Penjaga[1]
Nas Bacaan:
Yehezkiel 33:7 – 11
Di
zaman Israel purba, kota kota senantiasa dibentengi, untuk menangkis serangan
musuh. Di sudut tembok kota tersebut dibuatkan sebuah menara tempat penjaga.
Tugasnya ialah memperingatkan penduduk kota akan serangan musuh yang datang
dari tempat yang jauh. Penduduk yang bekerja di ladang akan sempat masuk ke
dalam kota untuk menyelamatkan diri.
Jika
musuh datang dan penjaga tidak membunyikan tanda, maka orang yang mati terbunuh
oleh musuh yang datang, menjadi tanggung jawab dari penjaga. Namun jika ia sudah
membunyikan tanda, tetapi orang tersebut tidak memperdulikannya, jika ia mati,
penjaga tidak dapat dituntut atas kematiannya. Nabi Yehezkiel ditetapkan Allah
menjadi penjaga bagi bangsa Israel. Ia harus menyuarakan tanda bahaya dari
Allah, atas perilaku dari umat tersebut.
Nas
kita juga ditujukan kepada kita pada masa sekarang ini. Kita pun diangkat Allah
menjadi penjaga bagi sesama kita. Orang modern sekarang ini akan menyuarakan
apa yang sudah disuarakan Kain kepada Allah, jauh sebelum zaman modern tiba.
Kain mengatakan: “Apakah aku penjaga adikku?” Kita tidak terbiasa memberi perhatian untuk menjaga sesama kita.
Kita hanya peduli dengan diri kita sendiri.
Ada
seorang petani mempunyai dua orang anak. Anak pertama berusia lima tahun.
Sementara anak kedua baru berusia satu setengah tahun. Anak yang berusia lima
tahun itu telah disuruh menjaga adiknya yang berusia satu setengah tahun. Ia
sudah diajar untuk mengganti popok dari adiknya, tatkala ia pipis, bahkan bila
buang air besar sekali pun. Jika anak usia lima tahun telah dapat menjalankan
tugasnya dengan baik, mengapa kita tidak bisa?
Penjaga
punya tugas untuk memberitahukan bahaya yang sedang mengancam kehidupan dari
persekutuan. Bahaya apa saja yang sedang mengancam kita sekarang ini? Menurut
hemat saya secara pribadi, bahaya yang sedang mengancam kita salah satunya
ialah: idola. Para remaja kita sekarang banyak mengidolakan para selebriti.
Sementara selebriti yang jadi idola itu, moralitasnya amburadul. Sekarang acara
di televisi yang paling menarik perhatian orang ialah: sinetron. Aktris dan
aktornya menjadi idola. Pada hal kehidupan keluarga mereka berantakan. Manusia
sekarang mengidolakan manusia yang tidak punya moralitas yang tinggi.
Ada
lagi yang diidolakan orang dewasa ini, yakni diri sendiri. Penghargaan terhadap
diri sendiri, sekarang ini sangat tinggi nilainya. Manusia membuat dirinya
sendiri menjadi pusat dari segala sesuatu. Berbeda dengan ajaran Paulus yang
mengatakan: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang
di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi
aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” Gal 2:20.
Di
samping idola yang menjadi bahaya bagi kita, sekarang ini yang menjadi bahaya bagi kita ialah: narkoba.
Jumlah pemakai narkoba di negeri ini semakin meningkat. Survei mengatakan bahwa
para pemakai narkoba itu adalah orang yang aktif di dalam profesi mereka. Orang
yang memakai narkoba adalah orang yang ingin melarikan diri dari keberadaan
mereka yang tidak disukai. Adalah tugas dari orang percaya, sebagai penjaga
umat untuk mengingatkan umat manusia tentang adanya jalan keluar dari
pergumulan hidup. Tuhan Yesus mengatakan: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih
lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Mat 11:28.
Jika
kita menggabungkan apa yang disuarakan Paulus, sebagaimana sudah dikutip di
atas dan dengan firman Tuhan Yesus, maka menjadi sangat relevan bunyi syair
lagu rohani ini: “…Ku mau sperti-Mu Yesus
disempurnakan slalu, dalam sgala jalanku memuliakan nama-Mu”. Hanya mereka
yang membuat dirinya sama dalam tujuan hidup, sebagaimana didemonstrasikan
Yesus Kristus, yang akan dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang penjaga
bagi sesama.
Sebagaimana
sudah diuraikan di atas, ada konsekwensi dari kegagalan seorang penjaga
melakukan tugasnya. Ada saja orang yang
dipercayakan Allah kepada kita yang harus kita jaga. Anak, cucu, adik atau
bahkan abang kita sendiri. Kita harus memperingatkan mereka akan bahaya yang
sedang mengancam diri mereka. Jika kita tidak mau memperingatkan hal itu, maka
kata Tuhan, darahnya aku tuntut darimu. Jika kita sudah memperingatkan mereka,
tetapi tidak mau berubah, maka kita telah menyelamatkan diri sendiri. Kita
tidak dapat berkata sama seperti Kain, yang mengatakan bahwa kita bukan penjaga
saudara kita.
Kabar
baik bagi kita ialah: Allah sungguh menghendaki agar orang tidak jatuh ke dalam
bahaya. Allah menghendaki pertobatan orang yang kita jaga itu. Jika Allah
menghendaki pertobatan orang yang ada di dalam bahaya, maka Allah tentunya
tidak hanya menunggu agar peringatan kita mendapatkan respon. Allah sendiri
akan bekerja melalui Roh Kudus-Nya, agar orang yang kita jaga itu bertobat. Doakanlah
orang-orang yang dipercayakan Allah kepada kita untuk dijaga. Jagalah mereka di
dalam doa syafaat saudara setiap hari. Ingat syair lagu ini? “Di doa ibuku namaku disebut, di doa ibu
kudengar ada namaku disebut!” Itulah salah satu dari cara kita untuk menjaga mereka di hadapan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar