07/10/11

Terang



TERANG

Kosa kata yang menjadi renungan pada hari ini ialah: terang. Alkitab banyak berbicara tentang terang. Orang Israel menggambarkan sukacita mereka dengan memakai kata terang. Yesus pun memakai kata terang untuk menggambarkan keberadaan diri-Nya sendiri, juga keberadaan murid-murid-Nya. Kita sangat familiair dengan kata: “Akulah terang dunia” dan “Kamulah terang dunia”. Tatkala merenungkan terang itu sendiri, saya menemukan fakta ini: terang tidak pernah menutupi cahaya satu sama lain. Senantiasa ada tempat bagi terang yang lain, tatkala satu terang bersinar. Matahari bersinar, pada waktu yang sama sebuah lampu petromak dinyalakan. Terang Matahari terlihat, terangnya lampu petromak pun terlihat. Demikian pula dengan terangnya sebuah lilin kecil, terangnya rokok yang terbakar, terangnya spotlight dan lain sebagainya.

Berdasarkan pemahaman seperti itu, aku mengerti apa yang disuarakan pemazmur dalam Mzm 36:10 “Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang. Tuhan membuat terang-Nya bercahaya, lalu pemazmur melihat terang yang lain di dalam terangnya TUHAN yang bersinar. Berbeda dengan kegelapan. Gelap senantiasa menutupi segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Sesuatu tidak boleh nampak selain kegelapan itu sendiri. Tatkala membandingkan gelap dengan terang, hati saya mengatakan bahwa gelap dan terang dapat menggambarkan keberadaan hidup manusia yang ada di dunia ini. 


Bagi orang beriman, senantiasa ada tempat bagi orang lain di dalam kehidupannya. Itulah terang. Tetapi bagi orang yang di luar iman, orang senantiasa menempatkan diri sebagai pusat perhatian. Bila perlu, keberadaan saya akan menutup segala sesuatu yang ada di sekitarku. Sangat wajar jika Tuhan Yesus menyebut orang beriman sebagai anak-anak terang, sementara orang yang tidak percaya kepada-Nya sebagai anak-anak kegelapan.

Bagi anak-anak terang, senantiasa ada tempat bagi orang lain. Sekalipun ia hanyalah satu terang yang sangat kecil. Sungguh sangat menyenangkan memikirkan hal ini. Ada tempat bagi setiap orang. Apalagi memikirkan Allah itu sebagai terang. Di dalam diri-Nya senantiasa ada tempat bagi semua orang yang ada di dunia ini. Bagi saya yang berdosa dan mendukakan Roh Kudus-Nya pun ada tempat, ada pengampunan. Bukankah hal itu sangat menyenangkan? 

Ada sebuah nyanyian dari Gereja HKBP yang terlintas di dalam hati saya tatkala menorehkan tulisan ini: ”Dang ditulak Ho na dangol, boan nasa dosami”  engkau tidak ditolak, bawa segenap dosamu. Tidak ada dosa yang tidak dapat diampuni Tuhan. Itulah terang Tuhan yang sangat mengagumkan. Dalam terang Tuhan seperti itu, kita pun dapat melihat terang yang lain, sebagaimana diutarakan oleh pemazmur seperti yang sudah kita kutip di atas. Terang yang bagaimana yang dapat kita lihat lagi di dalam terang Tuhan itu? Hal itu tergantung pada pengalaman kita pribadi. Bisa saja terang yang saya lihat, itu hanya berlaku bagi diri saya sendiri. 

Tatkala Matahari  bersinar, semua orang melihat sinarnya. Tetapi dalam waktu yang sama, di rumah, terlihat terangnya layar computer, sementara di rumah orang lain yang terlihat adalah terangnya layar televisi. Lain lagi dirumah orang lainnya, yang dia lihat adalah terangnya layar ponselnya. Masing-masing terang yang terlihat karena adanya terang Matahari, terang itu adalah sebuah terang yang hanya diperuntukkan bagi kita. Paling-paling hanya mereka yang berada di sekitar kita. Terang yang kita lihat itu, tidak diperuntukkan bagi seluruh dunia.

Terang juga dipahami orang Yahudi sebagai gambaran dari sukacita. Nabi Yesaya berbicara tentang terang dalam Yes 58:8 “Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera...” Bilamana kita menelaah nas itu dengan cermat, tentulah kita akan sepakat dengan pernyataan tadi yang mengatakan bahwa terang berbicara tentang sukacita. Sukacita yang direpresentasikan terang adalah sukacita yang memberi tempat bagi sukacita orang lain. Allah menikmati sukacita dalam relasi yang diadakannya dengan orang beriman. Dalam sukacita-Nya itu, ada juga tempat bagi sukacita anak-anak-Nya. Malah, Allah semakin menikmati sukacita-Nya tatkala melihat anak-anak-Nya bersukacita. Hal seperti ini juga disuarakan Rasul Yohanes dalam suratnya yang kedua ayat pertama. Berbanding terbaliknya dengan anak-anak kegelapan. Sukacita mereka hanya berpusatkan pada diri sendiri. Tidak ada tempat bagi sukacita orang lain.

Terang juga berbicara tentang perintah. Yesus mengatakan bahwa para murid adalah terang dunia. Di dalam pernyataan itu tersirat sebuah perintah! Jika kita merenungkan kehidupan Yesus selama melayani di dunia ini, maka kita dapat menyimpulkan kehidupannya adalah kehidupan yang diperuntukkan bagi orang lain. Jika kita diperintahkan agar hidup sebagai terang dunia, itu berarti kita diperintahkan agar membuat hidup itu sebagai sesuatu yang diperuntukkan bagi orang lain. 

Saya jadi ingat lirik lagu anak-anak Indonesia: “kasih ibu, kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya mem beri, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”. Matahari bersinar menyinari dunia. Matahari memberi kehidupan kepada isi dunia ini, sementara di sisi lain, Matahari itu sendiri tidak mengharapkan balas budi. Itu juga yang dibuat oleh sebatang lilin. Dengan terbakarnya lilin itu, sedikit demi sedikit, lilin itu menjadi sirna. Tetapi sinarnya lilin menyumbangkan terang bagi sekelilingnya, apalagi ada kegelapan menguasai ruangan.

Salah satu manfaat terang ialah: sekecil apa pun terang itu, misalnya terang dari sebatang rokok, terang yang sekecil apa pun tidak dapat ditelan oleh kegelapan. Terang senantiasa mengusir kegelapan. Mungkin kapasitasnya tidak sampai mengusir seluruh kegelapan di dalam ruangan. Tetapi terang itu sepaling tidak mengusir kegelapan yang ada di sekitar dia. Itulah kodrat dari terang. Tuhan telah memerintahkan kita menjadi terang. Di dalam perintah itu ada kemampuan untuk mewujudkan apa yang dikehendaki Allah dalam perintah-Nya. Itulah kuasa firman Allah. Ia mampu mewujudkan apa yang dikehendaki Dia yang berfirman. 

Demikian disuarakan Nabi Yesaya, “ Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya”.

Tatkala kita menjalankan fungsi yang didisain Allah untuk kita lakukan, maka Allah akan bekerja untuk memampukan kita melakukan fungsi itu sendiri. Allah tidak mungkin memerintahkan kita melakukan segala sesuatu yang diinginkan-Nya, tanpa Ia sendiri berperan di dalam diri kita. Allah kita adalah Bapa yang peduli dengan anak-anak-Nya. Ia seperti bapa yang ada di dunia ini, menyertai anak-anaknya di dalam melakukan apa yang dikehendakinya untuk dilakukan. Doa kita jika mendapatkan penugasan dari Allah ialah: aku akan melakukan apa yang Engkau kehendaki ya Allahku. Aku akan melakukannya dengan penyertaan-Mu. Selamat melakukan kehendak Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...