14/08/17

Jamahan



Jamahan

"Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
Markus 1:40b – 42

Menderita penyakit kusta di zaman Tuhan Yesus sungguh sangat menyedihkan. Mereka diasingkan dari masyarakat, sebab kusta dianggap sesuatu yang najis. Jika seorang yang najis berjalan di jalan raya, maka ia harus menyerukan najis-najis, sehingga orang bisa menyingkir. Hal itu harus dilakukan disebabkan jika orang yang tahir bersentuhan dengan yang najis, maka orang yang tahir – orang yang bersih – itu akan turut menjadi najis. Tentunya orang kusta yang datang ke Tuhan Yesus itu telah melakukan hal tersebut sebelum ia tiba di hadapan Tuhan Yesus.

Tentunya ia sudah mendengar berita tentang Tuhan Yesus. Ia tahu dengan pasti, bahwa ia dapat disembuhkan Tuhan Yesus. Hanya persoalan bagi dia ialah: apakah Yesus mau menyembuhkan dirinya. Itulah sebabnya ia berkata: “Jika Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Atas keberadaan orang tersebut, hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Yesus pun menjamah orang tersebut dan ia pun sembuh.

Menarik untuk disimak, Yesus menjamah orang yang sakit kusta itu. Kita sudah kita katakan di atas, jika orang tahir bersentuhan dengan orang yang najis, maka orang yang tahir itu menjadi najis. Ternyata Yesus tidak menjadi najis karena menjamah orang kusta itu. Pribadi Yesus lebih besar dari kenajisan orang kusta itu, sehingga kuasa yang ada di dalam dirinya justru menghalau kenajisan dari orang kusta tersebut. Jamahan Yesus membuat kenajisan orang kusta itu menjadi tahir, atau bersih.

Satu hal yang perlu digarisbawahi: sebelum Yesus menjamah orang itu, nas kita berkata: “Maka tergeraklah hati-Nya oleh  belas kasihan.” Hati Yesus yang penuh belas kasihan, senantiasa tergerak, sehingga Ia bertindak untuk memberikan apa yang dibutuhkan orang. Belum pernah diberitakan ada orang yang membutuhkan pertolongan, namun dibiarakan Yesus lewat dari hadapan-Nya, tanpa hati tergerak dan tidak berbuat sesuatu pun.

Pada dasarnya semua kita adalah orang yang menderita kusta rohani, yakni dosa. Penyakit kusta mematikan syaraf kita, sehingga kita mengalami ketidakpekaan terhadap benda-benda tertentu. Baal dalam bahasa sehari-hari. Demikian juga dosa. Ia mematikan sensifitas kerohanian kita, sehingga kita dapat melakukan dosa, tanpa hal itu mengganggu hati  nurani kita. Dosa menjadi sesuatu yang tidak membawa masalah lagi di dalam hidup kita. Pada hal kenajisan kita di mata Allah adalah sesuatu yang najis.

Kabar baik bagi kita ialah: Yesus mau menjamah kita dan Ia tidak menjadi najis. Malah sebaliknya kita menjadi tahir oleh karena jamahan Tuhan tersebut. Kekudusan Yesus Kristus jauh lebih besar dari kenajisan kita karena keberdosaan kita. Jamahan Tuhan itu didorong oleh karena belas kasihan Tuhan. Yesus adalah Juruselamat yang penuh dengan belas kasihan. Oleh karena itu Ia tidak pernah menolak orang yang datang kepada-Nya.

Kisah anak yang bungsu dapat menjadi sebuah contoh bagaimana belas kasihan bapa tersebut menghapus keberdosaan dari anaknya yang sudah menghabiskan hartanya untuk sesuatu yang tidak berguna. Dalam kisah tersebut, kita tahu bersama, tidak ada satu pun kata bapa itu tentang keberdosaannya. Bapa itu hanya berkata: Adikmu dahulu sudah mati, tetapi sekarang ia hidup kembali. Itulah reaksi orang yang penuh belas kasihan dan yang datang untuk ditahirkan kembali. Datanglah pada Tuhan Yesus, saudara tidak akan ditolak-Nya apa pun yang menjadi masalah kenajisan saudara. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Allah

  Rumah Allah Ibrani 3:6 Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhi...