Senin 19 Juni 2017
Hikmat Manusia
supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.
I Korintus 2:5
Kota Korintus adalah salah satu kota yang maju pada zaman Paulus. Kota itu adalah sebuah kota pelabuhan. Kota yang diharapkan orang memberi kehidupan bagi mereka. Di sana ada banyak orang pintar yang mengedepankan hikmat manusia untuk mendapatkan kemajuan di segala bidang, termasuk dalam bidang kerohanian. Di sana Jemaat menandai bahasa roh menjadi sesuatu yang sangat bermakna. Hal ini mungkin dilatarbelakangkan ilmu rethorika yang sangat disanjung tinggi pada waktu itu.
Karena kota Korintus adalah sebuah kota yang maju, maka orang pun sangat menghargai hikmat sebagai satu ilmu yang tinggi. Paulus bersaksi bahwa ia datang ke Korintus tidak mengandalkan kata kata yang indah, sebagaimana dilakukan oleh mereka yang belajar ilmu berbicara di hadapan orang banyak, yakni rethorika. Paulus tidak bersandar pada hikmat manusia, untuk mengutarakan Injil Yesus Kristus.
Ada satu hal yang disebut orang berhikmat di Korintus, tentang iman Kristen. Hal itu ialah: kebangkitan dari antara orang mati. Bagi orang Yunani yang diam di Korintus, hal tersebut adalah sebuah kebodohan. Sebab bagi mereka, keselamatan itu sendiri dimaknai terpisahnya tubuh dari jiwa. Tubuh dipandang oleh hikmat Yunani adalah penjara bagi jiwa. Selamat bagi orang berhikmat di kota itu maknanya ialah bebasnya jiwa dari penjara tubuh. Di sisi lain orang Kristen memberitakan kebangkitan tubuh. Bukankah hal itu membuat jiwa terpenjara kembali?
Sekali pun Injil bertentangan dengan hikmat Yunani, Paulus berani memberitakan Injil di kalangan orang Yunani di Korintus. Ia bersandar kepada hikmat Allah dan kekuaatan Allah. pengalaman pribadi Paulus dalam rangka memberitakan Injil di Korintus, dibuat Paulus sebagai argumen terhadap orang yang kurang percaya di Jemaat itu. Kenyataan mengatakan bahwa ada Jemaat di Korintus, sekali pun berita Injil tidak sesuai dengan hikmat orang Yunani. Hikmat Allah jauh lebih tinggi dari hikmat manusia. Itu kata Paulus kepada Jemaat Korintus.
Hal yang sama pun sekarang kita temukan di dalam hidup ini. Kita terbagi ke dalam dua pemahaman. Kita hidup dengan memakai hikmat manusia dan hikmat Allah. hikmat manusia berpusatkan pada diri sendiri. Segala sesuatu dilakukan dalam rangka memuaskan keinginan diri sendiri. Diri kita menjadi pusat dari segala sesuatu di dalam hidup yang kita jalani. Bahkan kita mampu mengurbankan orang lain, jika hal itu dalam rangka memuaskan keinginan diri kita sendiri. Nyanyian yang disuarakannya ialah bagiku dan bagiku.
Di sisi lain, ada juga hikmat Allah. obyek yang menjadi pusat di dalam hikmat Allah ini ialah: Yesus Kristus. Paulus mengatakan: “Bukan lagi aku melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidup yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriiiii-Nya untuk aku!” Gal 2:20.
Nyanyian dari hikmat ini ialah: “Untuk Tuhan untuk Tuhan.” “Apa pun juga yang perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Kata Paulus dalam Kolose 3:23. Secara manusia, kita pasti akan menganut hikmat manusia. Sebab hal itulah yang kita lihat dan yang diajarkan kepada kita, oleh generasi yang sebelum kita.
Orang bisa berpindah dari hikmat manusia ke hikmat Allah, itu hanya dapat terjadi, oleh karena campur tangan Allah di dalam diri kita. Tidak ada orang dari dalam dirinya sendiri akan pindah dari hikmat manusia ke dalam hikmat Allah. sebab hikmat Allah adalah sesuatu yang asing bagi kita. Tetapi itulah kasih karunia Allah bagi kita. Kita dipilih untuk dipindahkan dari hikmat manusia yang kita warisi dari dunia ini. Kita dipindahkan ke dalam hikmat Allah. Itulah yang disebut Alkitab dengan lahir baru.
Kita diciptakan baru, sehingga beroperasi hikmat Allah di dalam diri kita. Orientasi kita pun berubah. Diri sendiri diganti menjadi Yesus Kristus. Secara internal pun Roh Kudus mengubah pribadi kita menjadi pribadi Kristus Yesus. Oleh karena itu iman kita tidak lagi didasarkan pada hikmat manusia, tetapi hikmat Allah. karena kita sekarang memiliki hikmat Allah, maka tidak mungkin lagi kita akan masuk ke neraka, tetapi masuk surga karena kita telah diubahkan menjadi serupa dengan Yesus Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar