak mengidolakan para selebriti. Sementara selebriti yang jadi idola itu, moralitasnya amburadul. Sekarang acara di televisi yang paling menarik perhatian orang ialah: sinetron. Aktris dan aktornya menjadi idola. Pada hal kehidupan keluarga mereka berantakan. Manusia sekarang mengidolakan manusia yang tidak punya moralitas yang tinggi.

Ada lagi yang diidolakan orang dewasa ini, yakni diri sendiri. Penghargaan terhadap diri sendiri, sekarang ini sangat tinggi nilainya. Manusia membuat dirinya sendiri menjadi pusat dari segala sesuatu. Berbeda dengan ajaran Paulus yang mengatakan: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” Gal 2:20.

Di samping idola yang menjadi bahaya bagi kita, sekarang ini  yang menjadi bahaya bagi kita ialah: narkoba. Jumlah pemakai narkoba di negeri ini semakin meningkat. Survei mengatakan bahwa para pemakai narkoba itu adalah orang yang aktif di dalam profesi mereka. Orang yang memakai narkoba adalah orang yang ingin melarikan diri dari keberadaan mereka yang tidak disukai. Adalah tugas dari orang percaya, sebagai penjaga umat untuk mengingatkan umat manusia tentang adanya jalan keluar dari pergumulan hidup. Tuhan Yesus mengatakan: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Mat 11:28.

Jika kita menggabungkan apa yang disuarakan Paulus, sebagaimana sudah dikutip di atas dan dengan firman Tuhan Yesus, maka menjadi sangat relevan bunyi syair lagu rohani ini: “…Ku mau sperti-Mu Yesus disempurnakan slalu, dalam sgala jalanku memuliakan nama-Mu”. Hanya mereka yang membuat dirinya sama dalam tujuan hidup, sebagaimana didemonstrasikan Yesus Kristus, yang akan dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang penjaga bagi sesama.

Sebagaimana sudah diuraikan di atas, ada konsekwensi dari kegagalan seorang penjaga melakukan tugasnya.  Ada saja orang yang dipercayakan Allah kepada kita yang harus kita jaga. Anak, cucu, adik atau bahkan abang kita sendiri. Kita harus memperingatkan mereka akan bahaya yang sedang mengancam diri mereka. Jika kita tidak mau memperingatkan hal itu, maka kata Tuhan, darahnya aku tuntut darimu. Jika kita sudah memperingatkan mereka, tetapi tidak mau berubah, maka kita telah menyelamatkan diri sendiri. Kita tidak dapat berkata sama seperti Kain, yang mengatakan bahwa kita bukan penjaga saudara kita.

Kabar baik bagi kita ialah: Allah sungguh menghendaki agar orang tidak jatuh ke dalam bahaya. Allah menghendaki pertobatan orang yang kita jaga itu. Jika Allah menghendaki pertobatan orang yang ada di dalam bahaya, maka Allah tentunya tidak hanya menunggu agar peringatan kita mendapatkan respon. Allah sendiri akan bekerja melalui Roh Kudus-Nya, agar orang yang kita jaga itu bertobat. Doakanlah orang-orang yang dipercayakan Allah kepada kita untuk dijaga. Jagalah mereka di dalam doa syafaat saudara setiap hari. Ingat syair lagu ini? “Di doa ibuku namaku disebut, di doa ibu kudengar ada namaku disebut!” Itulah salah satu dari cara kita untuk menjaga mereka di hadapan Allah.



[1] Disajikan dalam khotbah kebaktian Remaja di HKBP Menteng, Minggu 7/9/14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...