Pendahuluan
Jika kepada kita diajukan pertanyaan, apakah
kita orang beriman atau tidak, maka jawabannya pastilah ya, kita adalah orang
beriman. Semua orang beragama adalah orang beriman. Tetapi jika pertanyaan itu
dilanjutkan lagi, apa beda
iman kita dengan iman Agama lain, Muslim, Budha, Hindu, dll; maka kita harus
melihat isi dari iman itu sendiri. Jika kita melihat isi dari iman, maka kita
akan menjumpai, isinya berbeda-beda. Mungkin akan mengejutkan bagi kita jika
dikatakan bahwa sekali pun Agama kita sama, bahkan gereja kita sama, bisa saja
iman kita berbeda. Mengapa? Karena iman itu masalah hubungan pribadi dengan
Allah Sang Pencipta Yang Maha Kasih. Kandungan iman kita bisa berbeda, sekali pun
gereja kita sama.
Untuk penjelasan lebih lanjut tentang iman
ini, maka kita akan mengajukan beberapa pertanyaan tentang iman. Melalui
jawaban atas pertanyaan itu, kita akan melihat apakah iman itu sebenarnya, dan
mengapa iman itu adalah masalah pribadi kita dengan Allah. Harus diakui ruang
yang tersedia bagi kita tidaklah cukup untuk membicarakan iman secara panjang
lebar. Namun cukup bermakna jika kita membahas iman itu dalam ruang yang sempit
ini. Pertanyaan itu adalah:
Apakah iman itu?
Iman berdasarkan etimologi. Kata iman itu
diserap bahasa Indonesia dari bahasa Arab. Padanan kata itu dalam bahasa
Indonesia adalah percaya. Jadi beriman tak lain artinya adalah percaya. Menarik
untuk disimak, kata iman berpadanan dengan kata ‘aman’ dalam bahasa Ibrani.
Kita tahu bahasa Ibrani satu rumpun dengan bahasa Arab. Akar kata ‘aman’ dalam
bahasa Ibrani adalah ‘amen’. Kata ini familiar dengan kita. Kata itu kita tahu
sebagai kata penutup doa. Arti kata amen ialah :ya. Kita bisa lihat itu dalam
kitab Bilangan 5:14-22, dimana dikatakan seorang suami cemburu kepada isterinya
yang mungkin berbuat serong, tetapi tidak ada seorang pun yang tahu. Suami itu
harus pergi kepada imam dan membuat upacara tertentu. Imam
mengutuki isteri yang dicemburui
suami tadi, dan isteri itu harus mengatakan : “amin, amin”. (ayat 22 : “sebab air yang mendatangkan kutuk ini akan
masuk ke dalam tubuhmu untuk mengembungkan perutmu dan mengempiskan pahamu. Dan
haruslah perempuan itu berkata: Amin, amin”)
Jelas dari ayat ini kata amin artinya ialah
ya, atau demikianlah sesungguhnya. Kata itu mengandung arti pembenaran akan
sesuatu yang dikatakan orang kepadanya. Orang Batak sering mengucapkan hal yang
sama di dalam upacara adat, yakni : “Ima tutu” arti kata ini persis sama dengan
amin dalam bahasa Ibrani. Saya tidak tahu apakah begitu artinya dalam bahasa
Arab. Tetapi karena mereka berasal dari kultur yang sama, tentunya maknanya
sama juga.
Kita telah berbicara tentang makna kata iman
dari sudut etimologi. Sekarang kita
berbicara tentang apa isi iman itu sebenarnya. Penulis surat Ibrani mengatakan : ” Iman
adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr. 11:1) Iman itu senantiasa berhubungan dengan sesuatu
yang diharapkan. Apa yang saya harapkan tatkala saya beriman kepada Yesus Kristus? Apa yang saya harapkan itu, pada
hakekatnya itulah kandungan dari iman saya.
Pengharapan orang Kristen
di dalam beriman kepada Yesus Kristus ialah : ‘serupa dengan Yesus Kristus ’.
Hal itu adalah ketetapan Allah. Paulus mengatakannya di dalam Rom. 8:29. Jika
saya serupa dengan Yesus
Kristus , maka sama seperti Yesus
mati, maka saya pun akan mati. Tetapi
Yesus tidak hanya mati, Dia juga bangkit
dari antara orang mati. Maka sepasti Dia bangkit dari antara orang mati, maka
saya pun akan bangkit juga dari antara orang mati. Yesus juga tidak hanya
bangkit, tetapi Dia juga naik ke surga. Maka sepasti Yesus naik ke surga, maka
saya pun akan naik ke surga. Yesus diterima Allah di surga dan menempati tempat
yang terhormat (Ia duduk di sebelah kanan) maka saya pun akan menempati tempat
terhormat di sana .
Semuanya karena Yesus
Kristus .
Rasa-rasanya apa yang saya harapkan itu adalah sebuah impian atau sebuah
angan-angan yang tanpa dasar! Apakah demikian? Apakah dasarnya saya memiliki
pengharapan seperti itu? Penulis surat
Ibrani yang sudah kutip ayatnya di atas mengatakan bahwa dasarnya ialah iman
itu sendiri.
Karena iman itu sendiri adalah dasar dari
pengharapan saya, maka untuk itu, kita harus memahami apa arti dari kata iman
itu dalam bahasa yang dipakai Alkitab. Kata itu dalam bahasa Yunani adalah ‘pistis’. Kata kerja untuk kata itu
adalah ‘pisteuo’ menunjuk kepada: satu keyakinan yang kokoh
bagi produk dari pengenalan akan wahyu Allah cf. II Tes.2:11-12, satu
penyerahan diri kepada Dia, (Yoh.1:12),
satu perilaku karena penyerahan diri kepada Dia (II Kor.5:7); juga
mengandung sebuah jaminan (Kis. 16:31 ).[1]
Dari pengertian berdasarkan kamus di atas, kita dapat yakin bahwa apa yang kita
katakan tentang pengharapan kita itu bukan sesuatu fantasi, sesuatu isapan
jempol, suatu impian. Iman adalah sebuah jaminan, sebuah dasar dari yang kita
harapkan.
Karena iman itu adalah sebuah keyakinan yang
kokoh terhadap satu hal yang kita lihat dan kenal, sesuatu yang diwahyukan
kepada kita oleh Roh Kudus. Iman itu merubah perilaku kita, sehingga kita
menyerahkan diri kepada Dia yang kita imani, yaitu Yesus Kristus .
Di sini bisa saja orang berbeda di
dalam penerapan akan iman itu di dalam kehidupan, sekali pun gereja kita sama. Ada orang yang saya tahu
dia adalah seorang pekerja yang baik di gereja, tetapi dia tidak memiliki
jaminan tentang keselamatannya. Kami sama-sama Protestan, satu atap gerejanya
tapi kandungan iman kami berbeda. Saya yakin tentang keselamatan, sementara dia
tidak punya jaminan akan keelamatan.
Pertanyaan sekarang, mengapa kita bisa
berharap seperti itu? Hal itu muncul karena apa yang dikerjakan Kristus di kayu
salib. Maka kita akan menyoroti apa yang
dikerjakan Kristus bagi kita. Rasul Paulus
mengatakan dalam II Kor.5:21 “Dia yang
tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia
kita dibenarkan oleh Allah.” Tatkala Yesus
mati di kayu salib, Allah mengangkut dosa seluruh dunia ini – termasuk di
dalamnya dosa saya – dan menimpakannya di pundak Yesus. Karena Dia
telah berubah menjadi dosa – tetapi tetap tidak berdosa – maka Dia harus mati.
Latar belakang dari ide yang diutarakan
Paulus di sini ialah ibadah korban di PL.
Tatkala
korban dipersembahkan di mezbah korban bakaran, maka orang Israel memahami
bahwa ada transferensi terjaidi di sana .
Keberdosaan orang yang mempersembahkan korban itu ditransfer kepada korban,
sementara ketidakbercacat-celaan korban di transfer kepada orang yang
mempersembahkan korban itu. Korban jadi dosa. Upah dosa ialah maut. Karena itu
korban itu harus disembelih. Korban jadi mati, tetapi orang yang meperembahkan
korban hidup. Yesus menggenapi apa yang ditunjuk oleh ibadah itu di kayu salib.
Keberdosaan kita ditransfer kepada Yesus, sementara ketidakberdosaan Kristus di
transfer kepada kita. Jadi kematian Yesus di kayu salib itu adalah dalam rangka
menanggung dosa seluruh manusia yang pernah ada dan yang akan ada di dunia ini,
selama dunia ini masih ada, seberapa pun jumlah penduduknya.
Dengan matinya Yesus di kayu di salib dan di
kayu salib itu Dia berkata ‘sudah genap’, maka genaplah keberadaan Kristus yang
tidak ada cacat celanya itu ditransfer kepada kita yang percaya. Selanjutnya Paulus
mengatakan bahwa kita dibenarkan Allah, sebagai akibat dari kematian Kristus
itu. Kata dibenarkan di dalam bahasa Yunani maksudnya ialah dilihat Allah
sebagai orang benar. Sebagai orang yang tidak berdosa. Itulah yang kita aminkan
di dalam iman kita kepada Allah di dalam Yesus Kristus .
Allah mengatakan kita sebagai orang benar, kita mengatakan ‘ya’ untuk
pernyataan Allah itu.
Alkitab dalam bahasa Inggris (KJ) menerjemahkan
kalimat terakhir itu agak berbeda dengan Alkitab. KJ menerjemahkan ayat itu sbb
:” For he hath made him to be sin for us, who
knew no sin; that we might be made the righteousness
of God in him”. (garis tebal dari saya). Jika Alkitab
mengatakan ‘kita dibenarkan Allah di dalam Dia’, KJ mengatakan kita menjadi
kebenaran Allah di dalam Dia.
Bibel juga mengatakan hal yang
sama. “Ai on do dipatupa Debata:
Humongkop hita gabe dosa Ibana, na so
tumanda dosa, asa gabe hatigoran ni Debata hita di bagasan
Ibana.” (garis tebal dari saya). Kedua anak kalimat yang
digaris bawahi sama artinya. Ada
perbedaan yang tajam antara apa yang diutarakan Alkitab dan apa yang dikatakan
Bibel dan KJ. Jika yang kedua kita amati , Allah
bukan hanya membenarkan kita, sebagaimana diutarakan Alkitab, tetapi Allah
membuat kita menjadi kebenaran-Nya. Dengan melihat kita orang beriman, maka
orang lain akan mengatakan Allah itu benar. Bukti dari kebenaran Allah adalah
orang-orang yang beriman kepada-Nya. Luar biasa, Allah membuat kita menjadi
bukti dari kebenaran Dia menyelamatkan manusia. Ajaib. Sungguh luar biasa.
Kristus mati untuk kita, tetapi Dia bukan
hanya mati bagi kita, Dia juga bangkit bagi kita. Dengan kebangkitan-Nya itu Yesus
membuktikan kepada dunia, bahwa alam maut tidak dapat menahan dia di dalam maut
itu. Dengan jalan demikian, kita pun tidak dapat di tahan alam maut agar tetap
di dalam dia, jika kita mati satu hari kelak. Sepasti Yesus
mati, satu hari kelak kita pun akan mati. Tetapi tidak berhenti sampai di sana , sepasti Yesus
bangkit dari antar orang mati, sepasti itu pula kita akan bangkit dari antara
orang mati. Itulah isi dari iman kita.
Melalui kebangkitan-Nya itu Yesus membentuk
satu keluarga baru bagi kemanusiaan. Hal itu diutarakan Paulus di dalam I
Kor.15:45-49 “Seperti ada tertulis:
"Manusia pertama, Adam menjadi
makhluk yang hidup", tetapi Adam
yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. Tetapi yang mula-mula datang bukanlah
yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah.
Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua
berasal dari sorga.” Adam adalah kepala keluarga pertama di dunia ini.
Kita semua adalah keturunannya. Yesus pun secara manusia termasuk ke dalam
keturunan Adam . Tetapi dengan
kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Dia tidak lagi masuk ke dalam keluarga Adam . Dia menjadi kepala keluarga yang baru. Paulus
mengatakan Yesus dengan sebutan Adam
yang terakhir dalam ayat 45, tetapi dalam ayat 47 Paulus menyebut Dia Manusia
kedua. Itu berarti Ia menjadi kepala keluarga kemanusiaan yang baru. Anggota
keluarga yang baru itu adalah kita. Di
tempat lain, Paulus menyebut Yesus sebagai ‘yang
sulung’ (Rom.8:29). Jika ada yang sulung itu berarti ada yang berikutnya.
Anak-anak yang datang berikutnya ialah orang-orang beriman. Semua itu dilakukan
Yesus bagi kita. Itulah kandungan iman kita.
Melalui kebangkitan-Nya itu, Yesus dapat hidup
di dalam kita orang yang beriman melalui Roh Kudus. Yesus mengatakan bahwa
adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau
Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. (Yoh.16:7). Kedatangan Roh Kudus di
dalam kehidupan kita adalah perwujudan dari kedatngan Kristus di dalam hidup
kita. Ia hidup di dalam kita. Di
tempat lain Paulus mengatakan : “Namun
aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang
hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah
hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan
diri-Nya untuk aku”. Itulah kandugan iman kita.
Kristus juga naik ke surga untuk menyediakan
tempat bagi kita. Dan dari Ia sana akan datang kelak
untuk menjemput kita, supaya dimana Dia ada, di sana pun kita ada. Itulah firman Yesus bagi
kita. Kita meng’amin’kannya. Mengatakan bahwa yang dikerjakan Kristus itu ya
bagi kita. Itulah yang kita percayai. Kita seharusnya menggarisbawahi apa yang
dikatakan Tuhan Yesus dalam ayat itu, yakni “supaya dimana Aku ada, di situ pun
kamu ada”. Kristus melakukan semuanya itu untuk kita.
Hasil dari iman kita Paulus utarakan di sini
, yang pertama ialah berdamai dengan
Allah. Berdamai dengan Allah itu berarti kita tidak lagi punya masalah dengan
Allah. Banyak orang yang punya masalah dengan Allah, dosa belum selesai juga
tidak dapat menerima diri sendiri. Jika orang telah berdamai dengan Allah, itu
berarti dia berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan orang lain. Pada
hakekatnya yang dibutuhkan orang dewasa ini ialah perdamaian dengan Allah.
Hal lain yang diungkapkan Rasul Paulus ,
orang beriman itu memiliki jalan masuk ke dalam kasih karunia Allah. Kasih
karunia Allah, dalam bahasa Ibrani adalah ‘rekhem’. Padanan kata itu di dalam bahasa
Arab ialah rakhim. Cf. “bismillahi rohmani rohim” yang artinya dalam nama Allah
yang pemurah dan penyayang. Dalam budaya Timur Tengah
zaman dahulu, tempat yang paling aman
dan yang menyenangkan di seluruh dunia ialah rahim. Allah punya ‘rahim’ (kasih
karunia), lalu kita punya akses masuk ke dalam kasih karunia. Akses itu adalah
iman kita.
Produk dari iman bukan hanya itu,
kesengsaraan pun adalah bagian dari iman Kristen .
Tuhan Yesus mengatakan dalam Yoh.16:33 :” … Dalam dunia kamu menderita penganiayaan,
tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” Orang Kristen
akan bermegah di dalam penderitaan itu, karena penderitaan itu akan membawa
ketekunan, ketekunan membawa tahan uji, dan tahan uji akan menimbulkan
pengharapan. Sementara pengharapan Kristen
tidak mengecewakan. Itu adalah hasil dari iman yang kita punya di dalam Yesus Kristus .
Mengapa harus beriman?
Inilah pertanyaan kita yang kedua. Saya
beriman, karena itu adalah satu
kebutuhan. Saya orang berdosa yang membutuhkan keselamatan dari dosa. Alkitab
dengan jelas mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah. (Rom.3:23). Juga dikatakan bahwa upah dosa ialah
maut (Rom 6:23 ). Manusia
membutuhkan keselamatan dari dosa. Jalan
keluar yang dikatakan Alkitab ialah beriman kepada Yesus Kristus .
Karena itu saya harus beriman kepada Yesus Kristus ,
agar saya selamat.
Sisi lain mengapa saya harus beriman ialah :
karena imanlah yang membuat saya berkenan kepada Allah. Hal itu dikatakan
penulis surat
Ibrani, dalam Ibr.11:6 “Tetapi tanpa iman
tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada
Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada
orang yang sungguh-sungguh mencari Dia”. Sangat jelas dikatakan nas di
atas, bahwa imanlah yang membuat kita berkenan di hadapan Allah. Karena itu
saya harus beriman, agar hidup saya berkenan kepada Allah.
Seseorang dapat beriman bukan karena
kemampuannya sendiri. Rasul
Paulus mengatakan di dalam Ef
2:8-9 :” Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu
bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”. Iman
adalah kasih karunia Allah. Itu bukan karena usaha kita, tetapi karena kasih
karunia Allah. Di dalam kasih
karunia-Nya, Allah telah memilih orang-orang yang akan dipanggil-Nya untuk beriman
kepada Yesus Kristus Anak-Nya yang Tunggal. Jadi manusia tidak akan ada yang
beriman kepada Kristus, dari dalam dirinya sendiri. Tuhan Yesus mengatakan
bahwa tidak ada seorang pun datang kepada-Nya, kecuali hatinya ditarik oleh
Bapa yang mengutus Dia. Di tempat lain Paulus mengatakan bahwa tidak ada seorang
pun dapat mengaku Yesus adalah Tuhan, kecuali Roh Kudus yang mengatakannya.
Jelaslah bagi kita sekarang, seseorang dapat beriman karena Tuhan Allah yang
membuatnya beriman. Nyanyian dalam KJ omor 387 : 2 mengungkapkan jug ahal yang
sama :”Ku heran, oleh rahmat-Nya hatiku
beriman dan oleh kuasa sabda-Nya jiwaku pun tentram”.
Alangkah bahagianya kita sekarang ini, kita
diberi kesempatan untuk beriman. Dari antara bermilyard-milyard manusia di
dunia ini, aku dibuat Allah menjadi
orang yang beriman dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan-Nya
menjadi bagian dari orang-orang kudus.
Kapankah saya beriman
Sudah kita katakan di atas, kita beriman
kepada Allah karena Dia yang mengaruniakan iman itu kepada kita. Jadi kapankah
saya beriman kepada-Nya? Dari sudut pengalaman saya berkata, kita beriman
kepada Allah tatkala Ia membukakan mata hati saya untuk melihat apa yang telah
dikerjakan Yesus bagi saya. Namun perlu ditambahkan segera, bahwa bukanlah itu
titik awal keberadaan saya di hadapan Allah. Ia telah memilih saya sebelum
dunia dijadikan (Ef1:4).
Iman kita dapat terlihat tatkala iman itu
direalisasikan dalam perbuatan. Iman tanpa perbuatan kata Rasul Yakobus
adalah mati (Yak 2:17 ).
Kita sudah bicarakan tentang apa isi dari iman. Jika kita katakan bahwa Kristus
hidup bagi kita maka Ia memang hidup di dalam kita. Jika Ia
hidup di dalam kita, maka Ia pasti akan bertindak melalui kita. Iman pasti
beritndak. Iman senantiasa berbuat sesuatu. Dalam Ibrani 11 kita baca daftar
pahlawan iman yang berbuat sesuatu. Penulis Ibrani
mengatakan : 32 ”Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan
kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak,
Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, 33 yang karena iman telah
menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang
dijanjikan, menutup mulut singa-singa, 34 memadamkan api yang
dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam
kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur
pasukan-pasukan tentara asing”. (11:32 -34).
Ungkapan penulis Ibrani itu memperlihatkan kepada kita apa saja yang dapat
dilakukan oleh orang beriman. Pemazmur, orang kudus dalam PL mengatakan apa
yang dapat dilakukannya sebagai orang beriman, “Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa,
sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita” (Mzm.60:14). Itulah perbuatan
besar orang-orang beriman.
Iman pada dasarnya memiliki dua sisi, sama
seperti mata uang yang punya dua sisi. Sisi yang satu adalah percaya, sementara
sisi yang lainnya ialah taat. Atau dengan perkataan lain bertindak. Tidak ada
iman yang benar, jika tidak disertai perbuatan atau ketaatan. Dietirch Bonhoeffer
mengatakan :”hanya mereka yang percaya yang taat, dan hanya yang taat yang
percaya”. ( Cost of Discipleship, SCM
Press, 1956) Gambaran dari iman yang sesungguhnya
Orang yang beriman adalah orang-orang yang
berkarya. Di sepanjang zaman hal itu
terlihat. Namun mereka berbuat bukan sebagai alat untuk mendapatkan
keselamatan, melainkan sebagai alat untuk menunjukkan syukur kepada Allah yang
telah membuat mereka beriman, dan di dalam iman itu mereka mewarisi kemuliaan
Allah. Segala kemuliaan bagi Allah di
tempat maha tinggi.