21/04/17

Keadilan Tuhan



Keadilan Tuhan

Aku akan memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepada-Nya, sampai Ia memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang, sehingga aku mengalami keadilan-Nya.
Mika 7:9

Nas kita dilatarbelakangi ratapan Nabi Mika tentang kemerosotan moral dari bangsa Israel. Orang jujur telah hilang dari negeri tersebut. Tangan orang sudah cekatan dalam berbuat jahat, para hakim dan pengawal keadilan pada waktu itu sudah suka terhadap suap, pembesar pun sudah memberi keputusan sekehendaknya. Keadaan di negeri ini tidak lebih dan tidak kurang sama seperti keadaan Israel di zaman Mika. Kenyataannya orang jujur disingkirkan, suap di pengadilan meraja lela. Adakah harapan bagi bangsa ini untuk mendapatkan keadilan?

Alkisah ada seorang ibu datang kepada Kaisar Napoleon, memohon belas kasihan atas anaknya. Kaisar berkata: anakmu tidak akan mendapatkan belas kasihan, sebab ia telah melanggar aturan. Hukum tidak mengenal belas kasihan. Ia harus dihukum mati. Sang ibu itu berkata: sri paduka, aku tidak meminta hukum, tetapi belas kasihan. Napoleon berkata: anakmu tidak layak untuk mendapatkan belas kasihan. Si ibu itu menjawab kaisar: sri paduka, bukalanlah belas kasihan, jika ia layak mendapatkannya. Saya meminta belas kasihan katanya. Lalu kaisar berkata: aku punya belas kasihan katanya. Anakmu dapat belas kasihan. Ia dimerdekakan.

Nabi Mika pun melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan sang ibu tadi. Ia menantikan Tuhan untuk menunjukkan belas kasihannya bagi bangsa Israel. Ia mengatakan bahwa ia siap untuk memikul kemarahan Tuhan karena keberdosaan bangsa itu. Ia menanti-nantikan keadilan Tuhan, untuk membawa bangsa itu dari kegelapan dan pindah ke dalam terangnya yang ajaib. Penantian Nabi Mika itu pun terlaksana di dalam diri Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati.

Kebangkitan-Nya dari antara orang mati, telah melahirkan kita kembali, lalu masuk ke dalam hidup yang penuh pengharapan. Salah satu yang kita harapkan ialah: keadilan. Jika Alkitab berbicara tentang keadilan, hal tersebut menunjuk kepada sikap hati Allah yang memberikan kepada mahluknya apa yang menjadi haknya. Apakah yang menjadi hak dari orang yang berada di dalam bahaya? Tak lain dan tak bukan ialah pertolongan. Nabi Joel menyuarakan perkataan ini: “Barangsiapa yang berseru kepada Tuhan akan diselamatkan.” (Yoel 2:32) juga dikutip Paulus dalam surat Roma. (Roma 10:13).

Dengan hadirnya Gereja di dunia ini, seharusnya keadilan pun sudah menjadi sebuah kenyataan. Sama seperti yang sering disuarakan Basuki Tjahaya Purnama, dia hadir sebagai pejabat pemerintah dalam rangka mengadministrasikan keadilan sosial bagi masyarakat kota Jakarta. Kita pun hadir di lingkungan kita dalam rangka menjalankan keadilan sosial bagi masyarakat yang ada di dalam ruang lingkup kita, sebagaimana karunia yang ada pada kita.

Turutkah saudara dan saya menantikan Tuhan sama seperti Nabi Mika dan hamba Tuhan yang lain, agar Tuhan menghadirkan keadilan Tuhan bagi umat manusia ini. Secara ritus kita telah mengungkapkannya dengan doa: “Datanglah kerajaan-Mu dan jadilah kehendak-Mu di bumi ini sama seperti di surga.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...