Gunung Nebo
Setelah tiba di hotel, kami berkemas untuk meneruskan perjalanan ke gunung Nebo. Sebelum kami berangkat ke sana, pembimbing rohani mengatakan kepada kami bahwa kami akan berdoa di gunung itu dan ia mengingatkan rombongannya untuk berdoa membebaskan kemah Nebayot. Aku tidak mengerti apa maksudnya. Nebayot adalah Anak dari Ismail. Apakah itu berarti dia akan merebut orang Arab untuk Tuhan Yesus? Nabi Yesaya mengatakan bahwa kambing domba Nebayot akan tersedia untuk dikorbankan bagi ibadah orang Israel.
Tatkala kami tiba di gunung Nebo, udara ditutupi oleh debu padang gurun. Sehingga kami tidak dapat melihat hingga ke perbatasan Israel. Musa berdiri di sini dan melihat seluruh tanah perjanjian yang dijanjikan Allah bagi Abraham dan keturunannya. Lalu saya mengingat bahwa tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham itu mencakup sungai besar di Mesir hingga sungai Eufrat. Itu berarti mencakup negara Mesir, hingga Iran, suatu negeri yang sangat luas. Mustahil mata telanjang memandang negeri seluas itu. Itulah sebabnya tidak perlu melihat negeri Israel dari gunung Nebo ini. Sebab yang dijanjikan Allah itu lebih besar dari pada yang dapat dilihat oleh mata.
Itulah juga sebabnya Paulus mengatakan bahwa apa yang disediakan Allah bagi kita jauh lebih besar dari pada yang dapat kita doakan dan pikirkan. Kembali aku bersyukur untuk renungan yang diperkenankan Allah tumbuh di dalam hati ini. Semakin memahami makna dari janji Allah bagi orang percaya. Di tempat Musa menginjakkan kaki itu dibangun satu Gereja seperti yang terlihat di atas. Kami tidak bisa masuk ke dalam karena sedang direnovasi. Aku melayangkan pandanganku ke sebelah kanan. Zeid mengatakan bahwa di lembah itulah orang Israel berkemah sebelum mereka menyeberangi sungai Yordan. Di sana ada sebuah mata air yang diberi nama sumur Musa. Di sana pun didirikan sebuah Gereja. Di sisi Gereja itu terdapat sebuah replika ular tembaga yang ditinggikan Musa di padang gurun. Replika itu seperti yang terlihat di gambar di atas.
Kami tidak mengunjungi Gereja itu karena tidak ada waktu. Lalu saya teringat akan peristiwa yang dialami oleh Abraham. Setiap ia tinggal di satu tempat, ia mendirikan mezbah di situ. Tatkala ia meninggalkan tempat itu, mezbah itu menjadi kesaksian bagi orang yang lewat, atau bahkan orang tinggal di sana setelah Abraham. Bukankah hidup di zaman it adalah nomaden, sama seperti orang Bedouin di masa kini? Gereja Katholik melakukan itu. Bagaimana dengan saya sekarang? Adakah jejak saya akan dilihat orang yang akan berjalan setelah saya? Wah betapa perlu melakukan hal-hal yang kekal di dalam perjalanan hidup di dunia ini.
Saya merenungkan juga tentang ular tembaga itu. Tatkala orang Israel di pagut ular, maka jalan yang harus dia tempuh agar ia sembuh ialah: memandang ke ular tembaga itu. Dengan memandang landscape yang di hadapan mata, saya membayangkan ada orang Israel di pagut ular, tetapi jauh dari tempat itu. Hal yang harus dilakukannya ialah menoleh ke arah gunung itu, maka ia sembuh. Pada hal tempatnya ia berdiri dan dipagut ular cukup jauh. Saya pun dipagut ular dosa di zaman sekarang ini. Tetapi, tatkala saya memandang kepada Kristus yang disalibkan dua ribu tahun yang lalu, saya tetap sembuh. Terima kasih Tuhan.
Setelah Musa mati, Allah menguburkan dia di gunung itu. Tidak ada seorang pun yang tahu kuburannya. Di Nebo ini iterjadi pergantian pemimpin. Musa berlalu, maka zaman Yosua pun tiba. Yosua disebut sebagai abdi Musa. Ini adalah sebuah gambaran pemuridan. Saya harap, saya akan dapat memuridkan orang. Dari Musa keluar Yosua. Dari Paulus keluar Timoteus. Dari Hotman keluar siapa? Kami berdoa di gunung itu. Aku tidak mendengar Nebayot disebut dalam doa tersebut. Setelah selesai berdoa, kami menuruni gunung Nebo menuju perbatasan dengan Israel.
Santai sejenak di Hotel Crown Inn Plaza Petra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar