Warisan
Tali pengukur jatuh bagiku di tempat-tempat yang
permai; ya, milik pusakaku menyenangkan hatiku.
Mazmur 16:6
Sebelum nas kita, pemazmur mengatakan bahwa warisannya
adalah Tuhan sendiri. Hal ini berhubungan dengan kisah yang lama, dimana orang
Israel mendapat pembagian tanah Israel. Itu menjadi milik pusaka dan warisan
mereka dari Allah. Satu hal yang pasti soal pembagian tanah itu, para imam
tidak mendapat bagian, sebab bagian
mereka ialah Allah sendiri. Mereka hidup atas persembahan orang Israel kepada
Allah.
Imam kerjanya adalah orang yang dikhususkan untuk
melayani Tuhan di Bait Allah. Mereka diperkenankan mendekat kepada Allah,
sementara orang Israel dilarang dan diancam akan binasa jika mendekat. Dalam
kehidupan sehari hari, orang Israel dapat menjadi orang kaya oleh karena usaha
mereka. Tetapi imam tidak punya kesempatan mengembangkan usaha, sebab mereka
tidak diperkenankan mengerjakan apa pun selain dari melayani Tuhan di Bait Allah.
Sekali pun keadaan seperti itu, pemazmur berkata: “Tali pengukur jatuh bagiku di
tempat-tempat yang permai; ya, milik pusakaku menyenangkan hatiku.” Ternyata
pemazmur mendapatkan kelimpahan yang menyenangkan. Pengalaman orang percaya di
sepanjang zaman membuktikan pengalaman rohani seperti pemazmur ini. Mazmur ini
ditulis oleh Raja Daud. Ia seorang raja yang sukses dalam memimpin kerajaannya.
Ia tidak bersandar pada harta benda yang ada padanya. Ia mengatakan bahwa
warisannya adalah Tuhan sendiri. Karena ia membuat menjadi bagiannya, maka ia
pun mendapat warisan yang permai dan menyenangkan.
Sebuah pertanyaan perlu diajukan pada diri kita
masing-masing: apakah yang menjadi warisan dan milik pusaka bagi saudara dan
saya. Apakah harta benda di dunia ini yang menjadi harta warisan saudara yang paling berharga?
Atau Tuhan sendiri yang menjadi harta warisan dan milik pusaka yang tidak akan
pernah hilang dari kehidupan ini. Kita seharusnya kaya secara rohani, dan tidak
harus secara jasmani. Dalam perumpamaan orang kaya yang bodoh, Tuhan Yesus
mengatakan bahwa setiap orang harusnya kaya di hadapan Allah. Dalam Lukas 12:21
Tuhan Yesus mengatakan: “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan
harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Penulis sendiri bukanlah orang yang punya harta.
Penulis dapat mengatakan bahwa diri ini adalah seorang yang berada di atas
garis kemiskinan secara bendawi. Tetapi Allah yang Mahakasih memberikan tali
pengukur di tempat yang permai secara rohani. Sama seperti Paulus yang berkata:
ia adalah orang yang tidak punya, tetapi memperkaya banyak orang, penulis juga
memperkaya orang secara rohani. Melalui pelayanan secara pribadi terhadap para
pemuda dan pemudi, mereka diperkaya secara rohani, menjadi orang yang berhasil
secara ilmu dan ekonomi, tetapi tetap orang yang hidup berdasarkan iman. bahkan
melalui pelayanan terhadap para pemuda, beberapa di antara mereka sudah ada
yang me njadi pendeta di beberapa
Gereja. Tali pengukur ditempat tempat yang permai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar