Minggu 25 Juni 2017
Tahu
Roma 6:1 – 11
Rasul Paulus menekankan bahwa seorang Kristen harus tahu apa makna dari ritus yang sudah dilaksanakan kepadanya. Salah satu contohnya ialah: baptisan. Sebuah pertanyaan perlu kita ajukan pada diri kita masing-masing; apakah kita tahu makna dari baptisan yang sudah kita terima? Dituturkan orang tentang Martin Luther dengan baptisan yang dia terima. Satu hari iblis mendatanginya dan mengungkapkan kepada Martin Luther betapa berdosanya dia di hadapan Allah. Luther menjawab: aku sudah dibaptis. Pada waktu itu juga iblis undur dari diri Martin Luther. Hal itu dapat terjadi demikian, hanya karena Luther tahu persis makna dari Baptisan yang sudah diterimanya.
Apakah artinya baptisan yang kita terima itu? Rasul Paulus menjawab di dalam nas kita pada pagi hari ini, baptisan ialah: kita dicelupkan dengan Kristus Yesus. Kita dimasukkan ke dalam Kristus Yesus. Sebelum kita teruskan, kita mengajukan pertanyaan, siapakah yang memasukkan kita ke dalam Kristus Yesus? Jawabannya ialah: Allah sendiri. Cf I Kor 1:30. Jadi jika Allah yang memasukkan kita ke dalam Kristus Yesus, sementara jalan masuk ke dalam Kristus Yesus itu adalah baptisan, maka pada hakekatnya Allah sendirilah yang membaptis kita melalui pendeta yang menjadi perantara Allah untuk membaptis.
Berdasarkan ayat 3 dan ayat 4 pembacaan kita pada pagi hari ini, melalui baptisan itu, kita dihisapkan ke dalam Kristus. Kita ada di dalam Kristus. Karena kita ada di dalam Kristus, maka seluruh pengalaman Kristus dalam karya-Nya itu, kita terlibat di dalamnya. Kristus mati, kita pun mati. Kristus mati karena keberdosaan manusia, kita pun mati karena keberdosaan kita. Kristus dikuburkan, maka kita pun turut dikuburkan. Tidak hanya itu saja. Kristus bangkit dari antara orang mati, kita pun turut dibangkitkan dari antara orang mati.
Kebangkitan Yesus dari antara orang mati itu, adalah satu kebangkitan ke dalam hidup yang baru. Dosa tidak lagi berkuasa atas diri Yesus. Hal itu dibuktikan dengan tidak mampunya lagi maut mejangkau hidup barunya Yesus Kristus. Hal yang sama pun terjadi kepada diri kita. Dosa tidak lagi berkuasa di dalam hidup kita. Bagi Martin Luther hal ini adalah sesuatu yang pasti di dalam dirinya, karena ia mengaminkan apa yang difirmankan Allah kepadanya di dalam Alkitab ini, khususnya nas bacaan kita pada pagi hari ini.
Paulus mengulang lagi dalam nas kita bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya. Lalu dibangkitkan dalam manusia baru, sama seperti yang dimiliki Yesus Kristus. Sekarang kita tahu bersama bahwa kita telah mendapatkan hidup yang baru. Lalu di dalam ayat 11 Paulus menasihati kita dengan mengungkapkan sebuah istilah pembukuan. Paulus mengatakan: “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” Kata memandangnya di sana adalah istilah pembukuan. Jika kita berkerja sebagai seorang pemegang buku keuangan, maka ada dua jalur di dalam buku keuangan itu. Satu jalur debet dan satu lagi jalur kredit. Seorang pemegang buku jika menuliskan sejumlah angka di jalur debet, maka ia pun harus menuliskan jumlah yang sama di jalur kredit.
Sekarang mari kita tuliskan di jalur debet kita adalah orang berdosa yang harus mati karena keberdosaan kita. Namun supaya balans, kita pun harus menuliskan di jalur kredit bahwa kita telah dibangkitkan di dalam Kristus. Jika demikian maka pembukuan kita menjadi seimbang dan benar adanya.
Orang sering hanya menuliskan di dalam buku hariannya bahwa ia adalah orang berdosa, tanpa mengisi alat keseimbangannya di jalur kredit. Maka pembukuannya tidak laku dan tidak operasional. Bukukan jugalah di jalur kredit bahwa saudara dan saya sudah bangkit dari antara orang mati bersama Kristus. Baptisan itu adalah tanda dari kematian dan kebangkitan Kristus itu dalam hidup kita.
Oleh karena itu, janganlah menempatkan baptisan kita itu di satu hari di masa lalu saja. Buatlah baptisan itu sesuatu yang relevan di dalam kehidupan sehari hari. Luther mengajarkan kita, bahwa air baptisan kita itu mengikut kita dari belakang. Jika kita jatuh ke dalam dosa, kita jatuh ke dalam air baptisan kita. Itulah yang diajarkan Martin Luther. Luther mengatakan demikian dengan membuat pengalaman orang Israel sebagai satu analogi. Cf I Kor 10:4, air batu karang yang dipukul Musa itu mengikut orang Israel dari belakang. Batu karang itu adalah Kristus sendiri.
Sekarang kita sudah tahu, oleh karena itu andalkanlah baptisan saudara dengan makna yang sudah dijelaskan di atas dalam berhadapan dengan pergumulan hidup. Selamat menikmatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar