P E R S E K U T U A N
Kata Gereja kita serap dari bahasa Portugis, yakni Igreya. Orang Portugis menyerap kosa
kata itu dari bahasa Spanyol. Kosa kata itu dalam bahasa Spanyol adalah Iglesias. Orang Spanyol menyerap kata
itu dari bahasa Yunani, yakni: ekklesia. Kata
ekklesia dalam bahasa Yunani terdiri dari dua kata, yakni ek dan kaleo. Ek artinya
keluar, sementara kaleo artinya dipanggil. Jadi pada dasarnya kata ekklesia
artinya ialah: orang-orang yang dipanggil keluar. Istilah itu sudah ada sebelum
Gereja Tuhan didirikan di dunia ini. Orang Yunani yang direkrut menjadi serdadu
dan dikumpulkan di dalam satu asrama di sebut dengan istilah ekklesia.
Tuhan Yesus mengambil alih istilah itu dan menerapkannya
kepada semua orang yang percaya kepada-Nya dari seantero dunia ini. Mereka ini
adalah orang-orang yang dipanggil keluar dari dunianya, keluar dari
masyarakatnya, lalu dipersatukan dalam satu tujuan hidup yang baru, yakni hidup
untuk Kristus Tuhan yang telah memanggil mereka. Kata orang, serdadu Romawi (petrorian) memiliki satu tujuan hidup,
yakni: mati untuk kaisar. Orang Kristen yang dikumpulkan Yesus ini pun punya
satu tujuan hidup, sebagaimana telah diutarakan di atas. Mereka tidak lagi
hidup untuk diri sendiri, tetapi hidup untuk Tuhannya. Demikian Paulus
mengatakannya: “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang
hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah
mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” II Kor 5:15.
Alkitab memberi nama yang cukup banyak untuk sebutan bagi
Gereja. salah satu dari sekian banyak itu, Paulus mengutarakannya dengan
sebutan tubuh Kristus. Dengan istilah ini, kita memahami bahwa Gereja adalah
satu persekutuan yang organis sifatnya. Tubuh hanya satu, tetapi ia punya
banyak anggota. Jika kita melihat lebih detil, maka tubuh terdiri dari
triliunan sel. Masing-masing anggota tubuh itu dipersatukan satu sama lain oleh
sistim saraf. Tidak satu pun dari anggota itu yang tidak tergantung terhadap
sesama anggota tubuh lainnya.
Tubuh adalah analogi yang dibuat Alkitab untuk mengajarkan
kepada kita bahwa manusia yang hidup di dunia ini berada di dalam satu
persekutuan. Kata persekutuan di dalam bahasa Yunani ialah: koinonia. Kata itu dapat diterjemahkan
dalam kosa kata modern sekarang ini: go
public. Milik umum, milik bersama, itulah makna dari persekutuan. Gereja
Purba sebagaimana dituturkan Kitab Kisah Para Rasul, memiliki persekutuan
dimana tidak ada seorang pun yang mengatakan bahwa harta itu adalah milik
perorangan, tetapi semuanya adalah milik bersama. Itulah persekutuan.
Tatkala Musa mengikat perjanjian dengan bangsa Israel di
Kadesy Barnea, Musa mengatakan: “Bukan hanya dengan kamu saja aku mengikat
perjanjian dan sumpah janji ini, tetapi dengan setiap orang yang ada di sini
pada hari ini bersama-sama dengan kita, yang berdiri di hadapan TUHAN, Allah
kita, dan juga dengan setiap orang yang tidak ada di sini pada hari ini
bersama-sama dengan kita” Ul 29:14-15. Menarik untuk menggarisbawahi pernyataan
Musa ini. Ada orang yang tidak hadir pada waktu itu, tetapi ia turut ambil
bagian dalam perjanjian tersebut. Mengapa ia turut ambil bagian dalam
perjanjian itu pada hal ia tidak hadir. Lagi pula, totalitas orang Israel pada
waktu itu hadir di sana.
Berdasarkan buku History
of The Jew, seluruh orang Yahudi dan keturunannya, hadir di dalam
perjanjian di Gunung Sinai itu. Perjanjian itu diulang lagi di zaman Ezra dan
Nehemia. Persekutuan yang ada di hadapan Allah di Gunung Sinai itu dimensinya
mencakup totalitas orang Yahudi yang pernah hidup di dunia ini di sepanjang
zaman. Itulah persekutuan orang Yahudi di hadapan Allah.
Ada satu lagi yang perlu kita renungkan di sini. Penulis
surat Ibrani mengatakan bahwa Lewi turut mempersembahkan perpuluhan kepada
Melkisedek bersama Abraham leluhurnya. Pada hal, Lewi pada waktu itu belum lahir.
Argumen penulis surat Ibrani ialah: ia ada di dalam tubuh leluhurnya itu (Ibr
7:9). Ini adalah wujud persekutuan yang kita bicarakan di atas. Bapa hidup di
dalam anak, anak hidup di dalam bapa.
Sekarang kita lihat dalam konteks iman Kristen. Kita
sudah katakan di atas, Gereja adalah tubuh Kristus. Tubuh Kristus hanya satu,
Ia sendiri adalah kepala dari tubuh, sementara kita adalah anggotanya. Jika
demikian keanggotaan dari tubuh Kristus yang satu itu, tidaklah hanya orang
Kristen yang ada sekarang hidup di dunia ini, melainkan seluruh totalitas orang
percaya yang telah mendahului kita, juga mereka yang akan lahir ke dalam dunia
ini di dalam Yesus Kristus. Saya adalah salah satu dari sekian banyak anggota
keluarga Allah di dalam Kristus, yang berasal dari segala etnik, suku, kaum dan
bahasa, di segala zaman. Itulah persekutuan Kristen.
Kristus adalah kepala dari tubuh. Paulus mengatakan bahwa
di dalam Dia, segala sesuatu yang ada di
sorga dan di bumi dipersatukan. Itulah rencana Allah dari sejak semula.
Jika persekutuan orang Yahudi didasarkan pada perjumpaan bangsa itu dengan
Allahnya di Gunung Sinai, persekutuan Kristen dimulai di Golgatha, tatkala
Kristus disalibkan di sana. Paulus mengatakan :”Aku telah disalibkan bersama
Kristus namun aku hidup...” Melalui babtisan, kita dipersatukan dengan Kristus
yang disalib, dikuburkan. Bukan hanya itu, kita juga bangkit bersama dengan
Dia, didudukkan bersama dengan Dia di sorga. Hal ini disuarakan Paulus dalam
suratnya kepada Roma dan Filipi (Rom 6:3-4, Flp 2:6).
Di sini kita menemukan dua ranah tempat persekutuan
dimulai. Gunung Sinai untuk orang Yahudi, dan Bukit Golgatha orang umat manusia
di luar orang Yahudi. Mereka menyebutnya dengan istilah: goyim. Kedua persekutuan yang diikat Tuhan dengan umat manusia itu
dimensinya bersifat kekal. Berbicara dalam konteks persekutuan, nama Allah
disebut dalam PL adalah Yahweh Zebaoth. Nama
ini diterjemahkan Alkitab: Tuhan Semesta Alam. KJV menerjemahkannya dengan Lord of Host.
Tidak akan ada host tanpa tamu-tamunya. Itu sebuah fakta.
Jika host hadir, itu berarti para tamunya pun ada bersama dengan dia. Hal
seperti itu dapat diterapkan kepada Allah kita. Jika Allah hadir, maka pasukan-Nya
pun ada bersama dengan Dia. Jika Kristus hadir, maka seluruh anggota tubuh-Nya
pun hadir di dalam kehadiran-Nya itu. Inilah sebuah fenomena iman yang sangat
indah menurut hemat saya secara pribadi.
Allah hadir di dalam hidup saya. Bahkan Ia tinggal di
dalam diri saya, sebab Ia telah membuat hidup saya menjadi Bait-Nya yang kudus.
Jika Ia hadir bersama dengan seluruh pasukan-Nya, maka saya disertai oleh
seantero orang beriman di segala zaman dan masa. Itu berarti segala kuasa yang
ada di sorga dan di bumi menyertai saya di dalam perjalanan hidup ini. Bukankah
Yesus sendiri mengatakan hal itu di dalam Amanat Agungnya?
Jika saya melihat bahwa perjalanan hidup ini bukanlah
perjalanan hidup saya semata-mata, melainkan perjalanan hidup bersama Tuhan
yang hadir di dalam hidup ini. Juga bersama dengan pasukan-Nya di segala zaman
dan masa, maka dimensi kehidupan ini pun sangat berubah! Aku tidak pernah
sendirian berjalan di dunia ini. Ada satu rombongan menyertai aku di dalam
perjalanan.
Apa yang terjadi di dalam hidup saya, itu mempengaruhi
persekutuan dengan Allah yang hadir di dalam hidup ini. Masalah yang kuhadapi
itu bukan hanya masalahku, melainkan masalahku dengan Tuhan dan pasukannya yang
hadir di dalam hidupku. Pemahaman ini didasarkan pada ungkapan yang dikatakan
Paulus: “Hidup ini bukan lagi aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam
aku”. Jika Kristus yang hidup, Ia hidup di dalam aku, maka Yesus tidak hadir sendirian
di dalam aku, tetapi Ia dan rombongannya, yakni orang-orang yang percaya kepada
nama-Nya. Itu pun bukan hanya orang percaya di zaman ini, tetapi dari seantero
dunia yang ada.
Premis seperti yang sudah diutarakan di atas merubah
pandangan kita atas dunia dan atas sesama. Alam semesta ini bukan sesuatu yang
harus dieksploitasi, melainkan sebuah rumah tinggal bagi kita. Apa yang saya
boleh ambil dari kekayaan alam ini, hanyalah secukupnya. Sebab kekayaan itu
bukan hanya diperuntukkan bagiku, tetapi bagi sesama. Sesama itu bukan hanya
mereka yang hidup sekarang ini, tetapi juga mereka yang akan lahir di masa
mendatang. Ada orang yang mengatakan: apa yang kita pakai sekarang ini, itu
adalah pinjaman dari anak-anak kita di masa mendatang. Bukankah mereka adalah
bagian dari persekutuan kita di dalam Tuhan?
Kita familiar dengan doa yang diajarkan Tuhan Yesus
kepada kita: “Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”. ‘Kami’
yang Tuhan maksudkan tentunya bukanlah aku dan seisi rumahku. ‘Kami’ yang
dimaksud di sana ialah: seluruh komunitas kita, yakni umat manusia. Allah
memberikan kepada kita sesuatu, pada dasarnya semuanya itu adalah dalam rangka
persekutuan. Allah memberikan kepada saya kemampuan merenungkan perkara rohani.
Allah memberikan kepada saya hal itu bukan supaya saya pintar sendiri. Semua
itu harus dibagikan kepada sesama, agar sesama itu menjadi pintar sama seperti
saya telah menikmatinya. Demikian juga dengan harta lainnya yang ada dalam
bentuk materi.
Tetapi bukan hal seperti itu yang terlihat sekarang di
dunia nyata. Kita melihat eksploitasi manusia atas manusia. Orang kaya semakin
kaya, sementara orang miskin tambah miskin. Manusia hanya memikirkan diri
sendiri. Inilah penyakit yang sangat mempengaruhi seluruh umat manusia sekarang
ini. Pada hal, tidak ada seorang pun sekarang ini dapat hidup sendirian. Kita
begitu tergantung kepada orang lain yang menopang kehidupan pribadi kita.
Pertobatan yang sesungguhnya yang diminta Tuhan untuk
kita lakukan ialah: perpalingan dari diri sendiri, lalu masuk ke dalam
persekutuan yang disediakan Allah bagi kita, yakni Gereja-Nya. Di sana kita
dikuduskan, dibenarkan, diselamatkan dan diberi hikmat untuk menjalani
kehidupan ini seturut kehendak Dia yang menjadi kepala dari persekutuan itu.
Tatkala aku memalingkan penglihatanku dari diri sendiri
dan diarahkan kepada orang lain, maka aku diubahkan menjadi serupa dengan
Kristus. Kristus yang mengalihkan perhatian-Nya kepada dari diri-Nya sendiri
kepada orang lain. Salah satu fakta yang sangat indah dari hidup Yesus di dunia
ini, Ia memberikan diri-Nya kepada semua orang. Ia menikmati persekutuan dengan
semua orang, khususnya kaum marjinal. Ia memberikan pengharapan baru kepada
orang yang tidak punya pengharapan. Ia menjadi sahabat bagi semua orang.
Orang Kristen dihadirkan Allah di dunia ini untuk
menghadirkan persekutuan yang dapat menampung semua orang dari segala bangsa,
kaum dan bahasa. Kita dipersatukan di hadapan tahta kasih karunia Allah.
Selamat menikmati persekutuan.