28/08/17

Mengampuni


Mengampuni

Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia."
Lukas 17:4

Status kita di dunia ini adalah anak Allah. Jiak kita adalah anak Allah, maka yang direfleksikan dari dalam kehidupan ini adalah pribadi Allah. Buakankah ada pepatah yang mengatakan: like father like son. Seorang bapa dikenal dari kehidupan anaknya. Salah satu dari sifat Allah yang dapat kita ingat secara gamblang ialah: Ia adalah Allah Yang Mahapengampun. Sejauh Timur dari Barat dijauhkannya pelanggaran kita. Itu kata pemazmur.

Oleh karena Allah kita adalah Pengampun, maka orang Kristen pun pada hakekatnya adalah pengampun sama seperti bapanya di surga. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengajarkana nas kita ini kepada para muridnya. Tidak ada limit dari pengampunan itu. Berapa kali teman meminta ampun, kita pun harus mengampuni dia, sebab Allah pun sudah mengampuni dia. Kisah pengampunan di bawah ini menuturkan kisah pengampunan yang tiada batasnya

Pada suatu hari, di ruang pengadilan, wanita yang umurnya kira-kira 70 tahun, dengan wajah yang menggambarkan goresan penderitaan bertahun-tahun. Di kursi terdakwa, duduk Mr. Van der Broek, dinyatakan bersalah telah membunuh anak laki-laki dan suami wanita tersebut. Beberapa tahun yang lalu, laki-laki itu datang ke rumah wanita itu. Ia mengambil anaknya, menembaknya dan membakar tubuhnya.Beberapa tahun kemudian, ia kembali lagi. Ia mengambil suaminya. Dua tahun wanita itu tidak tahu apa yang terjadi dengan suaminya. 

Kemudian, van der Broek kembali lagi dan mengajak wanita itu ke suatu tempat di tepi sungai. Ia melihat suaminya diikat dan disiksa. Mereka memaksa suaminya berdiri di tumpukan kayu kering dan menyiramnya dengan bensin. Kata-kata terakhir yang didengarnya ketika ia disiram bensin adalah, “Bapa, ampunilah mereka.” Belum lama berselang, Mr. Van den Broek ditangkap dan diadili. Ia dinyatakan bersalah, dan sekarang saatnya untuk menentukan hukuman. Ketika wanita itu berdiri, hakim bertanya, “Jadi, apa yang Anda inginkan? Apa yang harus dilakukan pengadilan terhadap orang ini yang secara brutal telah menghabisi keluarga Anda?” Wanita itu menjawab, “Saya menginginkan tiga hal. Pertama, saya ingin dibawa ke tempat suami saya dibunuh dan saya akan mengumpulkan debunya untuk menguburkannya secara terhormat.” 

Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan,  “Suami dan anak saya adalah satu-satunya keluarga saya.Oleh karena itu permintaan saya kedua adalah, saya ingin Mr. Van den Broek menjadi anak saya. Saya ingin dia datang dua kali sebulan ke ghetto (perumahan orang kulit hitam) dan melewatkan waktu sehari bersama saya hingga saya dapat mencurahkan padanya kasih yang masih ada dalam diri saya.” 

Dan, akhirnya,” ia berkata, “permintaan saya yang ketiga. Saya ingin Mr. Van den Broek tahu bahwa saya memberikan maaf bagi dia karena Yesus Kristus mati untuk mengampuni. Begitu juga dengan permintaan terakhir suami saya. Oleh karena itu, bolehkah saya meminta seseorang membantu saya ke depan hingga saya dapat membawa Mr. Van den Broek ke dalam pelukan saya dan menunjukkan padanya bahwa dia benar-benar telah saya maafkan.” Ketika petugas pengadilan membawa wanita tua itu ke depan, Mr. Van den Broek sangat terharu dengan apa yang didengarnya hingga pingsan. Kemudian, mereka yang berada di gedung pengadilan – teman, keluarga, dan tetangga – korban penindasan dan ketidakadilan serupa – berdiri dan bernyanyi: "Amazing grace, how sweet the sound that saved a wretch like me. I once was lost, but now I'm found. 'Twas blind, but now I see.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...