23/01/12

BERIBADAH KEPADA ALLAH



BERIBADAH KEPADA ALLAH
Yosua 24:14-24

Pendahuluan

Ada satu pernyataan yang terkenal dari Samuel kepada bangsa Israel, yakni: "Sampai di sini TUHAN menolong kita." Apa yang disuarakan Samuel, dapat juga kita suarakan sekarang, di abad 21 ini. Kita telah memasuki tahun 2012, sampai hari ini, Tuhan menolong kita. Sebuah pertanyaan dapat diajukan kepada kita di permulaan dari tahun 2012 ini. Pertanyaan itu ialah: “Bagaimana respon kita terhadap pertolongan Allah yang kita telah nikmati di sepanjang tahun-tahun yang lalu?” Hal yang sama diajukan Yosua kepada bangsa Israel di Kanaan, setelah bangsa itu mendapatkan pembagian tanah, seperti yang difirmankan Tuhan kepada Musa di padang gurun. Sebelum Yosua menanyakan bagaimana respon bangsa itu terhadap Allah, ia menguraikan apa yang telah diperbuat Allah kepada bangsa itu.

Perbuatan Allah itu dipaparkan Yosua mulai dengan pemanggilan para bapa leluhur (24:2-4), exodus (24:5-7), penaklukan seberang Sungai Yordan (24: 8-10), dan penaklukan Tanah Kanaan (24:11-13). Setelah memaparkan apa yang diperbuat Allah, Yosua menantang bangsa Israel agar mereka beribadah kepada Yahweh semata-mata. Tantangan ini memiilki dua sisi. Sisi pertama bagi orang Israel sendiri. Yosua dan mereka yang melihat perbuatan Allah Mulai dari Mesir hingga Kanaan akan segera meninggalkan dunia ini. Mereka sudah tua. Tidak lama lagi mereka akan masuk ke dalam kekekalan. Generasi yang tinggal di Tanah Kanaan tidak melihat dengan mata kepala sendiri peristiwa itu. Mereka perlu diperlengkapi dengan sebuah komitmen untuk tetap setia kepada Yahweh. Di sisi lain, ada saja kemungkinan orang Kanaan akan bergabung dengan mereka di dalam ibadahnya. Hal itu dimungkinkan berdasarkan hukum Taurat. Bagi orang Kanaan yang turut ambil bagian dalam persekutuan ibadah korban Israel,  mereka harus meninggalkan ibadah kepada para ilah yang mereka sembah dulunya.

Kita tahu, ada perbedaan yang sangat jelas antara ibadah kepada Yahweh dengan ibadah yang diselanggarakan bangsa Kanaan. Jika bangsa Kanaan beribadah kepada para dewa mereka, maka hal itu dilatarbelakangi siklus penanggalan tahun yang bersifat magis. Sementara ibadah kepada Yahweh dilatarbelakangi tindakan Allah dalam sejarah terhadap bangsa Israel. Latar belakang kita beribadah pun berbeda dengan iman yang diajarkan oleh agama lain.

Penjelasan Nas

Sebagai respon, Yosua memberi tantangan kepada bangsa Israel. Tantangan itu ialah agar mereka setia kepada Allah. dalam pasal sebelumnya, Yosua menantang bangsa itu agar memisahkan diri dari para ilah bangsa Kanaan dan menaati hukum Taurat. Sekarang kembali Yosua menantang mereka untuk setia kepada Yahweh. Wujud dari kesetiaan itu digambarkan Yosua dengan kata: takut kepada Allah. sementara perwujudan dari rasa takut kepada Allah itu ialah: melayani Dia. Kita akan menyoroti kata melayani sejenak. Kata itu dalam bangsa Ibrani adalah ’abad’. Kata itu bisa diterjemahkan dengan hamba. Melayani Yahweh pada dasarnya berarti memperhambakan diri kepada Allah yang telah bertindak begitu luar biasa di dalam hidup ini. Bagi orang Israel yang memperhambakan diri kepada Allah di zaman itu, langkah pertama baginya untuk mewujudkan pelayanannya kepada Yahweh ialah: menjauhkan ilah nenek moyang dan juga ilah orang Kanaan yang ada di hadapan mereka.

Kita tahu hakekat dari ibadah penyembahan berhala ialah: “Aku menyembah engkau agar engkau memberkati aku”. Di dalam ibadah itu terdapat sebuah transaksi jual beli. Berkat itu dibeli dari dewa melalui ibadah korban. Bangsa Israel harus menjauhkan pola ibadah seperti itu dari dalam kehidupannya. Mereka dapat berkat bukan karena ibadah korbannya. Karena itu ibadah korban mereka pun tidaklah dalam rangka mendapat berkat, melainkan sebagai ucapan syukur karena berkat yang telah mereka terima. Sekalipun demikian, Yosua tetap memberikan pilihan kepada bangsa itu. Pilihannya ialah: beribadah kepada Yahweh, atau kepada para dewa.

Tetapi pada dasarnya sungguh suatu tindakan yang absurd untuk menolak Allah. Jika bangsa itu mengingat apa yang telah diperbuat Allah bagi mereka, bagaimana Allah memilih mereka, bagaimana Ia mendemonstrasikan tulah di Mesir untuk membebaskan mereka. Menyeberangi Laut Teberau dan melemparkan kuda orang Mesir ke tengah laut. Manna di padang gurun selama 40 tahun, menyeberangi sungai Yordan, menaklukkan Tanah Kanaan dan membagi tanah itu menjadi warisan, bagaimana mungkin mereka menolaknya?

Demikian juga dengan kita yang hidup sekarang di abad ini! Jika kita telah melihat dengan jelas karya Tuhan bagi kita, bagaimana Ia mati untuk kita, Ia bangkit bagi kita, Ia naik ke sorga menjadi perantara bagi kita, suatu hari kelak akan datang untuk menjemput kita. Di samping itu, Ia telah menyertai kita di sepanjang jalan hidup yang kita lalui, bagaimana muingkin kita menolak Dia.

Yosua membuat sebuah kesaksian di dalam arahannya. Ia mengatakan bahwa jika kalian memutuskan untuk menolak Allah, bukan demikian dengan dia. Ia dan seisi rumahnya, mereka akan beribadah kepada Allah. Ayat ini sekarang terkenal di kalangan orang Kristen. Namun satu catatan bagi kita tentang ayat ini, yakni makna ‘seisi rumah’. Kita memahami makna kata itu sekarang, sebatas saya dan isteri serta anak-anak saya. Bukan demikian pemahamannya bagi orang Israel purba. Seisi rumah di sini berarti Yosua dengan seluruh suku bangsanya, yakni suku Efraim. Yosua sebagai pemimpin dari kalangan suku Efraim menjadi pemimpin dan disebut juga sebagai ‘abba’, sebagai bapa di kalangan suku tersebut. Oleh karena itu cakupan dari kata seisi rumah tangga di sana, bukan hanya lingkaran kecil di rumahnya. Hal seperti itu barangkali juga dapat kita terapkan di zaman ini. Jika kita menjadi pemimpin di tengah-tenah masyarakat. Entahkah kita sebagai pemimpin di lingkaran kecil pada masyarakat, sebagai kepala kantor, sebagai ketua marga, sebagai pemimpin koor, sebagai sintua wiyk, sebagai apa pun jabatan kita di tengah-tengah masyarakat. Ikrar kita ialah: kita akan beribadah dengan semua orang yang turut ambil bagian di dalam lingkaran kehidupan, beribadah kepada Allah yang telah berkarya di tengah-tengah kita.

Sebagai respon terhadap tantangan tersebut, bangsa Israel mengatakan bahwa mereka akan beribadah kepada Tuhan. Mereka membuat sebuah ikrar. Ikrar ini mereka dasarkan pada pengenalan terhadap Allah yang berkarya di antara mereka (16-18). Demikian jugalah kiranya dengan kita yang hidup di abad 21 ini. Pengakuan kita kepada Allah, ibadah kita kepada-Nya seyogianya didasarkan kepada pengenalan kita kepada Dia yang telah berkarya di dalam kehidupan ini. Ibadah yang kita lakukan dalam pengenalan akan Dia yang kita sembah, membuat ibadah itu punya akar yang kuat di dalam hidup. Jika badai kehidupan datang, maka pengakuan akan tetap utuh. Tetapi sebaliknya, jika didasarkan kepada ketidaktahuan, ketidakadaan pengenalan terhadap Dia yang kita sembah, maka pengakuan itu akan runtuh dan tidak meninggalkan bekas apa pun! Bukankah begitu banyak contoh yang sudah kita lihat di dalam kehidupan sehari-hari?

Yosua menasihati mereka, bahwa beribadah kepada Allah bukanlah sesuatu yang mudah. Allah adalah Allah yang cemburu. Allah yang menghukum semua pelanggaran dari mereka yang tidak setia kepadanya. Bangsa Israel menetapkan hati, akan tetap beribadah kepada Yahweh. Yosua mengingatkan mereka, bahwa mereka sendiri adalah saksi terhadap diri sendiri, bahwa mereka telah mengambil keputusan untuk beribadah kepada Allah. Jalan yang harus ditempuh untuk dapat beribadah kepada Allah dengan setia, menurut Yosua ialah: mencondongkan hati kepada Allah. Jika hati kita condong kepada dunia ini, maka kita akan beribadah kepada berhala. Jika hati kita condong kepada Allah, maka kita akan beribadah kepada Dia. Menurut Paulus, penyembahan berhala identik dengan keserakahan (Ef 5:5). Ada orang secara lahiriah beribadah dengan memakai kemasan kekristenan, tetapi pada dasarnya ia beribadah kepada berhala, karena hatinya condong kepada dunia ini.

Jauhkanlah segala berhala dari dalam hidupmu, dan beribadahlah kepada Allah yang telah berkarya di dalam hidup ini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...