05/04/17

Tuduhan



Tuduhan

Mereka tidak berkata dalam hatinya: Baiklah kita takut akan TUHAN, Allah kita, yang memberi hujan pada waktunya, hujan pada awal musim maupun hujan pada akhir musim, dan yang menjamin bagi kita minggu-minggu yang tetap untuk panen.
Yeremia 5:24

Sesuatu yang sangat sentral di dalam membangun relasi kita yang akrab dengan Allah, ialah perenungan. Melalui perenungan, kita dapat melihat wujud dari realita yang diperhadapkan kepada kita. Kitab Taurat banyak berisikan hal hal yang jasmani. Tetapi pada hakekatnya bukan hal jasmani itu yang diinginkan Allah, melainkan hakekat dari ritus jasmani yang kita laksanakan. Realita itu akan tersingkap melalui perenungan.

Orang Israel di zaman Nabi Yeremia rupanya kurang mengadakan perenungan. Alhasil mereka tidak dapat melihat realita dari kehidupan yang mereka jalani. Itulah sebabnya Allah menuduh mereka sebagai bangsa yang tolol, dan yang tidak punya pikiran. Punya mata tetapi tidak melihat, punya telinga tidak mendengar. Oleh karena itu tidak ada rasa takut kepada Tuhan di antara mereka. Mereka tidak mampu melihat kebaikan Tuhan yang menurunkan hujan awal dan hujan akhir di tanah mereka, sehingga hasil panen mereka berhasil. Mereka tak mampu melihat realita itu sebagai sebuah kebaikan Tuhan atas kehidupan mereka.

Hal yang sama pun banyak dialami oleh orang Kristen dewasa ini. Ada banyak orang menyukai ibadah ribut yang sangat menekankan perasaan yang diangkat tinggi tinggi, tanpa perenungan makna. Ada seorang mahasiswa teologia membuat penelitian di kalangan orang Kristen perkotaan. Hal yang diteliti ialah tingkat pengaruh dari peribadahan yang diikuti dalam kehidupan sehari hari. Kesimpulannya adalah sebagai berikut: orang yang religiositasnya agak tinggi, mencari hiburan dalam persekutuan persekutuan. Orang yang religiositasnya agak rendah, mencari hiburan di kafe kafe. Tetapi yang mengherankan, tidak ada beda kedua kelompok ini dalam kehidupan sehari hari. Sungguh sangat mengejutkan.

Oleh karena kurang perenungan atas makna dari ibadah yang kita lakukan, maka kita pun tidak dapat melihat, walau pun kita punya mata, tidak mendengar walau pun punya telinga, tidak mampu berbicara walau pun kita punya mulut. Seorang tokoh besar dari Amerika bernama Helen Keller yang buta tuli dan bisu pernah berkata kepada seorang wartawan: orang yang paling malang di dunia ini ialah: orang yang punya mata, tetapi tidak dapat melihat, punya telinga tetapi tidak dapat mendengar, punya mulut tetapi tidak dapat berbicara. Kita adalah orang tersebut. Kita tidak mampu melihat, mengucap dan mendengar sesuatu tentang Allah kepada dunia di sekitar kita.

Oleh karena ketidakmampuan itulah maka di dalam diri kita pun tidak ada rasa takut kepada Allah. Itulah sebabnya kita hidup di dalam kehendak kita, pada hal kita di dalam ibadah Minggu dan ibadah lainnya mengatakan: Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Jika Allah menuduh orang Israel di zaman purba, maka pada hari ini juga Allah bisa saja menuduh kita melalui renungan pagi hari ini. Terasakah di dalam diri saudara tuduhan Allah? Jika tidak terasa tentulah karena kita buta, tuli dan bisu secara rohani.

Hotman Siahaan

hotman.siahaan@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...