26/08/17

Dengar-dengaran



Dengar-dengaran
Yesaya 51:1 – 8

Helen Keller seorang filsuf terkenal dari Amerika Serikat, seorang yang tuli, buta dan bisu sejak kecil, pernah mengatakan: orang yang paling malang di dunia ini ialah orang yang punya telinga tetapi tidak mendengar, punya mulut tetapi tidak bisa bicara, punya mata tetapi tidak melihat. Kita bisa berada di dalam keadaan seperti itu sekarang ini. Kita diminta untuk dengar-dengaran.

Orang Israel diminta untuk mendengar Allah yang berfirman. Mereka diminta untuk dengar-dengaran kepada apa yang dikatakan Allah terhadap mereka yang terbuang di Babel. Kepada mereka diingatkan akan nenek moyang mereka yang dipanggil Allah keluar dari Mesopotamia dan dibawa ke Tanah Perjanjian Tanah Kanaan. Mereka diminta untuk merenungkan janji Allah atas nenek moyang mereka yang membawanya kepada Tanah Perjanjian.

Menarik untuk disimak, permulaan janji Allah kepada bangsa Israel adalah di dalam diri Abraham. Dari sisi kita, permulaan dari pengalaman kekristenan kita ialah Baptisan dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Marilah kita sejenak mendengarkan Allah yang bertindak di dalam baptisan kita, dimana itulah permulaan dari pengalaman kita dengan Kristus Yesus Tuhan kita.

Apakah yang jadi makna dari Baptisan yang kita terima? Banyak orang merasa bahwa baptisan kita itu adalah sesuatu yang terjadi di masa lalu. Namun pada hakekatnya baptisan itu adalah sesuatu yang sangat aktual di dalam kehidupan kita. Kita dapat belajar dari Martin Luther yang pernah mengatakan bahwa air baptisan kita itu mengikut kita dari belakang. Jadi jika kita jatuh ke dalam dosa, maka kita jatuh ke dalam air baptisan kita.

Martin Luther mengatakan hal itu dengan mengutip ayat yang dikatakan Paulus, bhe air dari batu yang dipukul Musa di padang gurun terus mengikuti orang Israel di sepanjang perjalanan mereka di padang gurun. Batu karang itu adalah Kristus Yesus. Jadi baptisan itu adalah satu tindakan Allah yang memasukkan kita ke dalam Kristus Yesus. Pengalaman Kristus menjadi pengalaman kita. Kristus mati kita ikut mati bersama dengan Dia. Kristus dikuburkan kita pun turut dikuburkan bersama Dia. Ia bangkit kita juga turut bangkit, Ia naik ke surga, kita juga turut dinaikkan ke surga.

Dengarkanlah akan ajaran itu dan buatlah hal tersebut menjadi pengalaman saudara dan saya secara pribadi. Allah yang membuat itu menjadi pengalaman pribadi saudara sendiri. Sama seperti orang Israel melihat dan mendengar apa yang dilakukan Allah di dalam diri Abraham leluhur mereka, lihat dengar dan ungkapkanlah pengalaman saudara di dalam baptisan yang saudara sudah terima di masa lalu.

Di dalam baptisan itu ada keselamatan. Keselamatan itu bukan sesuatu yang diperuntukkan bagi orang Kristen semata-mata. Keselamatan itu juga diperuntukkan bagi bangsa-bangsa. Hal itu juga disuarakan nas kita di dalam ayat 4-6. Bangsa-bangsa mengarapkan keselamatan yang sudah didepositkan di dalam diri kita. Itu sebabnya kita harus menerapkan baptisan yang kita alami. Tujukkanlah ke dalam dunia, bahwa saudara sudah mati dari dosa, dan hidup di dalam dunia yang baru. Kita bahkan telah diberi tempat bersama dengan Kristus di surga (Efesus 2:6), sehingga dosa tidak lagi dapat menjangkau kehidupan kita. Kita adalah orang yang lebih dari pemenang karena kita telah dibaptis di dalam Kristus Yesus.

Dengar juga yang disuarakan nabi Yesaya di dalam ayat 7-8 yang mengatakan bahwa keselamtan itu akan segera akan datang. Kita yang dengar dengaran kepada firman Allah di dalam baptisan kita menyuarakan bahwa Kristus pun akan datang kelak untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Kristus tidak hanya naik ke surga, tetapi Ia akan datang kelak untuk menerapkan keselamatan yang sudah kita terima itu. Baptisan menunjuk bahwa kita telah mati dan bangkit bersama Kristus. Pengalaman Kristus menjadi pengalaman kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...