Mahakuasa
Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut, pada waktu naik gelombang-gelombangnya, Engkau juga yang meredakannya.
Mazmur 89:10
Bahasa Ibrani miskin dalam kosa kata, tetapi kaya dalam perlambang. Laut di dalam pemahaman orang saleh dalam Perjanjian Lama menggambarkan kekuatan musuh Allah yang hendak menenggelamkan keberadaan umat Allah. Hal itu bersumber dari pengalaman bangsa itu berjalan di tengah laut teberau. Namun pemazmur melihat dalam nas kita, bahwa Allah berkuasa untuk memerintah atas laut dengan gelombang laut yang mencoba menenggelamkan segala yang ada di dalamnya.
Keberadaan Gereja Tuhan di negeri Uni Soviet dapat menjadi satu contoh yang sangat pas untuk direnungkan. Stalin memerintahkan agar semua anak yang lahir di Uni Soviet, pertamat-tama, mereka itu adalah anak negara. Orang tua dilarang untuk mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan filosofi negara yang komunis kepada anak anak mereka. Dengan demikian Stalin berharap, sejalan dengan berlalunya waktu, maka Gereja Tuhan pun akan sirna di Uni Soviet. Inilah kecongkakan laut pada waktu naik gelombangnya, s bagaimana diungkapkan pemazmur. Allah yang memerintah. Kenyataannya bukan Gereja Tuhan yang sirna di negeri Rusia, tetapi Uni Soviet yang sirna dari muka bumi. Hingga sekarang Gereja Tuhan tegak berdiri di sana.
Pengalaman Gereja purba pun demikian juga adanya. Gereja diburu dan disiksa oleh penguasa Roma. Orang Kristen menjadi mangsa singa-singa lapar di arena hiburan orang Roma yang haus akan hiburan itu. Namun pada akhirnya kekaisaran Roma itu jatuh ke tangan Kristus, dengan dikeluarkannya dekrit dari Kaisar Konstantianus yang mengatakan agama Kristen menjadi agama negara. Gelombang laut yang begitu menyeramkan orang Kristen pada mulanya, sekarang ditaklukkan oleh kekuatan kasih karunia Allah.
Allah tidak hanya peduli dengan masalah besar dari Gereja-Nya. Ia juga peduli dengan urusan pribadi dari anak-anaknya yang sedang mengalami gelombang kehidupan yang hampir menenggelamkan mereka. Ada seorang janda dengan lima anak. Anak yang paling besar bertugas mencari nafkah dengan jalan supir mikrolet. Sang anak jatuh sakit berhari hari, sehingga tiba pada satu hari, mereka tidak punya apa apa lagi untuk dimakan.
Sang janda mengumpulkan anaknya yang sedang lapar dan mengajak berdoa, dan memuji Allah karena Ia baik. Anaknya yang sudah remaja protes. Ia berkata: jika Allah itu baik, mengapa Ia biarkan kakak sakit dan tidak dapatkan uang sehingga kita kelaparan. Sang janda itu merangkul anaknya dan berkata: Allah kita itu baik. Lalu ia berdoa sambil merangkul anak-anaknya. Tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk. Sang ibu itu berkata kepada anaknya, bukalah pintu itu, malaikat Tuhan datang.
Anak tersebut membuka pintu dan di depannya bediri seorang bapa yang berkata: Tuhan memerintahkan saya untuk memberikan amplop ini untuk keluarga ini. Ia memberikan amplop itu dan pergi. Amplop dibuka, dan di dalamnya ada uang yang cukup untuk belanja mereka untuk satu bulan. Malaikat Tuhan tidak senantiasa dalam wujud bersayap seperti yang kita pahami. Malaikat Tuhan bisa saja orang biasa yang diutus Tuhan untuk memberikan pertolongannya kepada anak anak-Nya. Sudahkah saudara pernah dipakai Tuhan jadi malaikat-Nya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar