19/08/17

Iman Yang Besar


Iman Yang Besar
Matius 15:21 – 28

Di dalam keempat Injil yang kita kenal, ada dua orang yang disebut Yesus sebagai seorang yang beriman yang besar. Orang pertama ialah: perwira di Kapernaum yang dituturkan di dalam Injil Matius 8:10b "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel.” Orang yang kedua ialah perempuan dari Kanaan ini. Ternyata kedua orang ini bukanlah orang yahudi. Kita akan belajar dari peremuan Kanaan ini, rahasia dari iman yang besar di hadapan Allah.

Pelajaran pertama ialah: ia tahu siapa Dia yang kepadanya ia datang meminta pertolongan. Orang banyak mengenal Yesus sebagai rabbi dari Nazaret. Tetapi perempuan ini menyebut Yesus dengan sebutan Anak Daud. Sebutan ini adalah sebutan untuk Mesias orang Israel. Perempuan ini tentulah telah mempelajari dengan seksama apa makna dari Mesias Israel. Berdasarkan apa yang disuarakan Yesus sendiri di dalam Injil Lukas, Mesias itu ialah: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Lukas 4:18-19.

Jika Mesias datang, maka tahun rahmat Tuhan sudah tiba. Salah satu yang akan mendapatkan rahmat Tuhan itu ialah: dirinya sendiri, teristimewa anaknya yang sangat menderita itu. Dimengerti juga orang miskin yang dimaksudkan di sana bukanlah miskin secara jasmani saja, tetapi juga miskin kesehatan sama seperti anaknya. Mesias datang maka ia akan dibebaskan dari tawanan yang sedang menawan kehidupan. Demikian juga dengan penglihatan bagi orang buta secara rohani. Sebuah pertanyaan yang perlu diajukan pada kita ialah: apakah kita mengenal Mesias kita, yakni Kristus Tuhan kita itu seperti yang diutarakan Nabi Yesaya dan dikutip Tuhan Yesus di dalam nas kutipan di atas.

Pelajaran kedua yang dapat kita timba dari pengalaman perempuan ini ialah: seruannya ternyata tidak digubris oleh Tuhan Yesus. Kita dapat mengatakan Yesus diam atas permohonannya. Namun ia melihat diamnya Tuhan bukan sebagai penolakan. Ada banyak orang yang merasa diamnya Tuhan adalah sebagai sebuah penolakan. Perempuan ini mempergunakan diamnya Tuhan sebagai sarana untuk semakin mendekat dengan Tuhan. Ia malah berteriak teriak, sehingga mengganggu menurut para murid Tuhan.

Lalu Tuhan mengatakan jawaban: “Aku diutus untuk orang yang hilang dari Yerusalem.” Rasanya ini adalah sebuah penolakan Tuhan. Tetapi bagi perempuan ini, Yesus telah memberi respon. Hal itu membuat dia tersungkur di kaki Tuhan Yesus. Sekarang komunikasi telah terbuka. Perempuan itu semakin dekat dengan Tuhan. Jadikanlah pergumulan saudara sebagai sarana mendekat dengan Tuhan, seperti perempuan Kanaan ini.

Lalu Yesus mengatakan kepada perempuan itu: “Tidak baik mengambil roti bagi anak-anak dan memberikannya kepada anjing.” Kelihatannya sangat kasar, sebab perempuan itu disamakan dengan anjing. Namun disanalah terlihat puncak dari kebesaran iman perempuan ini. Ia membenarkan perkataan Tuhan Yesus. “Benar Tuhan katanya.” Lalu ia memenuhi mulutnya dengan argumen. Anjing pun mendapatkan dari remah-remah dari roti yang dimakan anak.

Perempuan itu mau mengatakan: sekali pun aku adalah anjing, tetapi anjing pun mendapatkan bagian di dalam dirimu. Inilah kata kunci bagi kita untuk memenangkan pergumulan di hadapan Allah. Sama seperti Yakub menang bergumul dengan Allah di sungai Yabok dengan membuat argumen di hadapan Allah. Penuhilah mulut saudara dengan argumen setelah membenarkan Allah untuk jalan yang disiapkannya untuk kita jalani.

Akhirnya ibu itu pun mendapatkan apa yang diperlukannya dan Yesus menyebut bahwa imannya besar. Jadilah orang yang besar imannya dengan jalan meniru perempuan ini untuk membenarkan Allah di setiap jalan yang dirintis-Nya untuk jalani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...