28/06/12

Keluhan


Keluhan

Nas bacaan: Mazmur 79:1-13     
                                                           
Sangat menarik untuk merenungkan Kitab Mazmur, sebab di dalamnya kita melihat suara iman kepada Allah dalam segala keadaan. Dalam nas kita hari ini, seorang saleh di kalangan Israel mengeluh kepada Allah oleh karena bangsa yang tidak mengenal Dia menajiskan Bait Kudus Allah yang ada di Yerusalem. Kita tahu Bait Allah itu terdiri dari tiga bagian. Ada tempat di sana dimana hanya imam yang boleh masuk ke sana, karena tempat itu adalah kudus adanya. Sekarang bukan imam lagi yang masuk ke sana, tetapi bangsa yang dikategorikan najis. Oleh karena itu, pemazmur mengeluh di hadapan Allah. Mengapa Allah membiarkan tempat kudus-Nya dinajiskan oleh orang yang tidak mengenal Dia?

Pemazmur juga mengeluh terhadap tindakan orang fasik itu. Bagi orang Israel jasad adalah sesuatu yang dihormati. Mereka  membalsem jasad orang yang meninggal. Tetapi orang Kasdim memberikan mayat orang Israel menjadi makanan burung-burung. Mengapa Allah membiarkan hal tersebut? Menarik di sini, pemazmur tidak menyinggung keberdosaan bangsanya di hadapan Allah. Ia hanya mendasarkan permohonannya pada kebrutalan musuh terhadap bangsanya. Bagaimana bangsanya menjadi bahan olok-olok dan cemooh para tetangga. Bukankah mereka adalah umat Allah?

Oleh karena itu pemazmur bertanya: “Berapa lama lagi, ya TUHAN Engkau murka terus-menerus, kecemburuan Allah karena keberdosaan umat itu kapankah akan surut? Sama seperti pemazmur lain dalam Mzm 130 mengatakan bahwa pada Allah mereka ada pengampunan. Itulah mereka sebabnya berani untuk berharap. Pemazmur ini pun berharap bahwa kecemburuan Allah pun akan surut. Jika hal tersebut sudah tiba, maka akan tibalah masanya, Allah pun akan menumpahkan amarah-Nya bukan lagi kepada umat Israel, tetapi kepada musuh yang telah menajiskan Bait Kudus-Nya. Mereka yakin bahwa Allah tidak akan melupakan tindakan musuh itu yang menajiskan Bait Allah Semesta Alam.

Pemazmur pun mengutarakan kepada Allah bahwa bangsa itu akan sirna dari muka bumi ini, jika Allah tidak bertindak. Ini adalah sebuah argumen dari orang beriman yang tahu pasti bahwa bangsa itu tidak akan pernah sirna dari muka bumi ini, sebab Allah telah memilih mereka sebagai milik-Nya sendiri. Bagaimana mungkin umat kepunyaan Allah sirna dari muka bumi. Dengan alasan seperti itu, pemazmur mengemukakan doanya: janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan kami.

Sebuah contoh doa syafaat diperhadapkan kepada kita. Satu pelajaran yang sangat berharga. Argumen argumen lain masih kita dapatkan dalam mazmur ini, dimana hal tersebut akan menjadi renungan bagi kita di esok hari. Satu hal yang menjadi pegangan yang berharga bagi kita ialah: jika pemazmur dapat mengutarakan hal seperti itu di hadapan Allah, bahkan dicatat sebagai firman Allah bagi kita, maka dengan penuh keyakinan kita dapat mengatakan bahwa kita pun dapat menaikkan doa syafaat seperti yang dinaikkan oleh pemazmur ini.

Setelah mengutarakan berbagai argumennya dan alasan-alasannya dalam mengajukan permohonan, sekarang ia mengajukan sebuah petisi kepada Allah. Petisi adalah sebuah permohonan resmi kepada penguasa. Pemazmur sadar bahwa Allah adalah penguasa dalam alam semesta, tetapi lebih khusus lagi, Ia adalah pemilik dari bangsa yang sedang mengalami penindasan ini.

Pemazmur langsung memohon pertolongan TUHAN. Ia menambahkan dalam permohonannya bahwa Allah itu adalah penyelamat mereka. Karena nama-Nya adalah penyelamat, maka tentulah mereka akan diselamatkan. Pemazmur menambahkan lagi, biarlah Allah menyelamatkan mereka demi kepentingan Allah sendiri, yakni kemuliaan Allah sendiri. Bukankah mereka adalah milik-Nya? Bagaimana mungkin Ia membiarkan milik-Nya sendiri dikuasai orang lain? Sebuah argumen yang luar biasa di hadapan Allah. Kita pun dapat meniru pemazmur dalam menaikkan permohonan kepada Allah dengan cara seperti ini.

Pemazmur masuk lebih  jauh lagi dalam hal kepentingan Allah di dalam umat-Nya. Pemazmur mengatakan: “Mengapa bangsa-bangsa lain boleh berkata: ‘Di mana Allah mereka?’ Hal ini diungkapkan orang, karena tidak adanya penolong yang menyelamatkan mereka dalam kesusahannya. Pertanyaan itu pada hakekatnya ditujukan kepada Allah bangsa Israel. Oleh karena itu pemazmur memohon agar Allah menampakkan diri kepada bangsa-bangsa itu dengan jalan melepaskan mereka dari penindasan.

Oleh karena itu pemazmur mengharapkan agar mereka dapat melihat pembalasan Allah terhadap darah orang Israel yang ditumpahkan oleh para penindas. Untuk itu pemazmur berharap agar petisi yang disampaikannya kepada Allah demi kepentingan dari orang-orang yang ditahan dan dibinasakan oleh musuh yang menindas mereka. Dia sangat rindu mereka yang ditentukan untuk dieksekusi oleh musuh dapat menikmati kehidupan kembali. Demi mereka pemazmur menaikkan petisinya.

Sebagai orang yang mengalami derita karena penindasan, adalah sangat wajar jika berharap TUHAN akan membalikkan kepada penindas apa yang mereka rancangkan untuk dilaksanakan bagi kalangan yang mereka mau tindas. Pemazmur berharap agar Allah melakukan hal tersebut kepada musuh mereka. Pemazmur memang tidak seperti Tuhan kita Yesus Kristus yang mendoakan orang yang menganiaya Dia. Tetapi dari sudut pandang manusia. Permohonan pemazmur ini adalah sangat wajar. Bukankah Allah memang akan menghukum segala kejahatan manusia terhadap sesamanya?

Jika TUHAN membebaskan mereka sebagaimana diharapkan, maka mereka akan bersorak sorai memuji Tuhan dan bersyukur kepada-Nya untuk selama-lamanya. Perbuatan-Nya yang membebaskan mereka dari penindasan akan diberitakan turun temurun, sehingga generasi yang akan datang memahami bahwa Allah mereka adalah Allah yang sungguh menggembalakan mereka dengan baik. Mereka akan dituntun ke dalam padang rumput yang hijau dan segar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...