Keluhan
Nas
bacaan: Mazmur 79:1-13
Sangat menarik untuk merenungkan Kitab Mazmur,
sebab di dalamnya kita melihat suara iman kepada Allah dalam segala keadaan.
Dalam nas kita hari ini, seorang saleh di kalangan Israel mengeluh kepada Allah
oleh karena bangsa yang tidak mengenal Dia menajiskan Bait Kudus Allah yang ada
di Yerusalem. Kita tahu Bait Allah itu terdiri dari tiga bagian. Ada tempat di
sana dimana hanya imam yang boleh masuk ke sana, karena tempat itu adalah kudus
adanya. Sekarang bukan imam lagi yang masuk ke sana, tetapi bangsa yang
dikategorikan najis. Oleh karena itu, pemazmur mengeluh di hadapan Allah.
Mengapa Allah membiarkan tempat kudus-Nya dinajiskan oleh orang yang tidak
mengenal Dia?
Pemazmur juga mengeluh terhadap tindakan
orang fasik itu. Bagi orang Israel jasad adalah sesuatu yang dihormati.
Mereka membalsem jasad orang yang
meninggal. Tetapi orang Kasdim memberikan mayat orang Israel menjadi makanan burung-burung.
Mengapa Allah membiarkan hal tersebut? Menarik di sini, pemazmur tidak
menyinggung keberdosaan bangsanya di hadapan Allah. Ia hanya mendasarkan
permohonannya pada kebrutalan musuh terhadap bangsanya. Bagaimana bangsanya
menjadi bahan olok-olok dan cemooh para tetangga. Bukankah mereka adalah umat
Allah?
Oleh karena itu pemazmur bertanya: “Berapa
lama lagi, ya TUHAN Engkau murka terus-menerus, kecemburuan Allah karena
keberdosaan umat itu kapankah akan surut? Sama seperti pemazmur lain dalam Mzm
130 mengatakan bahwa pada Allah mereka ada pengampunan. Itulah mereka sebabnya
berani untuk berharap. Pemazmur ini pun berharap bahwa kecemburuan Allah pun
akan surut. Jika hal tersebut sudah tiba, maka akan tibalah masanya, Allah pun
akan menumpahkan amarah-Nya bukan lagi kepada umat Israel, tetapi kepada musuh
yang telah menajiskan Bait Kudus-Nya. Mereka yakin bahwa Allah tidak akan
melupakan tindakan musuh itu yang menajiskan Bait Allah Semesta Alam.
Pemazmur pun mengutarakan kepada Allah bahwa
bangsa itu akan sirna dari muka bumi ini, jika Allah tidak bertindak. Ini
adalah sebuah argumen dari orang beriman yang tahu pasti bahwa bangsa itu tidak
akan pernah sirna dari muka bumi ini, sebab Allah telah memilih mereka sebagai
milik-Nya sendiri. Bagaimana mungkin umat kepunyaan Allah sirna dari muka bumi.
Dengan alasan seperti itu, pemazmur mengemukakan doanya: janganlah perhitungkan
kepada kami kesalahan kami.
Sebuah contoh doa syafaat diperhadapkan
kepada kita. Satu pelajaran yang sangat berharga. Argumen argumen lain masih
kita dapatkan dalam mazmur ini, dimana hal tersebut akan menjadi renungan bagi
kita di esok hari. Satu hal yang menjadi pegangan yang berharga bagi kita
ialah: jika pemazmur dapat mengutarakan hal seperti itu di hadapan Allah,
bahkan dicatat sebagai firman Allah bagi kita, maka dengan penuh keyakinan kita
dapat mengatakan bahwa kita pun dapat menaikkan doa syafaat seperti yang
dinaikkan oleh pemazmur ini.
Setelah mengutarakan berbagai argumennya dan
alasan-alasannya dalam mengajukan permohonan, sekarang ia mengajukan sebuah
petisi kepada Allah. Petisi adalah sebuah permohonan resmi kepada penguasa.
Pemazmur sadar bahwa Allah adalah penguasa dalam alam semesta, tetapi lebih
khusus lagi, Ia adalah pemilik dari bangsa yang sedang mengalami penindasan
ini.
Pemazmur langsung memohon pertolongan TUHAN.
Ia menambahkan dalam permohonannya bahwa Allah itu adalah penyelamat mereka.
Karena nama-Nya adalah penyelamat, maka tentulah mereka akan diselamatkan.
Pemazmur menambahkan lagi, biarlah Allah menyelamatkan mereka demi kepentingan
Allah sendiri, yakni kemuliaan Allah sendiri. Bukankah mereka adalah milik-Nya?
Bagaimana mungkin Ia membiarkan milik-Nya sendiri dikuasai orang lain? Sebuah
argumen yang luar biasa di hadapan Allah. Kita pun dapat meniru pemazmur dalam
menaikkan permohonan kepada Allah dengan cara seperti ini.
Pemazmur masuk lebih jauh lagi dalam hal kepentingan Allah di
dalam umat-Nya. Pemazmur mengatakan: “Mengapa bangsa-bangsa lain boleh berkata:
‘Di mana Allah mereka?’ Hal ini diungkapkan orang, karena tidak adanya penolong
yang menyelamatkan mereka dalam kesusahannya. Pertanyaan itu pada hakekatnya
ditujukan kepada Allah bangsa Israel. Oleh karena itu pemazmur memohon agar
Allah menampakkan diri kepada bangsa-bangsa itu dengan jalan melepaskan mereka
dari penindasan.
Oleh karena itu pemazmur mengharapkan agar
mereka dapat melihat pembalasan Allah terhadap darah orang Israel yang
ditumpahkan oleh para penindas. Untuk itu pemazmur berharap agar petisi yang
disampaikannya kepada Allah demi kepentingan dari orang-orang yang ditahan dan
dibinasakan oleh musuh yang menindas mereka. Dia sangat rindu mereka yang
ditentukan untuk dieksekusi oleh musuh dapat menikmati kehidupan kembali. Demi
mereka pemazmur menaikkan petisinya.
Sebagai orang yang mengalami derita karena
penindasan, adalah sangat wajar jika berharap TUHAN akan membalikkan kepada
penindas apa yang mereka rancangkan untuk dilaksanakan bagi kalangan yang
mereka mau tindas. Pemazmur berharap agar Allah melakukan hal tersebut kepada
musuh mereka. Pemazmur memang tidak seperti Tuhan kita Yesus Kristus yang
mendoakan orang yang menganiaya Dia. Tetapi dari sudut pandang manusia.
Permohonan pemazmur ini adalah sangat wajar. Bukankah Allah memang akan
menghukum segala kejahatan manusia terhadap sesamanya?
Jika TUHAN membebaskan mereka sebagaimana
diharapkan, maka mereka akan bersorak sorai memuji Tuhan dan bersyukur
kepada-Nya untuk selama-lamanya. Perbuatan-Nya yang membebaskan mereka dari
penindasan akan diberitakan turun temurun, sehingga generasi yang akan datang
memahami bahwa Allah mereka adalah Allah yang sungguh menggembalakan mereka
dengan baik. Mereka akan dituntun ke dalam padang rumput yang hijau dan segar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar