Saat Teduh
Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk
merenungkan janji-Mu.
Mazmur 119:148
Ada
pepatah orang Batak yang mengatakan: orang yang menikmati sesuatu dari satu
hal, senantiasa akan bertanya masih adakah? Tetapi jika ia jera atas sesuatu
itu, maka ia akan pantang mengulangnya
kembali. Pepatah itu dapat kita terapkan dalam relasi kita dengan Allah.
Tatkala kita menikmati sesuatu dari relasi dengan Allah, maka kita pun akan
ketagihan dan ada kerinduan untuk mengulang pengalaman dengan Allah tersebut.
Seperti itulah yang dialami pemazmur di dalam nas kita pada pagi hari ini.
Pagi
hari adalah waktu yang terbaik untuk datang kepada Allah dan menikmati
persekutuan dengan Dia. Kita tahu Yesus memberi teladan bagi kita. “Pagi-pagi
benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat
yang sunyi dan berdoa di sana.” Markus 1:35. Sama seperti pemazmur, Yesus mendahului waktu jaga malam
untuk menikmati persekutuan dengan Bapa-Nya yang di surga. Pemazmur dan Tuhan
Yesus menikmati hal tersebut, sehingga mereka mendahului waktu jaga malam tiba.
Karena mereka menikmati sukacita di dalam persekutuan dengan Allah.
Syair
lagi ini mengutarakan bagaimana saat teduh pada pagi hari membawa berkat bagi
mereka yang merindukannya: “Jam sembahyang yang kudus bila engkau keluh, pada Tuhan yang tahu kesusahanmu. Dengan hati beriman, biar dia pergi segra. Klak kau rasa sentosa, duduk disitulah. Bersembahyanglah Pada Bapanya, dengan nama Yesus Turut kehendaknya.”
Bagi pemazmur, saat teduh pagi hari itu sangat
berharga di matanya. Oleh karena itu jiwanya sangat merindukannya, sehingga ia
mewajibkan dirinya untuk berlomba dengan waktu jaga malam, dalam rangka
menemukan waktu teduh di pagi hari. Martin Luther sang Reformator pun melakukan
hal itu. Ia menghabiskan waktu tiga jam berturut turut untuk berdoa pada pagi
harinya. Dari pengalamannya itu, Luther mengucapkan sebuah perkataan yang tenar
di kalangan orang percaya sampai pada hari ini: “Doa mengerjakan separuh dari
usaha kita.”
George Muller pun dikenal sebagai orang yang
berdoa. Lututnya sampai kapalan oleh karena ia berdoa sambil bersujud dan
lututnya kena ke tanah. Ia menghembuskan nafasnya yang terakhir pada saat ia
berdoa. Orang tahu bahwa ia sudah meninggal, oleh karena dilihat terus dalam
posisi sujud, pada hal sudah dalam waktu
yang sangat lama. Ia meninggal di altar Gereja tempat ia melayani dalam
keadaan sujud berdoa. Bagi mereka, saat itu adalah saat yang terbaik untuk
mereka menikmati persekutuan dengan Allahnya.
Sebuah pertanyaan perlu diajukan pada kita
masing-masing: bagaimana dengan saat teduh saudara dan saya. Apakah kita
menikmati jam sembahyang yang kudus itu. Nas kita ini merupakan sebuah ajakan
untuk menikmati waktu teduh yang kudus itu dengan sukacita. Di sebuah lemari es
yang ditempatkan di ruang makan, di pintunya ada sebuah stiker dalam bahasa
Inggris tertera sebagai berikut: no Bible no breakfast – tidak ada sarapan
pagi sebelum membaca firman Allah. bagaimana dengan saat teduh saudara sekarang
ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar