19/06/17

Depresi


Selasa 20 Juni 2017

Depresi  

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Mazmur 42:6

Para penafsir mengatakan bahwa Mazmur 42 dan Mazmur 43 adalah satu kesatuan. Hal itu terlihat dari kesamaan nas kita dengan nas yang ada di dalam Mazmur 43:5. Dalam kedua nas itu, pemazmur mengakui depressi yang dialaminya. Namun ia menemukan jalan keluar dari persoalan yang dihadapinya. Rupa-rupanya si pemazmur berada di luar persekutuan bangsanya. Hal itu terlihat dari pertanyaan orang kepada pemazmur yang diungkapkannya di dalam ayat 4 “Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?"

Sebagai jawaban atas depressi yang dialaminya pemazmur mengingat akan satu hari di dalam hidupnya, ia  berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan sorak sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang orang yang mengadakan perayaan. Pemazmur mengatakan bahwa ia tidak sendirian di dalam beribadah kepada Allah.

Pemazmur di dalam imajinasinya mengatakan bahwa ia tidak sendirian. Ia di dalam roh ada bersama dengan orang lain yang beribadah kepada Allah di dalam perayaan. Ia turut mereka  b ersorak sorai dan menyanyi memuji Tuhan dan bersyukur kepadanya. Tatkala kita berada di dalam keadaan depressi, pada umumnya kita berada dalam keadaan sendiri dan mengundurkan diri dari persekutuan. Dalam keadaan seperti itu, pemazmur menempatkan diri dalam persekutuan am orang percaya. Pemazmur berpaling dari mengasihi diri sendiri, dan mengarahkan wajahnya kepada Tuhan. Di dalam menghadapkan wajahnya kepada Tuhan, ia mendapatkan sebuah jaminan bahwa ia akan tiba pada sikap bersyukur kepada Allah.

Ini satu pelajaran yang berharga bagi kita. Dalam kesendirian kita, dalam pergumulan kita, kita dapat mengalihkan pandangan kita kepada Allah. Di hadapan Allah, kita tidak pernah sendirian. Ada banyak orang yang hadir di hadapan Allah, pada waktu kita sedang berdoa kepadanya dalam kesendirian kita. Sebab pada waktu yang sama, ada banyak orang yang datang kepada Allah di dalam doanya. Kita datang bersama sama dengan mereka di hadapan Allah pada waktu itu. Sudut pandang ini adalah sudut pandang Allah, dan  bukan sudut pandang manusia. Sebab sangat jelas kita datang kepada Allah dalam keadaan sendirian.

Si pemazmur melihat dirinya berada dalam rombongan besar yang datang kepada Allah, dan dia mendahului orang untuk datang ke hadirat Allah di Bait-Nya yang kudus. Hal itu membuat dia tidak sendirian dalam pergumulannya. Tentang hadirnya seseorang di dalam persekutuan, tanpa kehadiran secara fisik, hal seperti ini dibicarakan Paulus di dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus. “Sebab aku, sekalipun secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir, aku -- sama seperti aku hadir -- telah menjatuhkan hukuman atas dia, yang telah melakukan hal yang semacam itu.” I Kor 5:3.

Itulah makna kita hidup di dalam roh. Oleh kehadiran Roh Kudus di dalam diri kita, kita pun dipersekutukan Roh Kudus dengan seluruh orang percaya. Oleh karena itu kita tidak pernah sendirian. Kita pun tidak pernah terpisah dari Allah dalam segala persoalan yang kita hadapi. Oleh karena itu berharaplah kepada Allah dalam keadaan depressi sekali pun. Kita akan tiba juga pada moment dimana kita bersyukur kepada Allah bersama dengan semua orang percaya.

Jangan biarkan depressi menjauhkan saudara dari hadirat Allah, berharaplah sama seperti pemazmur berharap dan saudara dan saya pun akan dimerdekakan dari keadaan depressi itu dan mengalami sukacita bersama dengan orang orang kudus di hadirat Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...