Minggu 18 Juni 2017
Roh Kudus Menguatkan Orang Percaya
Keluaran 19:2 – 8a
Sekarang kita berada di Minggu Trinitatis. Jika kita perhatikan kalender gerejawi, maka kita akan menemukan bahwa pada hakekatnya, Minggu Minggu di dalam kalender Gereja itu terbagi dua. Bagian pertama berbicara tentang apa yang dikerjakan Allah bagi kita. Minggu Advent I hingga Minggu turunnya Roh Kudus. Bagian kedua berbicara tentang respon kita terhadap apa yang dikerjakan Allah bagi kita. Itu adalah Minggu Trinitatis hingga perningatan akan orang mati. Karena kita sekarang di Minggu Trinitatis, maka kita akan berbicara tentang respon kita kepada Allah.
Berdasarkan nas kita, adapun tujuan orang Israel keluar dari Mesir dikatakan Musa kepada Firaun ialah: agar mereka beribadah kepada-Ku. Tempat peribadahan itu ditentukan Allah ialah: Gunung Sinai. Di sanalah bangsa itu diterima sebagai umat Allah. di sana pun mereka mengikat perjanjian dengan Allah, bahwa Yahweh adalah Allah Israel, dan Israel adalah umat-Nya Yahweh.
Kita pun melihat fakta itu dalam perspektif kita, maka kita dapat mengatakan: Allah telah memanggil kita keluar dari kegelapan dan membawa kita berhadapan dengan dia dalam sebuah ibadah Minggu. Buku Ende HKBP NO 18 mengatakan: Aku rindu bertemu dengan wajah Tuhanku –hulului do di si, bohi ni Debatangki. Israel dibawa Allah untuk berjumpa dengan diri-Nya sendiri. Kita pun dibawa Allah untuk berjumpa dengan diri-Nya. Perjumpaan itu terjadi dalam ibadah Minggu yang kita hadiri.
Di dalam perjumpaan di Mesir itu, Allah mengingatkan bangsa Israel tentang apa saja yang telah dilakukan-Nya untuk membawa mereka ke hadapan-Nya. Kita pun seyogianya melakukan hal itu, pada saat kita hadir di hadirat-Nya dalam ibadah Minggu, atau ibadah pribadi yang kita lakukan sehari hari. Kita mengingat bagaimana kita dilahirkan kembali melalui kebangkitan Kristus, kita dijadikan anak dengan spirit of sonship.
Setelah membuat kilas balik tentang apa yang disediakan Allah bagi kita, kepada bangsa Israel Allah mengingatkan bahwa Ia telah mengikat perjanjian dengan bangsa itu. Kita pun telah mengikat perjanjian dengan Allah. Allah adalah Bapa bagi kita, sementara kita adalah anak-Nya di dalam Kristus Yesus. Darah Kristus menjadi meterai atas perjanjian tersebut.
Setelah ungkapan perjanjian tersebut, Allah pun mengungkapkan janji-Nya bahwa kita akan dibuat menjadi harta kesayangan-Nya. Tidakkah itu sesuatu yang luar biasa. Kita adalah harta kesayangan Allah dari segala bangsa. Sayang seribu kali sayang, kita tidak terlalu menyadari hal tersebut. Kita lebih melihat diri kita menjadi harta kesayangan dari dunia ini. Orang Israel adalah harta kesayangan Allah, sehingga sekali pun bangsa itu memberontak, Allah tetap memelihara kasih setia-Nya terhadap bangsa itu.
Bukan hanya itu saja, kita pun didisain Allah untuk menjadi imam, sama seperti bangsa Israel didisain Allah menjadi kerajaan Allah. Hal itu disuarakan dalam ayat 6: “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.” Nyatanya di kemudian hari, seluruh bangsa itu tidak menjadi kerajaan imam. Allah menunjuk Harun dan anak-anaknya menjadi imam bagi Allah dari antara orang Israel. Disain itu digenapi di dalam Gereja Kristus di dunia ini. Petrus mengungkapkannya dengan jelas dalam I Petrus 2:9 “Kamulah bangsa terpilih, imamat yang rajani umat yang kudus…” apa yang tidak dapat dilaksanakan orang Israel, digenapi di dalam Gereja Tuhan di dunia ini.
Sama seperti bangsa Israel memberi respon bahwa mereka akan melakukan seluruh kehendak Allah. Namun mereka gagal di dalam melakukan hal itu, karena faktor kedagingan. Lagi pula Roh Kudus belum turun pada waktu itu untuk semua orang. Lain dengan keberadaan kita. Paulus dengan tegas mengatakan dalam Filipi 4:13:”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Saudara dan saya akan dapat melakukan kehendak Allah melalui pertolongan Roh Kudus. Untuk itulah Dia hadir di dunia ini, supaya saudara dan saya dapat melakukan kehendak Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar