23/03/15

Persekutuan


P E R S E K U T U A N

Kata Gereja kita serap dari bahasa Portugis, yakni Igreya. Orang Portugis menyerap kosa kata itu dari bahasa Spanyol. Kosa kata itu dalam bahasa Spanyol adalah Iglesias. Orang Spanyol menyerap kata itu dari bahasa Yunani, yakni: ekklesia. Kata ekklesia dalam bahasa Yunani terdiri dari dua kata, yakni ek dan kaleo. Ek artinya keluar, sementara kaleo artinya dipanggil. Jadi pada dasarnya kata ekklesia artinya ialah: orang-orang yang dipanggil keluar. Istilah itu sudah ada sebelum Gereja Tuhan didirikan di dunia ini. Orang Yunani yang direkrut menjadi serdadu dan dikumpulkan di dalam satu asrama di sebut dengan istilah ekklesia.

Tuhan Yesus mengambil alih istilah itu dan menerapkannya kepada semua orang yang percaya kepada-Nya dari seantero dunia ini. Mereka ini adalah orang-orang yang dipanggil keluar dari dunianya, keluar dari masyarakatnya, lalu dipersatukan dalam satu tujuan hidup yang baru, yakni hidup untuk Kristus Tuhan yang telah memanggil mereka. Kata orang, serdadu Romawi (petrorian) memiliki satu tujuan hidup, yakni: mati untuk kaisar. Orang Kristen yang dikumpulkan Yesus ini pun punya satu tujuan hidup, sebagaimana telah diutarakan di atas. Mereka tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tetapi hidup untuk Tuhannya. Demikian Paulus mengatakannya: “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” II Kor 5:15.

Alkitab memberi nama yang cukup banyak untuk sebutan bagi Gereja. salah satu dari sekian banyak itu, Paulus mengutarakannya dengan sebutan tubuh Kristus. Dengan istilah ini, kita memahami bahwa Gereja adalah satu persekutuan yang organis sifatnya. Tubuh hanya satu, tetapi ia punya banyak anggota. Jika kita melihat lebih detil, maka tubuh terdiri dari triliunan sel. Masing-masing anggota tubuh itu dipersatukan satu sama lain oleh sistim saraf. Tidak satu pun dari anggota itu yang tidak tergantung terhadap sesama anggota tubuh lainnya.

Tubuh adalah analogi yang dibuat Alkitab untuk mengajarkan kepada kita bahwa manusia yang hidup di dunia ini berada di dalam satu persekutuan. Kata persekutuan di dalam bahasa Yunani ialah: koinonia. Kata itu dapat diterjemahkan dalam kosa kata modern sekarang ini: go public. Milik umum, milik bersama, itulah makna dari persekutuan. Gereja Purba sebagaimana dituturkan Kitab Kisah Para Rasul, memiliki persekutuan dimana tidak ada seorang pun yang mengatakan bahwa harta itu adalah milik perorangan, tetapi semuanya adalah milik bersama. Itulah persekutuan.

Tatkala Musa mengikat perjanjian dengan bangsa Israel di Kadesy Barnea, Musa mengatakan: “Bukan hanya dengan kamu saja aku mengikat perjanjian dan sumpah janji ini, tetapi dengan setiap orang yang ada di sini pada hari ini bersama-sama dengan kita, yang berdiri di hadapan TUHAN, Allah kita, dan juga dengan setiap orang yang tidak ada di sini pada hari ini bersama-sama dengan kita” Ul 29:14-15. Menarik untuk menggarisbawahi pernyataan Musa ini. Ada orang yang tidak hadir pada waktu itu, tetapi ia turut ambil bagian dalam perjanjian tersebut. Mengapa ia turut ambil bagian dalam perjanjian itu pada hal ia tidak hadir. Lagi pula, totalitas orang Israel pada waktu itu hadir di sana.

Berdasarkan buku History of The Jew, seluruh orang Yahudi dan keturunannya, hadir di dalam perjanjian di Gunung Sinai itu. Perjanjian itu diulang lagi di zaman Ezra dan Nehemia. Persekutuan yang ada di hadapan Allah di Gunung Sinai itu dimensinya mencakup totalitas orang Yahudi yang pernah hidup di dunia ini di sepanjang zaman. Itulah persekutuan orang Yahudi di hadapan Allah.

Ada satu lagi yang perlu kita renungkan di sini. Penulis surat Ibrani mengatakan bahwa Lewi turut mempersembahkan perpuluhan kepada Melkisedek bersama Abraham leluhurnya. Pada hal, Lewi pada waktu itu belum lahir. Argumen penulis surat Ibrani ialah: ia ada di dalam tubuh leluhurnya itu (Ibr 7:9). Ini adalah wujud persekutuan yang kita bicarakan di atas. Bapa hidup di dalam anak, anak hidup di dalam bapa.

Sekarang kita lihat dalam konteks iman Kristen. Kita sudah katakan di atas, Gereja adalah tubuh Kristus. Tubuh Kristus hanya satu, Ia sendiri adalah kepala dari tubuh, sementara kita adalah anggotanya. Jika demikian keanggotaan dari tubuh Kristus yang satu itu, tidaklah hanya orang Kristen yang ada sekarang hidup di dunia ini, melainkan seluruh totalitas orang percaya yang telah mendahului kita, juga mereka yang akan lahir ke dalam dunia ini di dalam Yesus Kristus. Saya adalah salah satu dari sekian banyak anggota keluarga Allah di dalam Kristus, yang berasal dari segala etnik, suku, kaum dan bahasa, di segala zaman. Itulah persekutuan Kristen.

Kristus adalah kepala dari tubuh. Paulus mengatakan bahwa di dalam Dia, segala sesuatu yang ada di  sorga dan di bumi dipersatukan. Itulah rencana Allah dari sejak semula. Jika persekutuan orang Yahudi didasarkan pada perjumpaan bangsa itu dengan Allahnya di Gunung Sinai, persekutuan Kristen dimulai di Golgatha, tatkala Kristus disalibkan di sana. Paulus mengatakan :”Aku telah disalibkan bersama Kristus namun aku hidup...” Melalui babtisan, kita dipersatukan dengan Kristus yang disalib, dikuburkan. Bukan hanya itu, kita juga bangkit bersama dengan Dia, didudukkan bersama dengan Dia di sorga. Hal ini disuarakan Paulus dalam suratnya kepada Roma dan Filipi (Rom 6:3-4, Flp 2:6).

Di sini kita menemukan dua ranah tempat persekutuan dimulai. Gunung Sinai untuk orang Yahudi, dan Bukit Golgatha orang umat manusia di luar orang Yahudi. Mereka menyebutnya dengan istilah: goyim. Kedua persekutuan yang diikat Tuhan dengan umat manusia itu dimensinya bersifat kekal. Berbicara dalam konteks persekutuan, nama Allah disebut dalam PL adalah Yahweh Zebaoth. Nama ini diterjemahkan Alkitab: Tuhan Semesta Alam. KJV menerjemahkannya dengan Lord of Host.

Tidak akan ada host tanpa tamu-tamunya. Itu sebuah fakta. Jika host hadir, itu berarti para tamunya pun ada bersama dengan dia. Hal seperti itu dapat diterapkan kepada Allah kita. Jika Allah hadir, maka pasukan-Nya pun ada bersama dengan Dia. Jika Kristus hadir, maka seluruh anggota tubuh-Nya pun hadir di dalam kehadiran-Nya itu. Inilah sebuah fenomena iman yang sangat indah menurut hemat saya secara pribadi.

Allah hadir di dalam hidup saya. Bahkan Ia tinggal di dalam diri saya, sebab Ia telah membuat hidup saya menjadi Bait-Nya yang kudus. Jika Ia hadir bersama dengan seluruh pasukan-Nya, maka saya disertai oleh seantero orang beriman di segala zaman dan masa. Itu berarti segala kuasa yang ada di sorga dan di bumi menyertai saya di dalam perjalanan hidup ini. Bukankah Yesus sendiri mengatakan hal itu di dalam Amanat Agungnya?

Jika saya melihat bahwa perjalanan hidup ini bukanlah perjalanan hidup saya semata-mata, melainkan perjalanan hidup bersama Tuhan yang hadir di dalam hidup ini. Juga bersama dengan pasukan-Nya di segala zaman dan masa, maka dimensi kehidupan ini pun sangat berubah! Aku tidak pernah sendirian berjalan di dunia ini. Ada satu rombongan menyertai aku di dalam perjalanan.

Apa yang terjadi di dalam hidup saya, itu mempengaruhi persekutuan dengan Allah yang hadir di dalam hidup ini. Masalah yang kuhadapi itu bukan hanya masalahku, melainkan masalahku dengan Tuhan dan pasukannya yang hadir di dalam hidupku. Pemahaman ini didasarkan pada ungkapan yang dikatakan Paulus: “Hidup ini bukan lagi aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku”. Jika Kristus yang hidup, Ia hidup di dalam aku, maka Yesus tidak hadir sendirian di dalam aku, tetapi Ia dan rombongannya, yakni orang-orang yang percaya kepada nama-Nya. Itu pun bukan hanya orang percaya di zaman ini, tetapi dari seantero dunia yang ada.

Premis seperti yang sudah diutarakan di atas merubah pandangan kita atas dunia dan atas sesama. Alam semesta ini bukan sesuatu yang harus dieksploitasi, melainkan sebuah rumah tinggal bagi kita. Apa yang saya boleh ambil dari kekayaan alam ini, hanyalah secukupnya. Sebab kekayaan itu bukan hanya diperuntukkan bagiku, tetapi bagi sesama. Sesama itu bukan hanya mereka yang hidup sekarang ini, tetapi juga mereka yang akan lahir di masa mendatang. Ada orang yang mengatakan: apa yang kita pakai sekarang ini, itu adalah pinjaman dari anak-anak kita di masa mendatang. Bukankah mereka adalah bagian dari persekutuan kita di dalam Tuhan?

Kita familiar dengan doa yang diajarkan Tuhan Yesus kepada kita: “Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”. ‘Kami’ yang Tuhan maksudkan tentunya bukanlah aku dan seisi rumahku. ‘Kami’ yang dimaksud di sana ialah: seluruh komunitas kita, yakni umat manusia. Allah memberikan kepada kita sesuatu, pada dasarnya semuanya itu adalah dalam rangka persekutuan. Allah memberikan kepada saya kemampuan merenungkan perkara rohani. Allah memberikan kepada saya hal itu bukan supaya saya pintar sendiri. Semua itu harus dibagikan kepada sesama, agar sesama itu menjadi pintar sama seperti saya telah menikmatinya. Demikian juga dengan harta lainnya yang ada dalam bentuk materi.

Tetapi bukan hal seperti itu yang terlihat sekarang di dunia nyata. Kita melihat eksploitasi manusia atas manusia. Orang kaya semakin kaya, sementara orang miskin tambah miskin. Manusia hanya memikirkan diri sendiri. Inilah penyakit yang sangat mempengaruhi seluruh umat manusia sekarang ini. Pada hal, tidak ada seorang pun sekarang ini dapat hidup sendirian. Kita begitu tergantung kepada orang lain yang menopang kehidupan pribadi kita.

Pertobatan yang sesungguhnya yang diminta Tuhan untuk kita lakukan ialah: perpalingan dari diri sendiri, lalu masuk ke dalam persekutuan yang disediakan Allah bagi kita, yakni Gereja-Nya. Di sana kita dikuduskan, dibenarkan, diselamatkan dan diberi hikmat untuk menjalani kehidupan ini seturut kehendak Dia yang menjadi kepala dari persekutuan itu.
Tatkala aku memalingkan penglihatanku dari diri sendiri dan diarahkan kepada orang lain, maka aku diubahkan menjadi serupa dengan Kristus. Kristus yang mengalihkan perhatian-Nya kepada dari diri-Nya sendiri kepada orang lain. Salah satu fakta yang sangat indah dari hidup Yesus di dunia ini, Ia memberikan diri-Nya kepada semua orang. Ia menikmati persekutuan dengan semua orang, khususnya kaum marjinal. Ia memberikan pengharapan baru kepada orang yang tidak punya pengharapan. Ia menjadi sahabat bagi semua orang.

Orang Kristen dihadirkan Allah di dunia ini untuk menghadirkan persekutuan yang dapat menampung semua orang dari segala bangsa, kaum dan bahasa. Kita dipersatukan di hadapan tahta kasih karunia Allah.

Selamat menikmati persekutuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...