Kegelapan
Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.
Mazmur 139:11 – 12
Ada orang yang beriman masuk ke dalam situasi yang gelap, dalam relasinya dengan Allahnya. Kisah seperti ini juga dituturkan kepada kita, dialami oleh tokoh terkenal, yakni Ibu Teresa dari Calculta. Suasana terang yang ada di lingkungannya, dirasakan sebagai kegelapan yang pekat, sebagaimana diungkapkan oleh pemazmur di dalam nas kita. Bukankah pengalaman kita juga mengungkapkan hal yang sama? Kita mengalami jalan buntu, tidak ada harapan kelihatannya.
Ternyata sudut pandang kita, sungguh berbeda dengan sudut pandang Allah. Kita merasakan dan melihat kegelapan di sekeliling kita, karena persoalan yang kita hadapi. Namun bagi Allah, tidak ada kegelapan sama sekali. Allah adalah terang, dan kegelapan adalah wujud dari ketidakadaan terang. Allah hadir di mana oun, sebab Ia adalah Allah yang Mahahadir. Tidak ada satu tempat pun dimana hadirat Allah tidak ada di sana. Pun di dalam pengalaman dan pergumulan hidup yang kita jalani.
Ada seorang ibu ditinggal suami, karena meninggal dunia, pada usia yang masih muda. Bapa itu tutup usia pada umur 45 tahun. Ia meninggalkan sembilan anak yang masih kecil. Anak terbesar baru kelas tiga SMU. Sang ibu berteriak kepada Allah: bagaimana saya akan membesarkan sembilan orang anak ini sendirian, hanya punya kemampuan sebagai ibu rumah tangga. Dunia baginya sangat gelap pekat. Ia merasa Allah tidak adil, karena membiarkan dia menjadi janda, pada usia muda, serta dibebani dengan sembilan orang anak.
Bagi Allah sama sekali tidak ada kegelapan, Ia adalah terang itu sendiri. Tatkala Ia hadir, maka terang akan bersinar dan kegelapan pun menjauh. Sang ibu yang kita bicarakan itu, pada akhir hidupnya, tutup usia 79 tahun. Ia sempat melihat anak anaknya menikah dan hidup dengan baik di kota besar. Bahkan ia sempat melihat anaknya enam orang menjadi pelayan Tuhan di Gereja-Nya. Ternyata Tuhan hadir di dalam hidupnya, dan membawa ia melihat terang Tuhan yang sangat ajaib. Ia menutup mata dengan tenang di rumahnya tanpa harus mengalami perawatan dari dokter. Terang bersinar di sekitar dirinya yang merasa berada di dalam gelap.
Setiap orang rasanya harus berhadapan dengan keberadaan seperti di atas. Dengan demikian dapat percaya kepada Tuhan, sekali pun perasaannya mengatgakan bahwa Allah tidak hadir di dalam pergumulannya. Daud dalam mazmurnya mengatakan: “Sekali pun aku berjalan di jalan kegelapan, aku tidak takut bahaya, sebab gadaMu dan tongkatMu itulah yang menghiburku” Mzm 23:4.
Sekarang kita dapat dengan penuh keyakinan dapat berkata bahwa Bapa di surga senantiasa hadir di dalam hidup kita, sekali pun kita tidak merasakan kehadiran-Nya. Terang tidak dapat mengalahkan kegelapan. Pergumulan hidup seberat apa pun tidak akan dapat menarik kita ke dalam kegelapan, sebab Allah hadir di dalam hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar