29/04/17

Emmaus


Nas Bacaan: Lukas 24:13 - 35

Emmaus

Kebangkitan adalah sesuatu yang sangat sukar dapat diterima akal sehat. Demikianlah dialami para murid Tuhan Yesus. Mereka tidak percaya akan kebangkitan Tuhan Yesus, yang diberitakan para perempuan dari antara mereka. Lagi pula tradisi Yahudi yang mewarnai pemahaman mereka. Tradisi Yahudi tidak mempercayai kesaksian dari seorang perempuan. Keputusasaan menjadi faktor pendorong dari dua orang murid Tuhan Yesus, meninggalkan Yerusalem dan mengarahkan diri ke Emmaus.

Tuhan yang bangkit tidak membiarkan para murid  berada di dalam keraguraguan. Ia berjalan bersama dengan para murid itu, lalu mengajak mereka untuk bercakap-cakap di sepanjang perjalanan. Kleopas salah satu dari dua orang itu, dengan muka muram menegur ketidaktahuan orang yang bersama dengan mereka itu, akan masalah yang ada beberapa hari ini di Yerusalem. Pada hal peristiwa itu sungguh menggemparkan seluruh penduduk kota Yerusalem.

Yesus menegur kebodohan para murid itu. Mereka bodoh karena lamban mengantisipasi apa yang disuarakan para nabi, dan sebagai produknya, mereka tidak percaya akan pesan dari para nabi tersebut. Menarik untuk disimak, Yesus tidak langsung menampakkan diri kepada para murid itu. Yesus menekankan betapa perlunya para murid itu belajar akan firman Allah yang disampaikan para nabi. Seharusnya mereka dapat menjadi orang percaya melalui firman yang diberitakan kepada mereka. Tak salah jika Paulus mengatakan bahwa iman timbul dari pendengaran, pendengaran firman Tuhan Yesus.

Setelah Yesus mengungkapkan diri siapa Dia, maka murid murid itu ingat, hati mereka berkobar kobar, tatkala Yesus mengajar mereka tentang firman Allah di sepanjang jalan yang mereka tempuh. Jika Roh Kudus mengajar kita tentulah kita pun akan merasakan pengalaman dari para murid ini. Jika mata hati kita dibukakan, maka akan ada sukacita mewarnai kehidupan yang kita jalani.

Sisi lain yang perlu kita renungakan ialah: para murid itu merelakan Yesus yang memimpin acara makan malam. Bukankah mereka sedang dalam perjalanan? Tentulah mereka makan di rumah seorang tuan rumah. Koq bukan Tuhan rumah yang memimpin acara makan malam itu? Justru Tuhan Yesus yang membagi bagikan roti, pada hal itu adalah tugas dari seorang tuan rumah. Hal ini menandakan bahwa Yesus memang senang makan bersama dengan para murid itu, jika demikian, maka ialah yang menjadi tuan rumah, sebab Ia adalah kepala keluarga.

Kita jadi teringat akan perkataan Tuhan Yesus, tatkala Ia mengadakan perjamuan paskah dengan para murid. Yesus berkata bahwa Ia tidak lagi minum anggur sampai tiba saatnya di kerajaan yang akan datang. Melalui tindakan memecahkan roti itu, mata hati dari para murid itu pun dibukakan dan mengenali bahwa Dia yang menyertai mereka di perjalanan adalah guru dan Tuhan mereka, Yesus Kristus.

Sebuah pertanyaan yang perlu diajukan pada kita: apakah saudara telah berjumpa dengan Kristus yang bangkit itu? Adakah mata hati saudara telah dicelikkan untuk melihat Dia yang hidup itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...