20/06/12

Keselamatan Adalah Anugerah



Keselamatan Adalah anugerah
Kasih Karunia
Defenisi dari kasih karunia ialah: sebuah pemberian yang pada dasarnya kita tidak layak untuk menerimanya. Hal itu terlihat di dalam kisah di bawah ini.
Satu keluarga kecil sedang berkendaraan dengan mobil mereka di jalan bebas hambatan. Keluarga kecil ini terdiri dari seorang bapa, ibu dan seorang anak kecil. Si kecil duduk di bangku belakang mobil, sebab demikianlah undang yang berlaku di negeri Paman Sam. Mereka berdendang ria di dalam kendaraan tersebut, seraya menikmati hari libur mereka. Tiba-tiba, sebuah kendaraan trailer yang datang dari arah berlawanan menyeberang batas pemisah dua jalan di jalan bebas hambatan tersebut. Seketika itu juga, mobil kecil yang dikendarai keluarga ini tabrakan dengan truk trailer besar! Suami isteri yang duduk di depan tewas seketika, sementara sang anak yang duduk di belakang masih hidup, namun ia sudah pingsan. Ada orang yang berusaha untuk menarik dia dari rongsokan mobil tersebut, sebelum mobil itu terbakar. Syukur, ia dapat tertolong dan segera di bawa ke rumah sakit. Anak itu ternyata sedang koma.
Sang kakek diberi tahu, tentang keberadaan cucunya yang sedang koma di rumah sakit. Ia juga diberi tahu bahwa anak dan menantunya sudah meninggal dunia di dalam kecelakaan lalu lintas tersebut. Sesegera mungkin ia mengunjungi cucunya yang sedang dirawat di rumah sakit! Di lubuk hati sang kakek yang sudah sendirian, oleh karena di tinggal isteri, sekarang pun ditinggal anak dan menantunya, sangat marah terhadap supir truk yang sedang mabuk mengendarai truknya. Sang sopir di tahan di dalam penjara.
Sang kakek merenungkan peristiwa tersebut di dalam hatinya. Ia mengingat perkataan Tuhan Yesus di dalam Injil Matius yang mengatakan: “Jika pipi kananmu di tampar orang, berilah pipi kiri”. Supir truk itu telah menampar pipi kanan sang kakek. Maka sebagai orang percaya, ia tidak dapat membalas tamparan tersebut dengan tamparan lagi kepada sang supir! Kakek itu harus memberikan kepada sang supir pipi kirinya. Pipi kiri’ itu adalah sesuatu yang tidak layak diterima oleh supir tadi. Secara normatif yang layak diterimanya ialah: penghukuman. Itulah sebabnya pemerintah menangkap dia dan memasukkan dia ke dalam penjara.
Sekarang sang kakek akan memberikan kepada sang supir apa yang tidak layak diterimanya, yakni: pengampunan. Pengampunan di sini menjadi kasih karunia! Kakek itu mengunjungi sang supir di penjara dan memberitahukan kepadanya bahwa ia adalah orang tua dari keluarga yang mati karena kesalahannya. Ia adalah kakek dari anak yang sedang koma di rumah sakit karena kesalahannya. Namun, ia datang untuk memberitahukan kepadanya bahwa di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ada belas kasihan kepadanya dan oleh karena itu ia mengampuni kesalahannya. Itulah kasih karunia.

Dosa
Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rom 3:23). Masalah yang perlu kita soroti sekarang ialah: apa itu dosa? Orang memahami dosa sebagai sesuatu yang bersifat moral. Dosa itu adalah mencuri, berdusta, membunuh dan lain sebagainya. Pandangan Alkitab tentang dosa sungguh sangat jauh berbeda dari pada pandangan manusia modern sekarang ini. Dosa secara harfiah artinya ialah: menyimpang. Baik bahasa Ibrani, maupun bahasa Yunani, maknanya sama. Ibarat sebuah anak panah dilepaskan dari busurnya. Jika anak panah itu menyimpang dari arah yang dirancang semula, maka tidak ada kemampuan di dalam anak panah tersebut untuk membalikkan dia ke arah semula.
Demikian juga dengan manusia. Jika manusia telah jatuh ke dalam dosa, maka tidak ada di dalam diri manusia itu kemampuan untuk mengembalikan kepada rencana Allah semula. Orang sering mengatakan bahwa pertobatan adalah jalan masuk kembali ke dalam rencana Allah. Ya, itu benar. Tetapi pertobatan itu pun adalah kasih karunia Allah. Sangat jelas Yesus mengatakan bahwa: “tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” Yoh 6:44. Orang bertobat disebabkan Roh Kudus bekerja di dalam hatinya untuk mendorong dia mengambil keputusan untuk bertobat. Oleh karena itu, pertobatan bukanlah karya manusia, melainkan karya Allah sendiri.
Jadi, manusia tidak punya akses untuk kembali ke pada kemuliaan Allah. Pintu itu telah tertutup rapat bagi dirinya sendiri. Gambaran tentang hal itu kita lihat di dalam Adam dan Hawa di taman Eden. Tatkala Allah mengusir mereka keluar dari Taman Eden itu, maka taman itu ditutup Allah, serta malaikat di suruh menjaga, agar manusia itu tidak bisa masuk kembali ke taman tersebut Kej 3: 24. Di sinilah letak perbedaan iman Kristen dengan iman dari mereka yang memeluk agama lain. Agama lain mengajarkan bahwa keselamatan dari dosa dan maut dapat dicapai melalui perbuatan baik manusia. Dosa itu dilihat hanyalah dari sudut pandang moral semata-mata. Jika dosa hanyalah masalah moral, maka memang ia dapat diperbaharui oleh manusia itu sendiri.

Dosa bukan masalah moral
Sayang seribu kali sayang, dosa pertama-tama bukan masalah moral. Dosa adalah masalah relasi dengan Allah. Orang yang bergaul dengan Allah, mereka akan menikmati kemuliaan Allah. Dosa membuat kita kehilangan kemuliaan Allah. Di satu sisi, kita tidak dapat mengambil kemuliaan Allah itu bagi diri kita sendiri. Allah yang akan memberikan itu kepada kita. Dalam Alkitab diajarkan kepada kita bahwa jalan kita untuk mendapatkan kembali kemuliaan Allah yang telah hilang dari hidup kita itu ialah: percaya kepada Yesus Kristus Tuhan kita.
Kita akan menyoroti akibat dari keberdosaan manusia sebagaimana diuraikan Paulus dalam suratnya kepada jemaat Roma, dalam Roma Pasal 1-3. Dalam 1:24-32 Paulus menggambarkan akibat dosa itu di dalam kehidupan manusia. Paulus mengatakan bahwa manusia diserahkan Allah kepada keinginan hati mereka. Ungkapan ini tiga kali disebutkan Paulus dalam paragraf tersebut. Kita akan menyorotinya sejenak.

1             Ungkapan yang pertama disebutkan dalam ayat 24.
Akibatnya, manusia mengambil tindakan yang menyimpang dengan menyembah sesuatu yang bukan Allah sebagai ilah. Pada hal, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, manusia memiliki kesadaran akan adanya Allah yang harus dia sembah. Dengan jalan demikian, manusia justru mencemarkan dirinya sendiri. Kata yang dipakai di dalam KJV ialah: dishonor, menggambarkan menghinakan dirinya sendiri. Allah memberikan kemuliaan kepada manusia itu, sementara keberdosaan manusia membuat ia menjadi orang yang tidak mulia.

2             Ungkapan yang kedua terdapat di dalam 1:26.
Akibatnya dikatakan Paulus ialah: manusia memiliki perilaku yang menyimpang. Contohnya ialah: homoseksual dan lesbian. Perilaku ini adalah produk dari dosa. Paulus menggambarkan perilaku ini dengan sebutan: mengganti yang wajar dengan yang tidak wajar. Tatkala manusia diserahkan Allah ke dalam keinginan hatinya, maka manusia itu jatuh ke dalam lembah kemerosotan moral. Manusia mengganti relasi yang wajar menjadi sesuatu yang tidak wajar? Di sekitar kita sekarang ini kita melihat ketidakwajaran menjadi sesuatu yang wajar di tengah-tengah masyarakat. Hal ini berlaku di semua lini kehidupan.

3             Ungkapan yang ketiga terdapat di dalam 1:28.
Akibatnya ialah: pola pikir manusia menjadi menyimpang. Paulus menggambarkannya dengan sebutan: melakukan apa yang tidak pantas. Paulus membuat rinciannya sebagai contoh semata-mata, yakni: “ penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan”. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan” Selanjutnya Paulus menambahkan bahwa sekalipun ada orang tidak melakukannya, tetapi mereka setuju dengan tindakan seperti itu 1:32.

Argumen I
Mungkin akan ada orang mengatakan bahwa orang-orang yang tidak beragamalah yang melakukan hal seperti itu. Kami orang yang beragama, tidak akan melakukan hal seperti itu. Untuk orang yang beragama, Paulus membukakan keberdosaan mereka di dalam pasal 2. Paulus memakai orang Yahudi sebagai perwakilan dari orang beragama di sepanjang zaman.

Argumen II
Terhadap orang Yahudi yang sangat taat di dalam melakukan syariat keagamaan mereka, Paulus mengatakan: “Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri? Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain." Orang yang beragama justru menghina Allah melalui perilaku mereka. Orang Yahudi menghina Allah melalui perilaku mereka. Hal ini dituduhkan nabi Yesaya kepada bangsa itu. Paulus mengutip Yes 52:5 untuk membenarkan argumennya.

Argumen III
Contoh yang diambil Paulus untuk menggambarkan keberdosaan orang beragama ialah: Hukum Taurat. Kita tahu bersama bahwa setiap perintah, dibaliknya ada larangan. Demikian juga sebaliknya. Tatkala dikatakan jangan mencuri, maka dibalik larangan itu ada suruhan. Orang beragama sering hanya menekankan sisi formal dari syariah agama mereka. Sisi makna dari hukum itu sering dilupakan. Mereka berpikir, tatkala secara formal tidak mencuri, maka mereka merasa sudah melakukan kehendak Allah yang tertuang di dalam hukum tersebut. Namun kenyataannya tidak demikian. Kita bahas sejenak contoh dari rasul Paulus. Jangan mencuri, kata rasul Paulus, tetapi ia terus menambahkan: mengapa engkau mencuri? Mencuri artinya mengambil barang orang lain yang bukan haknya. Itu larangannya.
Bagaimana dengan suruhan yang inklusif ada di dalam larangan itu? Suruhannya tentunya kosokbali dari larangan itu sendiri. Sisi suruhan dari larangan itu akan berbunyi sebagai berikut: pelihara barang orang lain! Jika kita tidak mengambil barang orang lain, tetapi membiarkan barang itu tidak terpelihara, maka tindakan itu menjadi pelanggaran atas hukum jangan mencuri! Yesus mengelaborasi hukum itu dengan perkataan sebagai berikut: “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Luk 16:12. Hal yang sama dengan larangan untuk tidak berzinah dan hukum yang lainnya.

Pertobatan
Setiap agama menyuarakan pertobatan. Sementara pertobatan adalah sebuah perpalingan dari satu keberadaan. Namun, jelas manusia tidak akan sampai ke dalam perpalingan kepada kehendak Allah, sebab mustahil baginya untuk berpaling, sekalipun agamanya menuntut demikian! Mengapa demikian? Karena dosa itu sendiri telah berkuasa di dalam diri segenap manusia di muka bumi ini. Jadi tidak ada perbedaan dari orang beragama dengan orang yang tidak beragama. Mereka semua adalah orang yang berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Sangat luar biasa gambaran yang diberikan Paulus tentang keberdosaan manusia dari sudut pandang Allah. Ia menggambarkan hal itu di dalam surat Roma pasal 3.

Paulus mengatakan bahwa dari sudut pandang Allah.
1              Tidak ada seorang pun manusia itu yang berbuat baik, tidak seorang pun yang benar,
2              tidak seorang pun yang mencari Allah,
3              tidak ada seorang pun yang berakal budi dan semuanya tidak berguna. Maksud Paulus dengan istilah ‘tidak seorang pun’ itu mencakup orang yang beragama dan juga orang yang tidak perduli dengan agama.
Jadi, tidak ada jalan bagi manusia untuk kembali ke dalam persekutuan dengan Allah. Dosa bukan masalah moral, dosa adalah masalah relasi dengan Allah. Pintu masuk ke dalam persekutuan dengan Allah yang normal adalah iman kepada Yesus Kristus Tuhan kita. Tidak ada jalan lain selain Yesus Kristus.

Jalan Keluar
Dari sudut pandang manusia, tidak ada jalan untuk pulang! Namun, bagi Allah tidak ada yang mustahil. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa Allah itu adalah kasih. Penulis Perjajian Baru memakai kata kasih yang tidak lazim dipakai oleh dunia Hellenis pada zaman itu, yakni agape! Para filsuf pada zaman itu memakai kata phileo untuk kasih. Misalnya, kata filsafat berasal dari dua kata, yakni phileo dan sofia, artinya cinta atau kasih kebenaran. Para penulis PB itu diilhami Roh Kudus memilih kata yang tidak lazim dipakai itu untuk menggambarkan kasih yang mereka bicarakan bukanlah kasih yang biasa dikenal oleh manusia.
Allah adalah Dia Yang Maha Kasih. Jika Dia Maha Kasih, maka tentulah ada yang dikasihi-Nya, Dia pun akan mengasihi dengan spirit kasih. Agustinus mengatakan tentang Trinitatis dengan ungkapan sebagai berikut: Ibi amor, ubi Trinitatis. Dimana ada kasih di situ ada Trinitatis. Allah adalah kasih, Di dalam Dia ada Dia Yang Dikasihi, Dia pun mengasihi dengan Spirit kasih. Kasih yang tidak lazim inilah yang didemonstrasikan Allah bagi manusia di dalam diri Yesus Kristus Tuhan kita.
Kasih itu didemonstrasikan Allah kepada kita justru tatkala kita masih di dalam dosa, tatkala kita masih lemah, kita masih seteru bagi Allah, karena keberdosaan kita. Hal ini diungkapkan Paulus dalam surat Roma, Rom 5:6-10. Kasih Allah itu mendamaikan kita dengan Diri-Nya sendiri. Adapun perwujudan dari kasih Allah atas umat manusia, ialah: Kristus Yesus mati untuk kita di kayu salib. Yohanes mengungkapkannya dengan mengatakan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” Yoh 3:16.
Karena manusia tidak mendapatkan jalan keluar dari keberdosaannya, maka Allah sendiri dalam kasih karunia-Nya bertindak untuk mengeluarkan manusia itu dari keberdosaan-Nya. Nabi Yesaya mengatakan bahwa bukan utusan yang disuruh Allah untuk membebaskan umat-Nya dari pergumulannya, melainkan Dia sendiri yang turun tangan untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya itu! “Dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala” Yes 63:9.
Inilah  pernyataan kasih Allah yang tidak ada taranya di seantero sejarah umat manusia. Jika agama-agama lain mengajarkan keselamatan adalah usaha manusia untuk melepaskan dirinya dari keberdosaannya, maka Alkitab menyaksikan lain. Allah sendiri yang bertindak dengan jalan Yesus mati di kayu salib untuk menggantikan kita menerima hukuman Allah atas keberdosaan manusia.

Respon Manusia
Tatkala Tuhan Yesus datang ke dunia di tengah-tangah bangsa Israel, Ia datang kepada umat pilihan Allah. Ia datang kepada umat kepunyaan-Nya sendiri. kepada mereka yang telah menjadi umat kepunyaan-Nya sendiri itu, Yohanes berkata: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” Yoh 1:12. Yesus datang juga untuk orang Kristen! orang Kristen pun harus menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamatnya yang hidup. Thomas adalah contoh yang sangat pas untuk kita kedepankan di sini. Ia adalah seorang yang ditetapkan Yesus sebagai rasul! Ia bukan seorang penyembah berhala. Namun, ia harus membuat sebuah penyakuan yang sangat baru di dalam relasinya dengan Tuhan yang diikutinya. Ia berkata: “Tuhanku dan Allahku”.
Kita pun haruslah demikian juga. Tak peduli kita sudah Kristen ribuan tahun  yang lalu. Tatkala kita diperhadapkan dengan Tuhan Yesus Kristus, maka kita diminta untuk membuat sebuah pengakuan pribadi seperti apa yang dilakukan oleh Thomas. Hanya kepada mereka yang telah mengungkapkan sebuah pengakuan pribadi tentang siapa Yesus di dalam hidupnyalah mereka yang akan dikategorikan menjadi murid-murid Kristus. Pengakuan itu adalah sebuah pernyataan iman kepada Dia yang kita akui sebagai Tuhan dan Allah kita.

Iman
sudah kita paparkan di atas bahwa jalan masuk ke dalam persekutuan yang seharusnya dengan Allah ialah membuat sebuah pernyataan iman. Apakah iman itu? kata iman di dalam bahasa Ibrani ialah: amān. kata dasarnya ialah: amen. Artinya secara harfiah ialah: ya, demikianlah adanya. Sebagai contoh bagi kita untuk memahami makna dari kata amen, kita melihat sebuah upacara yang digambarkan di dalam kitab Bilangan, Bil 5:11-31. Perempuan itu akan dikutuki imam, lalu si perempuan itu akan mengatakan: amin, amin. dari situ sangat jelas,makna dari kata amin adalah ya demikianlah adanya. jadi tatkala kita beriman kepada Yesus Kristus, maka pada hakekatnya iman kita kepada-Nya adalah sebuah pernyataan bahwa kita mengiyakan apa yang dikerjakan-Nya bagi kita.
Dengan beriman kepada Yesus Kristus, itu berarti kita membenarkan, mengiyakan apa yang dilakukan Yesus itu, Dia lakukan bagi kita. Ia mati bagi kita, Ia bangkit bagi kita, dan Ia naik ke surga juga untuk kita. satu hari Ia akan datang kelak, Ia datang dalam rangka menjemput kita, agar kita bersama dengan Dia di surga! Itulah hakekat dari iman kepada Yesus Kristus. Iman itu juga adalah kasih karunia. Tentang hal ini Paulus mengatakannya dalam Ef 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

Produk dari Iman
Iman adalah pemberian Allah, iman bukan berasal dari diri manusia itu sendiri. Kita sudah katakan di atas, keberdosaan kita membuat kita menyimpang dari alur yang dikehendaki Allah. Sementara iman membuat kita menjadi orang yang berada di dalam relasi yang benar dengan Allah. Oleh karena itu, iman adalah sebuah anugerah bagi kita.
Kita akan melihat apa yang dihasilkan iman kepada Yesus Kristus bagi kita, sebagaimana diuraikan Paulus di dalam Rom 5:1-5. Setelah menguraikan secara panjang lebar tentang makna beriman di dalam Yesus Kristus dalam pasal yang sebelumnya, maka di dalam pasal 5 ini Paulus menguraikan produk dari iman itu di dalam kehidupan orang yang beriman. Paulus memulai dengan dibenarkan. Orang benar itu adalah orang yang dibenarkan Allah. Itu berarti orang yang tidak bersalah di hadapan sang Hakim Agung di dalam alam semesta ini. Kita adalah orang benar, karena iman kita di dalam Yesus Kristus. Kamus Alkitab memberi batasan apa artinya benar! Benar artinya ialah: berada dalam hubungan yang seharusnya dengan Allah. Itu berarti, kita telah mendapatkan relasi yang seharusnya dengan Allah, oleh karena iman yang dikaruniakan Allah kepada kita.
1              Bukan saya yang memperbaiki hubungan yang rusak dengan Allah, melainkan Allah sendiri. Saya hanya menerima itu secara cuma-cuma! Setiap orang yang beriman seyogianya dapat berkata dengan segenap hatinya: “hubungan saya dengan Allah sudah pulih sebagaimana mestinya! Di mata Allah, saya adalah orang benar! Itu kesaksian Alkitab!
2              Produk yang kedua ialah: kita mendapatkan syalom dengan Allah! Kata yang dipakai Paulus ialah: damai sejahtera! Kata itu dalam bahasa Yunani adalah eirene! Kata ini padanannya dalam bahasa Ibrani ialah: syalom. Sementara syalom artinya lebih dari pada damai sejahtera. Syalom menurut Karen Armstrong artinya ialah: utuh, bulat. Relasi saya dengan Allah sudah bulat, dan utuh!
Syalom itu berarti tidak ada lagi masalah saya dengan Allah. Relasi sudah pulih kembali. Relasi yang pulih itu mengakibatkan tidak ada masalah lagi antara saya dengan Allah. Allah akan menerima saya dengan sukacita, sebab tidak ada lagi masalah dengan Dia. Ia akan menerima saya dengan sukacita, setiap kali saya datang kepada-Nya
3              Produk selanjutnya ialah: kita punya akses untuk masuk ke dalam kasih karunia Allah. Allah punya kasih karunia. Orang Yahudi meyebutnya dengan rahim Allah. Di dunia Timur Tengah pada masa lalu, rahim digambarkan sebagai sebuah tempat yang paling nyaman di seantero dunia. Sang jabang bayi yang tinggal di sana berada dalam keadaan damai yang sangat nyata. Ia terhindar dari segala masalah di dunia ini. Ibunya kepanasan, kedinginan dan lain sebagainya, ia tidak terpengaruh terhadap masalah tersebut.
Lagi pula, berdasarkan Mzm 136:13-15 orang Yahudi memahami bahwa tangan Allah sedang membentuk mereka di dalam rahim orang tua yang mengadung menggambarkan kepedulian Allah atas setiap anak. Sekarang kita berada di dalam rahim Allah. Kita berada di dalam satu tempat yang sangat aman di seantero dunia ini, yakni di dalam rahim Allah. Cf Nyanyian: it is well with my soul.
4              Produk yang keempat ialah: kita akan menerima kemuliaan Allah di dalam rahim Allah itu! Paulus mengatakan bahwa kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Bagian kita ialah kemuliaan Allah. Bukankah itu sesuatu yang amat luar biasa? Apa yang hilang karena keberdosaan kita, sekarang direstorasi di dalam hidup kita karena iman kepada Yesus Kristus Tuhan kita.

Penulis Surat Ibrani mengatakan bahwa di dunia sekarang ini kita telah mulai mencicipi kemuliaan ilahi itu! (Ibr 6:5). Berdasarkan ayat itu, Fanny J Crosby seorang penulis syair nyanyian rohani yang sangat terkenal menorehkan syairnya dengan perkataan sebagai berikut: “oh what afore taste of glory devine”. Di dunia sekarang ini, orang-orang beriman telah mulai menikmati kemuliaan Allah itu. Kita akan menerimanya dalam kepenuhannya di hari penghakiman.

5              Produk yang kelimat ialah: kita tidak hanya bermegah di dalam pengharapan akan menerima kemuliaan, tetapi kita juga bermegah di dalam penderitaan.
Seluruh umat manusia akan mengalami penderitaan di dalam hidupnya. Tak terkecuali orang beriman. Tetapi beda orang beriman dengan orang yang tidak beriman di dalam menghadapi penderitaan ialah: orang beriman menghadapi penderitaan dengan keyakinan yang kokoh, ia akan mengatasi dan memenangkan penderitaan itu dengan baik dan benar. Penderitaan akan menghasilkan tahan uji. Sementara tahan uji akan menghasilkan ketekunan dan ketekunan menghasilkan pengharapan, sementara pengharapan orang Kristen tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus yang dijanjikan itu! Iman membuat semuanya menjadi sesuatu yang bermakna di dalam hidup inim entahkah itu sesuatu yang positif atau negatif. Anugerah Allah memungkinkannya.

Keselamatan
Pandangan Alkitab tentang keselamatan ialah: tatkala orang bebas dari pengaruh dosa, dan maut, maka ia disebut orang yang selamat. Pemahaman orang Yahudi tentang keselamatan pertama-tama ialah: kebebasan dari perbudakan di Mesir, juga kelepasan dari pembuangan Babel. Jadi keselamatan diartikan sebuah kemerdekaan dari sesuatu yang menindas kehidupan ini. Yesus Kristus mengajar kita bahwa manusia berada di dalam perbudakan dosa.
Sama seperti orang Israel tidak dapat membebaskan diri dari Mesir, juga dari pembuangan Babel, demikian jugalah orang tidak dapat membebaskan diri dari perbudakan dosa. Oleh karena itulah maka Tuhan Yesus datang ke dunia ini, agar Ia membebaskan manusia dari perbudakan dosa, bahkan dari ketakutan atas maut. Hal itu sangat jelas dikatakan oleh penulis surat Ibrani (Ibr 2:15).
Kita tidak hanya dimerdekakan dari dosa! Paulus menggambarkan sebuah pergulatan antara manusia lama dengan manusia baru dalam surat Roma pasal 7. Karya Yesus Kristus di kayu salib, juga memerdekakan kita dari diri sendiri. Diri kita sendiri adalah satu pribadi yang berdosa dan yang tidak tunduk kepada kehendak Allah. Keselamatan yang dikerjakan Yesus Kristus bagi kita, juga mencakup kelepasan dari diri sendiri. Allah di dalam Yesus Kristus mengerjakan sesuatu di dalam diri kita, dengan jalan menciptakan manusia baru di dalam diri kita. Cf II Kor 5: 17. Manusia baru itu dibahrui tiap-tiap hari oleh Roh Kudus yang diam di dalam diri kita. Dengan hadirinya Roh Kudus di dalam diri kita, maka Ia akan menuntun kita berjalan di dalam kekudusan sebagaimana mestinya.
Kesimpulan
Tatkala kita beriman kepada Kristus, kita dibenarkan di hidapan Allah. Itu berarti, kita dianggap Allah sebagai satu pribadi yang dosanya telah diselesaikan melalui korban Yesus Kristus. Dengan jalan demikian, maka terciptalah damai sejahtera antara kita dengan Allah. Itu berarti kita tidak punya masalah lagi dengan Allah. Sebagai produk lanjutannya, kita berada di dalam rahim Allah, selama kita hidup di dunia ini. Oleh karena itu, hidup kita sangat aman selama kita berada di dalam rahin Allah itu, apa pun yang terjadi di dalam kehidupan ini. Allah bekerja aktif untuk memungkinkan kita tetap berada di dalam rahim-Nya.
Di dalam rahim Allah itu kita akan mendapatkan kemuliaan Allah. Pun di dalam penderitaan yang mungkin akan kita alami, sisi positifnya akan kita nikmati juga karena kasih karunia Allah. Untuk menjamin keselamatan itu tetap ada di dalam hidup kita, maka Roh Kudus pun diberikan tinggal di dalam hidup kita, supaya Dia yang menuntun perlanan kita di dunia ini. Ia yang akan memungkinkan kita berjalan di dalam kekudusan yang seharusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...