Tempat Perteduhan
Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun.
Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.
Mazmur 90:1 – 2
Mazmur bacaan kita ditulis oleh Musa hamba Allah itu. Bagi Musa Allah Israel adalah tempat perteduhan. Karena ia tidak punya negeri sendiri. Kita tahu ia melarikan diri dari Mesir oleh karena membunuh seorang Mesir dalam rangka membela seorang Israel. Di negeri Midian ia adalah pendatang. Ia memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, dengan janji akan masuk ke Tanah Kanaan. Namun kita tahu bahwa Musa tidak masuk ke Tanah Kanaan. Jadi sangat tepat jika kita mengatakan bahwa Allah adalah tempat tinggal dan tempat perteduhan bagi dia.
Bukan hanya Musa yang membuat Allah adalah tempat perteduhan baginya. Abraham pun adalah seorang pendatang di negeri Kanaan. Bahkan hingga matinya, ia hanya memiliki tanah pekuburan bagi keluarganya di Tanah Kanaan tersebut. Jadi benarlah kata Musa, bahwa Allah adalah tempat perteduhan bagi orang percaya, dari generasi ke generasi turun temurun. Dengan jalan demikian kita pun dapat mengatakan bahwa Allah pun adalah Allah bagi kita sampai sekarang ini.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita bukan berasal dari dunia ini, sama seperti Dia tidak berasal dari dunia ini. Cf Yohanes 17:16. Kita adalah pendatang di dunia ini. Kitab Kidung Jemaat HKBP nomor 258:3 pun mengatakan hal yang sama: “… dan teguhkan nafsuku. Hingga aku orang dagang, hidup yang senang” Jadi dengan demikian kita dengan penuh keyakinan bahwa Allah itu adalah tempat perteduhan kita. Kita bukan dari dunia ini, kita adalah warga kerajaan surga cf Filipi 3:20. Sementara kita belum tiba di negeri surgawi yang dijanjikan itu, maka kita adalah pendatang di dunia ini. Di dunia ini, Allah adalah tempat tinggal bagi kita.
Di zaman dahulu, Tempat Perteduhan dimaknai sebagai sebuah benteng. Pada waktu itu benteng sekaligus adalah tempat tinggal para raja. Oleh karena di dalamnya ada istana raja, maka benteng itu adalah satu komplek yang luas dan memang tempat tinggal yang aman bagi para raja dan anak-anaknya. Lebih dari rasa aman yang dialami para raja dengan keluarganya, yang tinggal di benteng tersebut, adanya rasa aman bagi kita yang membuat Allah sebagai Tempat Perteduhan.
Berbicara tentang rasa aman tinggal dari dalam satu tempat, kita dapat menyetir perkataan Rasul Paulus kepada Jemaat Filipi yang mengatakan: “Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran, itulah yang memelihara hati dan pikiranmu di dalam Kristus Yesus Tuhan kita” Filipi 4:7. Kata memelihara dalam ayat kutipan itu dalam bahasa Inggris disebut garrison. Kata ini adalah sebuah istilah militer. Bahasa militer disebut garnisun dalam bahasa Indonesia. Sementara garnisun adalah pasukan yang ditempatkan untuk mengawal sebuah kota.
Jika hati kita dikawal oleh garnisun surgawi, adakah yang dapat mengalahkan garnisun surgawi itu? Oleh karena itu tidak ada kuasa apa pun yang dapat meraih kita. Sementara itu ada damai sejahtera Allah yang melampaui akan dan pikiran menjaga hati kita. Oleh karena itu kita dapat menyanyikan lagu ini dengan segenap hati: “ it is well with my soul, it is well it is well with my soul.” “Nyamanlah jiwaku, nyamanlah nyamanlah jiwaku” sonang do sonang do “dipasonang tongtong rohangkon.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar