Percaya
Aku melayani
satu keluarga muda dalam satu penelahan Alkitab. Sang isteri pada mulanya
bukanlah orang Kristen, ia menikah dengan suaminya karena masih ada hubungan
famili. Dengan setengah hati ia mengikuti iman suaminya.
Celaka dua
belas, suaminya tidak dapat memberi tuntunan iman dan contoh hidup beriman pada
isterinya itu. Sehingga pada satu saat, sang isteri rindu akan imannya yang
semula. Ia kembali menemui teman temannya dalam iman semula. Bahkan telah melakukan
ritus keagamaannya yang semula.
Di saat kritis
seperti itu, sang mertua mengundang saya untuk mengajar mereka tentang iman
Kristen. Setelah menjalani pelajaran beberapa bulan lamanya, sang isteri ini
membuat sebuah pengakuan pribadi kepada saya sebagai berikut: “Saya sudah memutuskan dulunya akan meninggalkan keluarga ini, karena tidak
menemukan damai sejahtera di dalam hati dalam hal iman. Ketika bapak mengatakan
bahwa orang Kristen itu adalah anak Allah, saya mengatakan di dalam hati: jika
saya tidak tiba pada keyakinan seperti yang digambarkan oleh bapak yang
mengajar ini, maka saya akan tetap meninggalkan keluarga ini, dan kembali ke
iman yang semula”.
Syukur pada
Tuhan, melalui pengajaran yang disampaikan pada sepasang suami isteri ini, sang
isteri pada akhirnya tiba pada satu keyakinan bahwa ia adalah benar benar anak
Allah. Ia yakin bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang telah mati bagi dia orang
berdosa. Ia sekarang percaya bahwa dosanya telah diampuni dan dia adalah bagian
dari anggota keluarga Allah.
Alangkah
indahnya dan alangkah sukacitanya hati ini mengetahui bahwa Allah memakai kita sebagai alat di tangan-Nya
untuk menuturkan kasih karunia-Nya bagi orang lain, dan mereka menikmatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar