17/04/17

Mujur dan Malang




Mujur dan Malang

Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang ini pun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.
Pengkhotbah 7:14

Lirik salah satu layu rohani dalam Kidung Jemaat mengatakan: “Suka dan derita bergantian, memperkuat imanku.” Mujur dan malang adalah bagian dari kehidupan yang sudah pasti akan kita hadapi. Guru hikmat mengajarkan kepada kita untuk bersyukur pada hari mujur. Tetapi juga sadar bahwa hari malang pun adalah buatan Allah juga. Jika disejajarkan dengan syair kidung Jemaat di atas, maka kita dapat mengatakan bahwa semua itu dipakai Tuhan untuk memperkuat iman kita.

Nabi Yesaya pun telah menyuarakan hal yang sama. Yesaya berkata: “Yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.” Yes 45:7. Ayub adalah tokoh Alkitab yang melihat mujur dan malang adalah sesuatu yang berasal dari Allah. Ia berkata kepada isterinya yang menganjurkan ia mengutuki dirinya sendiri dan segera mati, Ayub mengatakan: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Ayub 2:10.

Alkisah di sebuah desa tinggallah seorang kakek yang memiliki seekor kuda yang gagah dan kekar. Orang banyak yang menaksir kuda itu dan ingin membelinya. Tetapi kakek itu tidak mau menjualnya. Orang pun mencibir orangtua tersebut, pada hal orang sudah menawar kuda tersebut dengan harga yang sangat mahal. Satu ketika kuda itu pun hilang. Lalu orang mencibir lagi dengan mengatakan: rasain, sekarang kudamu sudah hilang. Coba dulu mau menjualnya. Sekarang kemalangan sudah menimpa. Si kakek hanya berkata: kalian tidak mengerti.

Satu hari, kuda itu pulang dengan mengajak banyak kuda liar bersamanya. Kembali orang banyak memberi komentar. Eh untung juga kakek tidak menjual kuda itu. Betapa beruntungnya kakek sekarang karena punya banyak kuda. Lalu di satu hari kuda bagus itu menendang cucu si kakek yang masih muda, sehingga ia cacat seumur hidup. Kembali orang banyak kasih komentar negatif. Tetapi si kakek tetap tersenyum.

Negeri itu berperang dengan negeri lain. Maka pemerintah memanggil semua anak muda di negeri untuk masuk wajib militer. Karena cucu kakek itu cacat maka ia tidak turut dipanggil untuk berperang. Para orangtua menangisi anak anak mereka yang akan mati di medan perang, sementara cucu si kakek tidak turut berperang. Alangkah beruntungnya si kakek itu. Mujur dan malang silih beranti di dalam hidup sang kakek dijalani dengan penuh keyakinan akan penyertaan Tuhan. Suka dan derita bergantian memperkuat imannya. Semua disyukuri dengan iman kepada Allah Bapa Yang Mahakasih.

Jika si kakek dapat menghadapi mujur dan malang dengan suasana hati yang teduh, bagaimana saudara dan saya. Kasih karunia Allah dapat membuat kita berada dalam damai sejahtera yang melampaui segala akal dan pikiran, menguasai hati dan pikiran kita. Dengan damai sejahtera tersebut, kita dapat menghadapi mujur dan malang sama seperti sang kakek di dalam kisah tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...