Merdeka
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
Galatia 5:13
Hari ini kita merayakan hari kemerdekaan Republik ini. Namun ada satu hal yang perlu kita renungkan bersama, yakni: apakah kita benar-benar merdeka? Secara fisik kita tidak lagi dijajah negara asing, tetapi apakah penduduk negara ini sudah benar-benar merdeka di dalam segala hal? Jika kita tinjau kemerdekaan itu dari sudut pandang rohani, maka kita dapat mengatakan bahwa ada banyak orang yang sekarang ini masih berada di dalam penjajahan. Terutama penjajahan dari dosa. Kita diperhamba oleh dosa yang begitu menguasai hidup kita.
Semua orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Sementara dosa pada hakekatnya artinya adalah menyimpang. Kita telah menyimpang dari jalan yang ditetapkan Allah dari sejak semula untuk kita jalani. Kita dirancang untuk hidup bagi kemuliaan nama Allah. Sekarang kita hidup bukan lagi untuk Allah, tetapi untuk diri kita sendiri. Betapa baik pun hidup kita secara manusia, tetapi jika hal itu dilakukan bukan untuk kemuliaan nama Allah, maka segala sesuatu yang kita lakukan itu adalah perilaku yang menyimpang di hadapan Allah. Karena menyimpang maka hal itu adalah dosa.
Syukur kepada Allah, Ia memberikan kepada kita jalan keluar dari penjajahan dosa dan benar-benar berada di dalam kemerdekaan. Kemerdekaan yang diberikan kepada kita adalah kemerdekaan di lubuk hati yang paling dalam. Kemerdekaan membuat kita bebas dari keinginan daging. Contoh manusia yang paling merdeka di muka bumi ini ialah Yesus Kristus sendiri. Dari Dia kita belajar apa artinya merdeka. Merdeka diuraikan dalam hidup Yesus ialah: kebebasan untuk memilih apa pun jalan hidup yang harus ditempuh. Ia dengan rela karena kebebasannya untuk memilih jalan itu, serta tetap di jalan tersebut.
Kita lihat Yesus memutuskan untuk tidak mempertahankan kesetaraan-Nya dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan. Malah Ia mengosongkan diri-Nya dan belajar taat bahkan taat sampai mati. Tentang hal ini diuraikan Paulus di dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi. Cf Flp 2:5-11. Itulah kemerdekaan sejati. Atas dasar kehendak sendiri, tanpa mendapatkan tekanan dari siapa pun, mengambil keputusan untuk menjalani satu kehidupan.
Seorang yang sudah mengalami kemerdekaan di dalam roh, oleh karena karya Kristus adalah orang yang telah memutuskan di dalam dirinya untuk hidup untuk kemuliaan Allah, sebagaimana Kristus pun hidup untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk kemuliaan Bapa-Nya di surga.
Untuk menjalani kehidupan dlm kemerdekaan itu orang memutuskan akan melayani orang lain di dalam kasih. Dietirch Boenhoffer seorang hamba Tuhan yang mati martir di zaman Hitler mengatakan: Yesus Kristus adalah manusia yang memperuntukkan diri bagi orang lain. Tentunya Boenhoffer mendasarkan perkataannya itu pada ucapan Tuhan Yesus yang mengatakan: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya untuk banyak orang.” Markus 10:45.
Orang Kristen yang merdeka akan meniru Tuhan Yesus, atas kesadaran sendiri, melayani orang lain di dalam kasih. Oleh karena itu sebuah pertanyaan perlu diajukan kepada kita: untuk siapakah saudara dan saya hidup? Jika kita hidup untuk diri sendiri, pada hakekatnya kita adalah hamba manusia. Orang merdeka memperhambakan diri kepada Allah Bapa surgawi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar