25/03/17

Dipilih dan Diurapi Allah



Nas Bacaan: I Samuel 16:1  13                                      


Dipilih dan Diurapi Allah

Ada dua tokoh yang akan kita soroti di dalam nas kita ini, yakni Samuel dan Daud. Menarik untuk disimak, Samuel berdukacita karena Saul yang ditolak oleh Allah sebagai raja atas Israel. Pernahkah saudara dan saya berdukacita atas kegagalan seorang pemimpin memimpin bangsa dan negaranya? Samuel berdukacita karena Saul gagal memenuhi tuntutan Allah atas umat pilihan-Nya. Tidakkah hal ini menarik hati kita?

Untuk menghibur hati Samuel, dan juga untuk memenuhi kebutuhan dari bangsa itu atas hadirnya seorang raja yang akan memerintah bangsa Israel seturut kehendak Allah, maka Samuel disuruh untuk mengurapi salah seorang dari anak Isai menjadi raja. Tugas ini pun adalah sebuah tugas yang berbahanya. Sebab Samuel yang mengurapi Saul menjadi raja. Jika ketahuan kepada Saul, bahwa Samuel telah mengurapi seseorang menjadi raja, maka ada kemungkinan ia akan dibunuh. Hal ini diutarakan Samuel kepada Allah. Ternyata ada jalan keluar. Senantiasa ada jalan keluar bagi masalah orang percaya.

Sekarang marilah kita melihat pribadi dari Daud. Ia adalah anak yang paling bungsu di keluarganya. Dari sudut pandang manusia, ia tidak masuk hitungan. Hal itu terbukti dari tidak hadirnya ia di dalam rumah, pada hal ada pesta besar di rumahnya. Ia hanya ditempatkan menggembala kambing domba di padang Efrata. Tatkala abangnya yang paling besar diperhadapkan pada Samuel, ia merasa di hadapannya telah berdiri orang yang akan diurapi Allah sebagai raja. Hal itu dipikirkannya demikian karena ia  melihat postur tubuhnya yang tegap. Ternyata Allah menolak dia. Allah tidak melihat hal lahiriah, tetapi yang batiniah.

Akhirnya Daud harus dihadirkan di rumah, di hadapan Samuel. Tatkala ia hadir, Allah memberi perintah kepada Samuel, agar mengurapi Daud sebagai raja untuk bangsa Israel. Allah yang memilih Daud sebagai raja dan mengurapi Daud untuk melakukan tugasnya memimpin bangsa Israel masuk ke dalam kemuliaan. Pilihan Allah jatuh berdasarkan hak prerogatif-Nya sendiri. Pilihan manusia tidak berlaku bagi Allah. Keberadaan manusia tidak berkenan di hadapan Allah. Daud yang tidak masuk hitunganm, justru ia yang dipilih oleh Allah.

Daud yang tidak masuk hitungan itu, diangkat Allah menjadi raja atas seluruh bangsa Israel. Ia diberkati menjadi penguasa yang berjaya di tengah dunia yang dikenal pada waktu itu. Hatinya pun bertaud kepada Allah. Bahkan Allah mengikat perjanjian dengan dia, dengan menjanjikan bahwa keturunannya akan memerintah untuk selama-lamanya. Janji itu digenapi mutlak di dalam diri Yesus Kristus Tuhan kita. Sebab ia secara manusia adalah keturunan Daud.

Daud diangkat dari gembala di padang Efrata menjadi orang mulia dan menjadi raja. Penulis surat Ibrani mengatakan bahwa Allah kita itu adalah Allah yang membawa banyak orang masuk ke dalam kemuliaan. Cf Ibrani 2:10. Adakah Allah juga membawa saudara dan saya masuk ke dalam kemuliaan yang ada di dalam Kristus Yesus?

Daud tidak serta merta masuk ke dalam kemuliaan. Ia harus menunggu waktu yang lama, sehingga secara defakto ia menjadi raja atas Israel. Di sepanjang penantian itu Daud mengadapi pergumulan hidup. Bahkan sepertinya akan kehilangan nyawa. Namun ia menyerahkan diri ke dalam pemeliharaan Allah. Pada akhirnya ia tiba juga pada kemuliaan tersebut. Hal yang sama pun terjadi atas diri kita. Kemuliaan Allah telah didepositkan kepada kita. Puncaknya akan kita temukan pada hari penghakiman, tatkala kita dimahkotai dengan mahkota kemuliaan. Adakah pengharapan seperti itu di dalam diri saudara?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...