Penghiburan
Seorang teman sepelayanan
meninggal dunia. Kami pun mengadakan acara untuk menghibur keluarga yang
berduka. Saya diminta untuk mengucapkan kata kata penghiburan bagi keluarga
yang berdukacita. Aku pun mengungkapkan pemahaman saya tentang makna penguburan
orang meninggal dari sudut pandang tata ibadah HKBP. Seyogianya kita mengikuti
upacara itu dengan memahami makna dari tiap tiap acara yang diadakan. Tatkala
peti mati diturunkan, lalu acara dimulai dengan mennyanyikan nyanyian dari Buku
Ende:
Sonangma modom, ho na martua i.
Na maradian sian ulaon i. Na ni
ulamu,
Di hajolmaon, jala na mangihut ho
tu surgo.
Naung ni apusan do ilu-ilumi,
Sian matamu dibaen Tuhantai:
Tangis na jolo mangusung boni,
Las do rohamu nuaeng manggotil.
Ada pun makna dari lirik nyanyian
itu ialah: “tidurlah dengan tenang, dikau yang berbahagia. Yang beristirahat
dari segala pekerjaan yang engkau kerjakan dalam kemanusiaan, serta yang
mengikut engkau ke surga. Syair ini menggemakan nas dalam kitab Wahyu 14:13.
Bait ke dua artinya: air mata telah dihapus dari matamu oleh Tuhan kita. Dahulu
menangis membawa benih, sekarang hatimu bersukacita menuai. Syair ini
menggemakan nas dalam Mzm 126:6.
Dalam benak kita seharusnya
terbayang, org yang meninggal itu sedang tidur dalam peti matinya, ia menikmati
tidurnya itu di dalam Tuhan. Kekasih kita itu ada di dalam naungan Allah Yang
Maha Kuasa, Penciptanya. Ia beristirahat dari segala pekerjaannya di dunia ini.
Seluruh perbuatan yang dikerjakan orang tiu selama ia hidup, akan mengikut dari
belakang. Segala air mata telah dihapus dari matanya. Sekarang waktunya ialah
menuai!
Setelah nyanyian ini, pendeta
menaburkan tanah ke dalam kubur dan mengatakan: “Wahai si anu, engkau berasal
dari tanah, dan akan kembali ke tanah. Tetapi Tuhan Allah yang menciptakan
engkau, dan Tuhan Yesus Kristus yang menyelamatkan engkau dari dosa dan Roh
Kudus yang memanggil engkau ke dalam kehidupan yang kekal, itulah yang
memelihara debu jasadmu sampai tiba hari penghakiman“. Sekalipun orang itu menjadi
debu karena kembali ke tanah, tetapi debu jasadnya tidak akan ada yang hilang.
Hal itu disebabkan Allah Tri Tunggal akan memelihara dia hingga hari kemuliaan,
yakni hari penghakiman. Itulah yang disuarakan pendeta pada saat ia menaburkan
tanah ke dalam kubur itu.
Setelah pendeta menaburkan tanah,
kepada kita diberikan kesempatan untuk menaburkan bunga, sebagai tanda
perpisahan sementara dengan orang yang telah meninggal itu. Kita dpt berkata di
dalam hati kepada Tuhan: „Tuhan, orangtuaku ini tidak lagi dapat mendengar apa
yang saya katakan kepadanya, sebab ia sudah berada di alam yang berbeda dengan
alam kami di dunia ini. Tetapi, Engkau dapat menyampaikan kepada dia, apa yang
ada di dalam hati ini. Selamat jalan kekasihku, sampai bertemu kembali di
hadapan tahta Tuhan!“ Setelah itu peti jenazah itu pun diuruk dengan tanah.
Kami kembali menyanyikan lagu yang sangat indah:
Hehe do muse pamatanghon
Sian tanoman on
Bahenon ni Tuhanku
Haleluya, haleluya.
Di hati kita dapat berkata,
seolah-olah saudara kita itu sendiri yang mengatakannya perkataan seperti ini:
suatu masa, tubuhku ini akan bangkit dari tanah ini, karena Tuhanku, haleluya,
haleluya. Sungguh, apa yang disuarakan ibadah itu sangat indah? Berdasarkan
liturgi HKBP itu, hati kita menyadari bahwa saudara kita itu tidak hilang. Ia
aman bersama dengan Tuhannya dan Tuhan kita!
Kebaktian sederhana, namun
bermakna itu ditutup dengan doa Bapa kami. Lalu sebagai tanda perpisahan dengan
orang yang meninggal yang aman di tangan Tuhan, kita bernyanyi nyanyian
perpisahan:
Sai masipaidaan do na porsea i
Dung sahat be langkana
Tu hasonangan i, tu hasonangan i.
Akan tiba saatnya orang percaya
akan bertemu kembali, setelah tiba langkahnya ke dalam kebahagiaan. Lalu kami
pun pulang ke rumah. Betapa indahnya ibadah penguburan yang dilakukan Gereja
HKBP. Ibadah itu menggambarkan apa yang diimani oleh Gereja HKBP tentang setiap
orang yang mereka hantar ke dalam kubur! Selamat jalan kekasihku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar