Kesetiaan
Hanya, lakukanlah dengan sangat setia perintah dan hukum, yang diperintahkan kepadamu oleh Musa, hamba TUHAN itu, yakni mengasihi TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, tetap mengikuti perintah-Nya, berpaut pada-Nya dan berbakti kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu."
Yosua 22:5
Setelah seluruh tanah Kanaan ditaklukkan oleh Yosua dan orang Israel, serta tanah itu dibagikan sebagai tanah pusaka bagi bangsa itu, ada dua setengah suku Israel yang tinggal di tepi Timur sungai Yordan pun pulang ke tanah yang diundikan kepada mereka oleh Musa. Sebagai kata perpisahan, Yosua menasihati mereka dengan nas bacaan kita pada pagi hari ini. Dua setengah suku itu adalah suku Ruben, Gad dan setengah suku Manasye. Yosua menekankan agar suku bangsa itu melakukan dengan sangat setia firman dan hukum yang diperintahkan kepada mereka oleh Musa.
Melakukan dengan setia perintah dan hukum Tuhan adalah sebuah tanda kesetiaan kita kepada Tuhan yang tidak kita lihat. Sebab tidaklah mungkin kita setia kepada Tuhan yang tidak terlihat wujudnya, sementara kita tidak setia kepada hukum dan perintah-Nya kepada kita. Kita juga tidak mungkin mengasihi Tuhan yang kita tidak lihat, sementara kita tidak mengasihi perinta-Nya.
Jalan yang harus ditempuh untuk tiba kepada kesetiaan yang diharapkan ialah mengulang berulang kali firman itu, sehingga menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam hidup kita. Musa menasihati bangsa itu di Padang Gurun, agar mengajarkan firman itu berulang-ulang. Ada pepatah orang yang mengatakan: “Berulang-ulang seperti membersihkan lengan.” Hanya dengan mengajarkan firman itu secara berulang-ulang barulah tercipta kesetiaan.
Berbicara tentang kesetiaan, di Jepang ada sebuah patung seekor anjing yang ditempatkan di sebuah stasiun kereta api. Patung anjing itu ditempatkan di sana, untuk mengenang kesetiaan seekor anjing, me nunggu tuannya yang buta. Ia tidak tahu bahwa tuannya tidak datang karena tertabrak kereta api. Anjing itu setia menunggu tuannya yang tidak pernah akan datang lagi, karena sudah meninggal.
Bukan hanya binatang yang setia. Ada seorang ibu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dari seorang suami yang kasar dan bengis. Ibu itu sering dipukuli dan disiksa. Orang menganjurkan agar sang ibu itu meninggalkan suaminya yang jahat. Sang ibu itu berkata: “Aku tidak dapat meninggalkannya, sebab saya sudah berjanji kepada Tuhan, bahwa aku tidak akan menceraikan dia, kecuali diceraikan kematian.” Ibu itu setia kepada janjinya kepada Tuhan, untuk tidak bercerai. Ia mengulang-lang janjinya itu jika ada keinginan untuk meninggalkan suami yang kasar dan bengis. Tuhan tidak membiarkan ibu itu terus di dalam penderitaan. Sang suami bertobat dan menjadi suami yang lembut menurut sang isteri di dalam kesaksiannya dalam satu persekutuan.
Marilah kita mengulang tiap hari firman Allah di dalam lubuk hati kita yang paling dalam, sehingga firman itu menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam hidup kita. Sebab firman Allah kata Alkitab memang bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang di dalam kebenaran. Itu kata Paulus kepada muridnya Timoteus II Timoteus 3:16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar