15/04/11

INMEMORIAM VI



Para Navigator

Tiur secara rohani dibesarkan oleh Para Navigator Indonesia. Ia melayani di Lembaga Pekabaran Injil ini sejak ia mengenal Tuhan Yesus secara pribadi, sampai kami menikah. Teman-teman dari persekutuan Para Navigator ini mengadakan acara kebaktian penghiburan bagi kami di rumah duka. Firman Tuhan diberitakan oleh saudara Alex Mamesah. Ia menyebut Tiur, sebagai kakak, rekan dan teman curhat. Pada waktu itu rupa-rupanya Pendeta Mangapul ada di ruangan itu, tatkala acara ini berlangsung. Dalam Mailing List Doakan HKBP, beliau menulis sebagai berikut:

Tadi saya ngelayat ke sana. Setelah sekitar 30 menit duduk, kelompok Navigator mengadakan ibadah penghiburan. Sungguh terkesan melihat sekitar empat puluh orang berdiri menyatakan duka yang dalam. Mereka mengaku sebagai sahabat, rekan, murid, tempat curhat dari inang almarhumah tersebut. Sementara ibadah berlangsung, tiba-tiba saya terpikir, sayang buku terbaru tersebut hanya memuat foto bang Hotman Siahaan.

Sekiranya foto mereka berdua, alangkah indahnya. Buku itu akan menjadi kenang-kenangan bagi banyak orang yang merasa kehilangan. Toh, sebagaimana ditulis di bawah, buku itu berisi kisah perjalanan mereka berdua, melangkah dengan setia melayani Tuhan. Barangkali, judulnya malah dapat diganti menjadi 'SETIA SAMPAI AKHIR". Saya kira, judul itu tepat menggambarkan kehidupan beliau (almarhumah). Salam duka, Mangapul Sagala.

Navigator menanamkan sesuatu yang berharga di dalam hidup Tiur. Tiur masih melayani kelompok pemuridan yang dipimpinnya hingga akhir hidupnya. Ia memimpin kelompok kecil ini setiap hari Rabu. Pada hari Rabu tanggal 28 Nopember 2007 ia masih memimpin kelompok ini. Mereka masih sepakat untuk bertemu pada hari Rabu tanggal 5 Desember 2007. Temannya yang setia mengikuti kelompok ini mengatakan ia tidak bisa hadir pada hari Rabu itu, karena satu dan lain hal. Pada hari Jumat tanggal 7 Desember 2007 ia masuk Instalasi Rawat Intensif (IRI). Pada hari Senin tanggal 10 Desember 2007 ia menghembuskan nafas yang terakhir. Saudara yang kekasih, yang menemani Tiur belajar dalam kelompok pemuridan, dan yang terakhir menyertai dia pada hari Rabu itu menulis kesan sebagai berikut:

Saya sangat beruntung diajak oleh kak Tiur dalam Penelahan Alkitab (PA) kelompok kecil yang dipimpinnya. Di sini saya banyak berlajar mengenai firman Tuhan. Kak Tiur adalah sosok yang keras dalam mengajar karena dia sangat mengasihi kami. Karena kasih itu membuat dia selalu mengingatkan kami untuk selalu membaca dan merenungkan firman Tuhan.

Dia juga sangat memperhatikan dan mengasihi kami sebagai murid-muridnya dan tidak jemu-jemunya kak Tiur mendorong kami untuk mengulang-ulang ayat-ayat yang harus kami hafal supaya kami bertumbuh iman dan supaya kami menjadi anak Tuhan seperti yang dia inginkan, sehingga tujuan dari Penelahan Alkitab ini dapat tercapai.

Kak Tiur mempunyai prinsip yang kuat dalam mengajar, ia selalu konsisten dalam Penelahan Alkitab kelompok kecil ini. Dia selalu ingin membagikan firman Tuhan kepada setiap orang, kami selalu diharuskan untuk membuat catatan-catatan kecil mengenai saat seduh, apa saja yang kami dapat dari firman tersebut dan bagaimana harus kami melakukannya dalam kehidupan kami sehari-hari. 

Kak Tiur tidak pernah putus asa dan lelah dalam mengajar. Sekalipun  dalam keadaan sakit, dia masih terus berjuang dan mendorong kami terus untuk melanjutkan Penelahan Alkitab. Saya sangat bersyukur dapat mengenal St. Hotman Siahaan dan Kak Tiur, Tuhan sungguh baik kasihNya luar biasa. (Nunuk Nugrahanti)


Navigatorlah yang mendidik Tiur untuk setia dalam panggilannya melayani Tuhan dalam kelompok pemuridan. Mereka juga mengakhiri hidup Tiur dengan sangat indah, melalui acara penghiburan yang dilaksanakan pada waktu itu. Acara itu dipimpin oleh saudara Marihot Hutabarat sebagai pemandu acara. Aleks Mamesah melayani pemberitaan Firman Tuhan. Edward Napitupulu menyampaikan kata sambutan dan Naek Sembiring Meliala menutup acara di dalam doa. Tiur menyapa Naek dengan sebutan mas Naek. Mas Naeknya ini menulis sebuah tulisan tentang Tiur untuk konsumsi kalangan Navigator. Karena Tiur dari kalangan ini maka saya memberanikan diri untuk mengutip tulisan tersebut di sini. Adapun tulisan itu adalah sebagai berikut:


YANG TERKASIH KAK TIUR....
(oleh: Naek S Meliala, 10 Desember 2007)

Mungkin sebagian besar kita mengenal sosok yang sering dipanggil dengan Kak Tiur. Saya kenal kak Tiur sejak bergabung di Navs awal-awal tahun 1976-1977. Aneh tapi nyata, kak Tiur selalu memanggil saya dengan sebutan 'mas Naek...'. Kak Tiur juga merupakan sekretaris Navs sejak medio 1970'an di kantor seluas garasi dan juga berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya di sekitar kampus ITB. Kak Tiur bukan saja dikenal sebagai sekretaris Navs yang bicara ceplas-ceplos alias apa adanya tapi juga sekaligus tempat 'curhat' bagi banyak teman-teman tentang masalah yang satu ini: 'teman hidup'. Akhir tahun 1970 atau awal 1980, regu ITB/Navs Bandung dibagi dalam berbagai regu. Saya, Alamta, Roberton, dan Yakup Tarigan menjadi satu regu dengan kelompok wanita yg dipimpin oleh kak Tiur. Kala itu, Navs berkantor di Jl. Dipatiukur 'nebeng' dengan kantor PT. Pisga E C.

Setelah saya tamat Maret 1983, saya kehilangan kontak dengan kak Tiur. Dan baru bertemu lagi setelah satu dekade lebih dalam persekutuan PA staf plus di Jakarta. Saat itu kak Tiur tidak sendirian lagi, bang Hotman Siahaan telah berhasil menyuntingnya. Mereka berdua sungguh sangat semangat melayani Tuhan di antara remaja, keluarga muda, dan ibu-ibu di jemaat HKBP Menteng Jl. Jambu Jakarta. Sejarah hidup setiap kita adalah bukti kasih dan penyertaan Tuhan walau pun kerikil, duri, dan bara api yang harus dilewati.
Beberapa tahun belakangan ini kesehatan kak Tiur sangat menurun. Setahun belakangan ini dia harus cuci darah 2 kali/minggu. Dan Jumat kemaren kak Tiur masuk lagi RS Cikini Jkt. Kemaren sore kami menjenguk kak Tiur yang tak sadarkan diri lemas berbaring di ICU. Damaris, Linda Sitanggang, Nana, Aty Patras, dan saya berdiri lemas disamping kak Tiur dan tak tahan kami menahan air mata melihat perjuangan kak Tiur hanya sekedar utk bernafas...!
Bang Hotman dengan setia mendampingi tak kuasa menjerit menangis dan saya memeluknya erat-erat disamping kak Tiur yang tak ada reaksi yang berarti...Terima kasih dan mohon dukungan doanya bagi kak Tiur dan keluarga,

Terima kasih saudara-saudara yang kekasih. Saya berharap, agar persekutuan kita tetap langgeng di dunia ini, sekalipun Tiur sudah tidak bersama kita lagi.


Kebaktian Keluarga

Keluarga besar dari orang tua kami memutuskan akan mengadakan kebaktian keluarga untuk terakhir kalinya bersama dengan Tiur, pada hari Rabu pagi tanggal 12 Desember 2007. Salah seorang dari tujuh adik saya, melayani sebagai pendeta di Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI). Ia melayani pemberitaan firman Tuhan dalam ibadah keluarga tersebut. Ia mengutip nas dari Surat Paulus kepada Jemaat Filipi, pasal 1:12-26. Tatkala mendengar penjelasan atas nas tersebut, Roh Kudus menanamkan di dalam hati saya hal-hal sebagai berikut:

1.    Apa yang terjadi atas kehidupan ini, seharusnya membawa kemajuan Injil. Itu yang dikatakan Paulus dalam ayat 12. Dari ceritera orang tentang apa yang kami alami – saya dan Tiur – orang mengalami kemajuan iman. Sekalipun untuk itu, saya dan Tiur harus menderita, sama seperti Paulus juga harus menjalani pemenjaraan.

Saya masih ingat, tatkala kami menikah di Bandung, ada seorang gadis teman Tiur yang sudah berumur juga sama seperti Tiur, dia mengatakan: ’Sekarang kak, aku tidak takut lagi tidak akan kawin. Setelah kakak menikah. Iman kakak membuktikan bahwa Allah dapat dipercaya“. Sekarang, tatkala Tiur meninggalkan dunia ini, ada adik kandung saya mengatakan kepada saya secara pribadi: “sekarang saya dapat melihat dengan kaca mata iman, bahwa Allah itu hidup. Ia dapat dipercaya. Hal itu terlihat dalam kehidupan kalian berdua“. Apa yang terjadi kepada kami, membawa berkat pertumbuhan iman bagi orang lain. Itulah kasih karunia Allah bagi saya dan Tiur.

2.    Paulus tahu, akhir dari penderitaannya ialah: keselamatan karena doa-doa orang kudus. Saya pun juga tahu, bahwa akhir dari kehidupan ini adalah keselamatan karena doa-doa dari teman-teman yang peduli dengan kami. Sekarang saya yakin, sekali pun Tiur sudah pergi, saya sudah pensiun dan tidak ada pekerjaan tetap, selain melayani Tuhan, bukan sebagai pekerja full time, Allah dapat dipercaya. Ia akan menyelamatkan saya dari kekurangan biaya hidup sehari-hari. Biaya yang cukup, sekalipun sangat besar untuk ukuran saya secara pribadi terpenuhi selama ini, bagaimana mungkin Allah tidak akan melanjutkan pemeliharaan-Nya bagi jiwa yang rindu melayani Dia? Mustahil.

Lagi pula, saya yakin, bahwa tidak ada yang dapat memisahkan saya dari kasih Allah yang ada di dalam Kristus Yesus Tuhanku. Tiur telah mengahiri kehidupannya, ia selamat di tangan Tuhan. Tatkala aku akan menyusul dia kelak, aku pun ada di dalam keselamatan. Betapa indahnya menjadi murid Tuhan Yesus, kita aman di tangan-Nya.

3.    Karena keselamatan yang begitu pasti, maka dalam hati ini hanya ada satu kerinduan, yakni: Tuhan dipermuliakan di dalam hidup maupun mati kami. Tiur telah mempermuliakan Tuhan dalam hidupnya, dengan jalan melayani Dia, bahkan dalam keadaan tubuh yang sudah rapuh. Ia masih pimpin pemuridan hingga minggu terakhir dia menghembuskan nafas terakhir. Akupun kerinduannya hanya itu, memuliakan Tuhan dengan segala keberadaan yang diberikan-Nya.

Dalam setiap doa yang kami naikkan setiap hari, bahkan juga tatkala bersyukur untuk makanan dan minuman yang akan dinikmati, kami mengatakan agar Tuhan mempermuliakan nama-Nya melalui apa yang kami sedang jalani. Allah dipermuliakan dalam hidup dan matinya kami berdua. Semoga.

4.    Kerinduan itu mengakibatkan kami memaknai kehidupan yang sedang dijalani ini adalah demi Kristus. Jika Ia menuntun ke arah mana pun, maka kami akan ikut Dia, sekalipun hal itu tidak enak. Aku telah berjalan bersama dengan Tuhan dari sejak muda hingga hari ini, semuanya itu untuk Tuhan. Kiranya Ia memampukan hamba-Nya ini untuk tetap setia. Sekarang aku kembali dalam kesendirian di dalam melayani Tuhan. Setelah Allah memberikan kepada saya teman pewaris kehidupan untuk masa waktu yg cukup lama bersama dengan Tiur, kini aku masuk ke dalam tahap lanjutan. Aku sendiri tidak tahu arahnya Tuhan mau bawa kemana! Tetapi satu hal yang pasti ialah: aku akan tetap melayani.

5.    Karena hidup ini adalah untuk Tuhan, maka aku akan tinggal di dunia ini selama Tuhan menghendakinya. Seperti sudah diungkapkan di atas, dimana aku pernah meminta agar Tuhan mengambil nyawa ini, sejak saat itu, hidup ini adalah sebuah kesempatan kedua. Jadi bagi Dia kemuliaan hingga selama-lamanya. Tatkala saya merenungkan kesimpulan ini, beberapa hari setelah penguburan dilaksanakan, maka saya menaikkan doa kepada Allah sebagai berikut:

Ya Allah Bapa yang kudus di dalam Yesus Kristus Tuhanku, aku akan menjalani lagi tahap kedua dari dalam kehidupan ini bersama-Mu. Aku rindu, agar dapat melayani Engkau lebih baik lagi dari pada  waktu-waktu yang telah berlalu itu. Aku rindu, agar aku dapat menolong orang untuk menemukan kasih karunia-Mu, karena Engkau mau memenangkan mereka demi kemuliaan nama-Mu.

Tatkala Engkau menghibur hati yang berduka ini melalui teman-teman yang mengatakan bahwa mereka adalah anak-anak bagi hamba-Mu ini, aku rindu, aku dapat memenangkan sebanyak mungkin pasangan-pasangan muda untuk kemuliaan bagi nama-Mu yang kudus itu. Pasangan-pasangan muda yang belum menikmati kasih karunia-Mu. Pakailah hamba-Mu ini, sebab untuk itulah hamba-Mu ini hidup.

Ya Bapa yang kudus, hamba-Mu teringat akan lirik dari lagu: “Sudakah yang terbaik kuberikan kepada Yesus Tuhanku. ...Berapa yang terhilang telah kucari dan kulepaskan yang terbelenggu?[1] Pakailah hamba-Mu ini untuk melepaskan mereka, dan membawa mereka ke dalam persekutuan yang indah dengan Engkau dan sesama. Dalam Kristus Tuhanku yang membuat aku menjadi anak-Mu. Amin!

Khotbah Pendeta Mauli Siahaan menghiburkan hati saya. Kelima item di atas bukan kesimpulan dari khotbahnya, melainkan sesuatu yang ditanamkan di dalam hati ini. Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi.



[1] Kupuji Engkau Tuhanku, Buku Lagu Perkantas, nomor 216, tahun 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...