29/01/15

Manusiawi







MANUSIAWI
Ada pepatah orang Batak yang masih sangat relevan di dalam dunia modern ini. Pepatah itu berkata: “mata do guru roha sisean” makna ialah: mata menjadi guru, sementara hati berfungsi sebagai murid. Mata mengolah apa yang dilihat dan belajar dari apa yang dilihat itu. Apa yang disuarakan pepatah itu tetap relevan di dalam hidup kita sekarang ini. Mataku memandang sebuah tanaman hias di rumah seorang teman. Tuan rumah mengatakan bahwa tanaman tersebut mahal harganya. Saya mengajukan sebuah tanya tentang harga. Nyonya rumah menyebut sebuah jumlah yang menurut saya sesuatu yang fantastik. Sebuah tanaman hias seharga tujuh juta rupiah, menurut saya sesuatu yang fantastik. Tidak ada sesuatu yang menarik hati saya dari tanaman itu. Tetapi itulah sebuah kenyataan. Ada sesuatu di dalam tanaman itu yang membuat orang merasa sangat tertarik. Namun sesuatu yang dilihat orang itu, tak terlihat oleh saya. Sayang seribu kali sayang.
Hal yang sama juga dapat terjadi dalam aspek yang lain dalam hidup ini. Ada satu pernyataan orang yang menjadi bahan renungan di lubuk hati ini, yakni: ‘manusia yang manusiawi’. Jika simak kalimat itu dengan seksama, maka kita dapat mengatakan bahwa ada manusia yang tidak manusiawi. Oleh karena itu saya mencari makna kata manusiawi di dalam kamus. Kata ini di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikannya sebagai: bersifat manusia. Jika demikian artinya, maka kalimat yang sudah kita kutip di atas dapat mengindikasikan bahwa ada manusia yang tidak bersifat manusia. Bukanlah sesuatu yang asing di telinga kita perkataan ini: ‘homo homini lupus’ manusia serigala bagi sesamanya. Ada orang yang memang hidup sebagai manusia yang tidak manusiawi.
Alangkah malangnya nasib kita yang hidup di dunia ini, jika kita adalah manusia, tetapi kita tidak manusiawi. Manusia yang tidak bersifat manusia. Manusia saja, titik. Saya kembali ke tanaman hias tadi. Tanaman itu secara tanaman, ia tidak ada bedanya dengan tanaman yang lain. Ia sama saja dengan tanaman lain yang tumbuh di kebun. Mengapa tanaman itu menjadi begitu berharga? Jawabannya ialah: tanaman itu dapat memberi makna yang lain bagi mereka yang memilikinya. Jika kita tidak memiliki makna hidup bagi orang lain, maka pada dasarnya kita hanyalah manusia saja. Sisi manusiawi itu akan kita dapatkan, tatkala kita dapat membuat hidup yang kita jalani itu bermakna bagi orang lain. Di sinilah relevansi dari perkataan Tuhan Yesus. Ia berkata: “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”. Ia datang untuk membuat hidup-Nya berarti bagi orang lain. Oleh karena itu, Yesus adalah manusia yang manusiawi bagi sesamanya.
Dietrich Boenhoffer, seorang  hamba Tuhan yang mati martir di zaman Nazi, mengatakan bahwa Yesus kristus itu adalah manusia yang memperuntukkan diri-Nya bagi orang lain. Jika kita adalah milik Kristus – kristen – maka kita pun akan mengikut Dia dengan memperuntukkan diri kita bagi orang lain. Tatkala kita mengikut jejak Kristus, pada saat itulah kita dapat mengatakan bahwa kita sama seperti Kristus. Pada saat itu pula kita dapat mengatakan bahwa hidup kita menjadi hidup yang manusiawi. Tetapi, jika hidup ini hanyalah di dalam rangka memuaskan keinginan kita sendiri. Jika kita hidup untuk diri kita sendiri, maka kita akan sangat berbeda dengan segala sesuatu yang ada di dalam alam ciptaan Tuhan ini.
Tidak ada satu pun dalam ciptaan ini yang ada demi dirinya sendiri. Matahari Bulan Bintang dan galaksi yang ada itu ada, bukan untuk dirinya sendiri. Burung-burung di udara ada bukan untuk dirinya sendiri. Binatang yang ada di padang rumput dan hutan belantara ada bukan untuk dirinya sendiri. Para malaikat pun ada bukan untuk dirinya sendiri.
Segala sesuatu itu ada demi Dia Sang Pencipta, yakni Allah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Kita pun seharusnya sama seperti yang lain itu. Kita ada untuk Allah yang menciptakan kita. Itulah hakekat manusiawi menurut hemat saya secara pribadi. Sudahkah aku hidup manusiawi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...